Dengan selimut yang masih menutupi badan dan menyisakan bagian leher sampai kepala yang terlihat. Pantulan cahaya pagi dari pintu kaca balkon membuat mata terbuka perlahan, menepikan selimut, duduk diranjang sambil peregangan badan dan meraih segelas air putih dimeja kecil dekat ranjang.
Berjalan membuka gorden jendela dan pintu kaca, memandang suasana pagi dari atas balkon dengan tangannya yang masih menggenggam segelas air putih.
Meregangkan seluruh badannya berharap dapat mengurangi lelahnya "Eeghhh! seger banget susana pagi didesa, walaupun sedikit dekat dengan pusat kota"
Memalingkan pandangannya ke sebuah rumah minimalis 2 lantai, terlihat seorang perempuan dengan rambut panjangnya yang dikuncir 1 dengan pita berwarna merah muda.
"Rajin banget tu cewe, pagi-pagi udah nyapu halaman aja" memandang dengan hati sedikit kagum.
Tanpa gw sadari ternyata perempuan itu memandang balik dengan wajah yang kebingungan, gw yang sadar akan hal itu, memalingkan pandangan lalu masuk kekamar dan menutup pintu balkon.
"issh! sialan! kenapa gw jadi merhatiin dia" sambil membuka pintu kamarnya.
Berjalan menuruni anak tangga menuju dapur, terlihat bibi yang sedang memasak.
"Den Gibran udah bangun" sapa bibi.
"Udah bi" sambil mengisi air putih digelas yang dari tadi masih dipegangnya.
Meneguk air putih sampai tak tersisa sedikit pun digelas "Bunda mana bi?"
"Bunda lagi cari sekolah buat kamu, sama Mas Yadi"
"Sejak kapan Bi?"
"Tadi pagi sekitar jam 6"
"Pagi banget Bi, anak sekolah juga jam segitu masih enak-enakan tidur kali, HAHA" ucap Gibran sedikit tertawa.
"Kurang paham Bibi Den" sahut Bibi dengan yakin.
Memperhatikan Bibi dari kursi meja makan "Oh iya Bi, Gibran mau tanya sesuatu"
"Mau tanya apa Den?" menoleh kearah Gibran yang duduk dikursi meja makan.
"Itu Bi, cewe cantik yang di rumah cat warna putih itu siapa?"
"Yang mana? rumah putih disini banyak Den"
"Yang didepan rumahnya ada Pohonnya Bi" terus meyakinkan Bibi "Oh itu, yang rumahnya minimalis 2 lantai" sambungnya.
"Oh, itu rumah Mba Prita Den"
"Prita ya namanya" sambil mengangguk-anggukkan kepala.
"Suka ya sama Mba Prita?" ucap Bibi sambil tersenyum kepada Gibran "Gapapa Den Mba Prita baik kok orangnya, pinter, rajin lagi" sambung Bibi.
"Ga Bi, cuma tanya aja" sambil memainkan gelas kaca didepannya "Pasti juga cewe secantik dia udah punya pacar, yakan bi?"
"Bibi gatau kalo soal itu Den"
"Emang dia umur berapa Bi?" tanya Gibran penasaran.
"21 tahun kayanya"
"Ha!? 21!" ucapnya dengan rasa tak percaya
"Kenapa Den?" melirik sedikit ke arah Gibran sambil memindahkan masakannya diatas piring.
"Keliatannya masih anak sekolah kok Bi" ucapnya dengan nada tak yakin.
"Mba Prita emang begitu keliatan muda, sampai seseorang tak percaya jika dia berusia 21"
"Emang Den Gibran lihat Mba Prita dimana?"
"Liat dari balkon kamar Gibran Bi" ucap Gibran sambil berjalan kearah Bibi.
"Ada yang mau dibantu ga Bi?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN
Teen FictionApakah manusia seperti gwe ini ngga pantas dicinta dan mencintai?! Apakah seburuk itu dunia hidup gwe?! Apa emang gwe cocok dijadiin pelampiasan?! Apa memang gwe ditakdirkan untuk sendiri?! Serendah itu kah gwe!! KENAPA HARUS GW!!! KENAPA HIDUP...