Part 5 || Syafira

167 14 10
                                    

Rumah tak selalu berbentuk bangunan
_Syafira Cheva Rahmadani
.
.
.
Haloo, sebelum baca jangan lupa follow aku yaa.
Buat update cerita aku ga nentuin jadwal karena aku nulis tergantung dengan mood si hehehe, makanya kadang aku update nya suka cepat kadang lama. Pokoknya jangan pernah bosan ya buat baca kisah Syafira, selamat menikmati guyss.

🍁🍁🍁

"KAMU PACARAN TERUSS NAHH" ucap gadis itu marah kepada tante nya ketika pacar dari tante nya itu sering berkunjung ke rumah.

"HEH SADAR KAMU JUGA SERING PACARAN, KENAPA AKU YANG DIMARAHIN" balas wanita satu itu yang tak terima ketika di tuduh pacaran oleh keponakannya.

"APAAN KALIAN INI RIBUT-RIBUT?" tanya wanita paruh baya itu ketika melihat anak dan cucunya sedang bertengkar.

"Te Wulan, pacaran terus nek aku kan jadi ga enak nanti dengar omongan orang-orang" jelas gadis itu kepada wanita paruh baya yang tak lain tak bukan adalah ibu nya Wulan.

"Kamu juga pacaran, tapi bedanya kamu lebih sering keluar sama cowok kamu ketimbang bawa kerumah" ucap wanita paruh baya itu

"Tapi Vita gak se sering te Wulan"

"Sama aja lantas kenapa harus mempermasalahkan soal pacaran hah" ucap wanita paruh baya itu sebelum berlalu pergi meninggalkan anak dan cucunya dari ruangan itu.

Yupss kalian ga salah baca guys, Wulan dan Vita adalah Tante dan keponakan. Wulan merupakan anak bungsu yang merupakan adik dari ibunya vita, usia Wulan dan Vita tak jauh berbeda hanya beda bulan aja.

Wulan dan Vita juga tinggal serumah, namun ayah dari Wulan sudah lama tiada semenjak Wulan TK ayahnya meninggal dunia, berbeda dengan Wulan, Vita justru memiliki ayah namun kehilangan peran. Ayah dan ibunya vita tidak bercerai namun ayahnya Vita selalu bersikap acuh tak acuh terhadap anak-anaknya.

Maka tak heran jika Wulan dan Vita selalu bersama walau sering sekali meributkan hal-hal yang terlihat sepele.
Dari situ pula kita dapat melihat sikap merundung dan bandel yang menjadi ciri khas dari mereka di sebabkan oleh hilangnya peran orang tua sehingga mereka melampiaskan rasa sakit nya dengan melukai orang lain.

***

Di sebuah kamar yang terlihat rapi, dengan buku-buku yang tersusun rapi di rak.

Seorang gadis yang tengah duduk di lantai dengan bersandar di kasur king size, tetesan demi tetesan berwarna merah yang menetes mengenai lantai semakin lama semakin banyak, tangan yang semulanya bersih kini terukir dengan tinta merah garisan tak beraturan itu menghiasi lengan gadis itu.

Dengan tangan yang bergetar, ia terus menggambar garis dengan cutter yang ia pegang, permukaan kulit yang tergores mengeluarkan cairan berwarna merah itu, semakin dalam ia menekankan benda itu makan cairan itu semakin banyak yang keluar.

"kamu tau! semenjak hamil kamu, saya sudah berulang kali meminum obat untuk menggugurkan kandungan sya, tapi nyatanya kamu cukup kuat hingga saya terpaksa melahirkan kamu"

"KALAU SAJA KAMU TIDAK LAHIR SAYA TIDAK HARUS REPOT MENGURUS ANAK DARI LELAKI YANG TIDAK SAYA CINTAI!!"

"KAMU TAUU, SAYA BENCI KAMU"

Kalimat demi kalimat yang ibunya ucapkan terus terngiang di kepala Syafira, setidak diinginkan itu kah ia oleh ibunya.
Kadang Syafira ingin menyalahkan keadaan, kadang Syafira ingin membenci dunia, ia ingin berteriak kepada dunia bahwa ini bukan keinginan nya.
Syafira juga tak ingin begini, ia juga ingin punya rumah yang di penuhi dengan kasih dan sayang, Syafira juga ingin punya teman seperti orang-orang yang memiliki teman bahkan seperti saudara.

Setelah cukup lama termenung Syafira tersadar lalu ia membersihkan darah yang ada dilantai dan mencuci tangan nya yang sudah penuh dengan goresan itu, sensasi perih yang ia rasakan ketika air menyentuh permukaan kulitnya, tapi perihnya luka tak sebanding dengan perihnya ucapan manusia.

Setelah nya Syafira berjalan menuju nakas yang berada di samping kasurnya, lalu ia mengambil obat tidur yang ada di laci nakas dan menengguk 3 butir obat itu.
Syifa sering mengonsumsi obat tidur setiap malam sebab ia selalu takut untuk terbangun tiba tiba saat tidur, ia selalu takut untuk melihat apa apa yang akan ia hadapi lagi setelah nya.
Syafira merebahkan dirinya ke atas kasur, perlahan mata indah dengan bulu mata yang lentik itu terpejam diikuti dengan raga milik gadis itu yang perlahan menyelami alam mimpinya.
Biarlah malam ini ia melepaskan lukanya sejenak untuk berhenti dan esoknya ia akan kembali menari diatas luka nya.

***

"SYAFIRA CEPAT BANGUNN KAMU!!"
Suara teriakan dan gedoran pintu yang tak kunjung mengusik tidur sang wanita dari balik selimut tebalnya.

"SYAFIRA BANGUN, JANGAN BIKIN SAYA MARAH ATAU SAYA DOBRAK PINTU KAMAR INI"

lenguhan dari wanita yang berada di balik selimut tebalnya, sungguh kepalanya sekarang sangat sakit seolah-olah dunia sedang berputar, ia menghela nafas beratnya ketika mendengar suara teriakan ibunya yang disertai dengan gedoran pintu.Dengan perlahan Syafira bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu kamarnya.

Ceklek!!
Suara ganggang pintu yang dibuka oleh Syafira sehingga memperlihatkan sosok wanita dibalik pintu itu dengan keadaan yang acak-acakan.

"KAMU GAK SEKOLAH HAH? LIHAT INI SUDAH JAM BERAPA, BUANG-BUANG UANG SAYA SAJA BUAT MENYEKOLAHKAN KAMU KALAU SIFAT MALAS KAMU GA BISA HILANG BEGINI" suara yang menyambut Syafira ketika membuka pintu itu sudah membuat telinga nya hampir tuli.

"Mm-mahh, Syafira gak enak badan b-bolehh gak Syafira izin aja hari ini?" Ucapnya pelan dengan wajah yang pucat

"ALASAN KAMU AJA ITU, CEPAT BERSIAP PERGI SEKOLAH ATAU SAYA KEMBALIKAN KAMU KE AYAH MU SANA" jawab wanita itu dan setelahnya ia pun melangkah pergi dari hadapan Syafira.

Mau tak mau Syafira bergegas bersiap untuk kesekolah, tubuhnya sangat lemas ditambah kepala nya yang sedari tadi pusing.
Setelah bersiap Syafira melihat jam yang berada di nakas, jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh menandakan bahwa setengah jam lagi bel sekolah akan berbunyi, ia pun bergegas turun kebawah dan melihat ibunya tengah duduk di ruang tamu sambil membaca majalah.
Dengan langkah yang pelan Syafira berjalan menghampiri ibunya.

"Mah" ucap Syafira membuat ibunya mendongak kan wajah nya untuk melihat Syafira.

"Apa lagi? Uang kamu sudah saya transfer" ucap wanita itu acuh

"Syafira cuma mau pamit mah"

"Yasudah pergi sana"

"Syafira mau Salim mah" ucap nya dengan lembut, sesakit apapun fisik dan hatinya wanita dihadapannya ini adalah ibunya, mau se benci apapun Syafira wanita itu tetap orang yang merawat nya meski hadirnya tak diinginkan.
Dengan pelan Syafira langsung mengambil tangan wanita itu lalu mencium tangan nya.
Ibunya Syafira yang melihat itu langsung menarik tangan nya dengan kasar.

"Jangan kamu harap dengan sikap mu yang begini akan membuat saya luluh!!" Ucap wanita itu dengan menekan di setiap kalimatnya.
Ia lalu beranjak pergi dari ruangan tamu itu meninggalkan Syafira yang masih berdiri memandang kepergian wanita itu. Setelah ibunya hilang dari pandangan nya Syafira bergegas keluar dari rumah untuk bergegas ke sekolah.


🍁🍁🍁

Mau menyampaikan apa buat Wulan dan Vita?
Jangan lupa tulis di komen yaa
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di karyaku dengan cara vout dan komen ya biar aku makin semangat up lagii
.
.
.
Ig: cheva_syam

SYAFIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang