Hari ini, Mahesa dan para kawannya tengah berada di markas rahasia mereka yang tidak lain merupakan rooftop sekolah.
Pada hari biasanya, Mahesa beserta geng-nya akan selalu memiliki niatan untuk makan di kantin sambil memberikan beberapa gombalan maut pada para wanita.
Sayangnya entah mengapa, secara mendadak Mahesa terserang pusing di area belakang kepalanya.
Alhasil ia di bawa menuju rooftop dan saat ini tengah tertidur lelap di atas kursi yang tersedia.
Sementara temannya tengah sibuk memperhatikan wajah Mahesa yang nampak lebih pucat dan semakin tirus tiap harinya.
Ke empat temannya itu memandang Mahesa dengan iba, rasanya suasana tampak berbeda tanpa canda tawa dari pemuda receh itu.
"Hufft ... Ko Juna! Apa koko masih memiliki kamar kosong di kost?'' tanya salah seorang bernama Kalayan, atau bisa di panggil Alan.
"Kenapa kamu tanya kaya begitu?'' heran oknum yang di panggil menatap Alan mengintimidasi.
Lantas Alan terkekeh kecil, "Kayak biasanya lah, ekhem! family problem.'' Ucapnya sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf 'V'.
Arjuna menghela nafas kecil sambil memandang sosok Alan yang masih menggaruk tengkuk. "Ya sudah, nanti koko urus.'' Sontak wajah Alan berseri.
"Serius?!''
"Menurut kamu?'' Juna sedikit menatap julid pada Alan, tentu di balas cengiran kuda oleh temannya itu. Ada-ada saja. Pikir Arjuna menatap datar teman yang lebih muda darinya itu.
Disaat yang lain tengah tertawa melihat tingkah laku Juna dan Alan, mendadak suara lenguhan-pun terdengar.
"Loh, Esa udah bangun? Merasa lebih baik?'' itu suara kapten geng, Eiden atau biasa di panggil Eden yang langsung membantu Mahesa untuk duduk bersandar pada sofa.
"Hmm ... Mendingan dikit lah.'' balasnya.
"Abang mau obat? Nanti Jemin bisa ambilkan di uks.'' Usul temannya yang bermanik bulat. Perlahan tangannya menyuguhkan sebotol air minum.
Akan tetapi, Mahesa menolak dengan gelengan kepala yang diberikannya. Sontak hal tersebut mendapat helaan nafas panjang dari keempat temannya.
Seakan teringat sesuatu, ia mengambil sebuah kertas kecil di dalam saku celananya.
"Oh iya! Esa lupa kalau mama nyuruh Esa kasih obat buat Jidan, duh gimana nih?!'' Mahesa kelimpungan dan segera beranjak dari kursi.
Tanpa memperdulikan keadaan tubuhnya yang sempoyongan ia berlari menelusuri lorong sekolah. Sampai tibalah dirinya, berdiri tepat di depan ruang kelas yang bertuliskan 'Ruang Seni'.
Sebelum masuk dia terlebih dahulu mengetuk pintu, perlahan dibukanya pintu tersebut oleh guru pengajar.
Sontak atensi Mahesa teralih pada sepasang manik milik guru pengajar seni itu.
"Esa? Cari siapa, Nak?'' tanya Sang guru lembut.
"J-jidan, Pak." balasnya gagap lalu segera guru tersebut mencari oknum yang di maksud Mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulung
FanfictionFondasi terkuat dari tiap pasangan yang ada di muka bumi ialah seorang anak. Di anugrahi seorang anak memanglah membahagiakan tapi bukan berarti anak itu harus di kucilkan apabila ia tak sanggup tuk raih apa yang orang tuanya mau. Seperti anak sulun...