PROLOG

31 5 0
                                    

Cella berlari sambil berteriak "Oliv!!!" Menoleh kearah suara itu.

"Gimana-gimana? Udah ketemu?" Tanyanya sambil menunggu jawaban yang pasti.

"Belom" Dengan nada lemas.

"Duh! Gimana ini" Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Oh iya, coba lo telfon sekarang" Mintanya dengan tegas.

"Orang hp dia aja ada di gwe, gwe telfon juga yang angkat gwe sendiri" Menunjukkan hp itu yang ada ditangannya.

"Aduh, bego banget si lo Cell" Omel Oliv.

"Emang lo ga liat dia dimana?" Sambungnya.

"Kalo gwe liat, ngapain gwe cari"

"Tapi kan, bukannya tadi sama lo ke-"

"Iya sama gwe ke Perpus, tapi dia nunggu diluar, pas gwe keluar dianya udah gaada" Potongnya.

"Sialan ni bocah, awas aja ntar kalo ketemu, gwe hajar" Sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Lo yakin kan udah cari kesemua ruangan di Sekolah?"

"Udah, tapi tetap aja ga ada"

***

Ternyata suasana sekolah bakal keliatan begitu damai kalo seisi sekolah ini udah pada pulang, yaa.. Batinnya sambil tersenyum memandang luasnya lapangan sekolah dari lantai atas depan perpustakaan.

"Ayo ikut gwe" Sambil menarik lengan yang menggenggam batas pagar lantai 2.

"Ee-lo?!" Ucapnya tak menyangka.

"Lepas" Sambil berusaha melepas cengkraman tangan cowo itu, "Apa-apaan si, dateng-dateng langsung tarik-tarik"

"Ayo ikut, gwe mau ngomong sesuatu sama lo"

"Ngomong disini kan bisa" Mengelus-elus bekas cengkraman di tangannya.

"Ga bisa" Sambil menarik lengannya kembali.

"Sakit, bego!! Kasar banget lo!" Sambil memberontak.

"Makanya nurut, ayo"

"Nggak, gwe lagi nunggu Cella ambil buku" Jawabnya dengan kesal.

"Udahlah, paling Cella, dia juga ga bakal marah, ditinggal sebentar kok"

Kaya penting banget, apa susahnya si ngomong disini, yang denger dia ngomong juga cuma gwe, lebay banget sampe harus ngikutin dia yang ga jelas. Ocehanya dengan lirih namun masih dapat terdengan jelas oleh cowo di depannya.

"Udah? Ngomongnya?" Tanyanya sambil meyakinkan.

Gibran hanya melirik tak peduli dan tak menjawabnya sama sekali.

"Ayo ikut" Sambil menarik lengan gibran ketiga kalinya.

Tapi kali ini berbeda, Dito menarik lengannya dengan perasaan, tanpa menyakiti tangan Gibran lagi, Gibran yang tak dapat menjawab ajakannya hanya berpasrah mengikuti kemauannya.

Aduhh, perasaan gwe kok jadi gini ya, kok deg-degan si, apa karena gwe udah suka sama dia? Kenapa perlakuan dia tadi ke gwe bikin gwe tambah suka tapi gwe ga mau keliatan banget kalo gwe suka, ihh gwe sebenernya kenapa si... Bantinnya sambil terus mengikuti langkah Dito yang masih mengenggam tangan Gibran.

"Kita mau kemana si?" Tanyanya dengan ketus.

Dito tidak menjawab pertanyaan Gibran, dia hanya fokus pada tujuannya dan sesekali mempercepat langkahnya.

***

"Udahlah, ayo kita pulang aja"

"Capek gwe lama-lama disini" Ajak Oliv.

GIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang