Dedes hanya ingin hidup berdua dengan ayahnya dengan nyaman. Akan tetapi, kecantikan yang dimilikinya adalah satu-satunya sumber kemalangan, lara, dan malapetaka yang dialaminya. Kahiyang dan gadis-gadis yang lain mengelu-elukan kecantikan, ingin mencurinya dari Dedes.
Hidup dikelilingi orang iri hati, juga orang yang menatap penuh kagum di setiap jejak langkahnya bukanlah cara yang Dedes agung-agungkan. Jika Kahiyang menginginkan kecantikannya, Dedes dengan senang hati akan memberikannya, andaikata hal itu bisa terlaksana. Parasnya yang menurut sebagian besar orang menawan itu adalah kutukan indah yang Sang Hyang titipkan padanya.
Menginjak usia ketiga belas, lamaran pernikahan pertama didapatkan oleh Dedes.
Calon mempelai pria adalah seorang kepala dusun. Purwa menolak karena dirasanya Dedes masih terlalu kecil untuk diboyong masuk ke keluarga asing. Lamaran kedua jatuh tak berselang lama. Masih dengan alasan yang sama, Purwa menolak seorang putra saudagar kaya raya. Setelah itu Dedes dan Purwa mendalami kehidupan yang menenangkan selama nyaris setahun lamanya karena Purwa terang-terangan menyebarkan bahwa dirinya takkan menikahkan Dedes dengan siapapun di usia semuda itu.
Pada tahun berikutnya, Dedes menerima surat lamaran dari setidaknya lima lelaki pemberani yang menerjang maju sekalipun tahu Purwa akan menolak. Pada awalnya, para lelaki yang ingin mempersuntingnya selalu meminta izin dari Purwa, tapi setelah tahu bahwa sang ayah mempelai putri tidak akan pernah memberikan restu, mereka mulai menghampiri Dedes ketika Purwa tengah pergi melakukan perjalanan pertapaan. Dan hingga mencapai usia tujuh belas tahun, Dedes masih melajang, sebagian besar berkat kecerdikannya dalam menghindari para lelaki dan ajakan menikah dari mereka.
Lulo, contohnya. Entah apa alasannya, lelaki yang berasal dari Karuman—tempat Purwa biasa bertapa—itu tak pernah mau menunjukkan wajahnya di bawah sinar mentari. Dedes tahu bahwa Purwa tidak akan pulang dari pertapaannya dalam waktu dekat, sehingga gadis itu memutar otak ketika dihadapkan dengan Lulo. Terbesitlah pada akal cerdiknya untuk meminta dibuatkan sumur yang sedalam delapan tahun perjalanan dalam waktu satu malam. Tentu terdengar mustahil, tetapi Lulo menyanggupinya. Lagaknya legenda, Dedes yang tak punya ibu sejak berusia sepuluh tahun pun mendapatkan bantuan dari Hanum dan Janitra, mencoba mengelabuhi Lulo dengan menumbuk lesung padi, membuat ayam-ayam berkokok. Namun, Lulo yang bertangan emas berhasil menyelesaikannya sebelum ayam-ayam yang terkecoh dengan suara lesung terbangun dan berkokok.
Dedes sempat merasa kalah saat itu, pasrah akan takdirnya.
Namun, entah mengapa Sang Hyang mengulurkan tangannya. Sebuah keajaiban Lulo dan keluarganya meminta supaya prosesi pernikahan dilaksanakan setelah matahari terbenam. Tanpa sepengetahuan Lulo, Purwa pulang dari pertapaannya petang itu juga, saat Dedes hendak dinikahkan dengan Lulo. Sang Ayah murka, membubarkan kerumunan yang hendak menyaksikan pernikahan gadis tercantik di segala jagat itu dengan lelaki yang disebut-sebut buruk rupa seperti buto. Para penonton langsung diusir dari pekarangan rumah Dedes, tetapi beberapa mengintip dari balik kelambu, dan mencuri dengan percakapan dua insan yang gagal menyatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Panawijen
Historical FictionTiap kali melintasi Sungai Mewek, kusempatkan diri untuk berhenti sejenak menikmati alam. Di antara ketenangan yang menyergapku, kurasakan radiasi amarah yang membuncah. Terdengar suara tangis pilu, dan sosok seseorang berjongkok sambil menyembunyik...