Mahesa memelototkan matanya tak percaya, siapa sangka ia kembali bertemu dengan Mahesa— ah bukan! Tapi Dipta, bersama dua kawannya yang lain ikut duduk di meja kantin berisikan Mahesa and friends.
"Ngapain lo duduk di sini?!" sentak Mahesa tak terima. Sedetik setelah Dipta mendaratkan bokongnya pada kursi.
Dipta tertawa kecil, "Kamu nanya?? Napa lo marah kayak gitu? Ini kan tempat umum, suka-suka gue lah mau duduk di mana." tanya Dipta dengan nada lebih santai.
"Cih! Sak karep mu! Gue lagi gak mood buat gaduh di sini." Katanya mulai memalingkan wajah ke arah Alana yang sibuk berdebat dengan Arjuna pasal bias mereka di aespa. Dikarenakan duo itu mulai membuat telinganya sakit akibat mendengar beberapa pekikan Alana, Mahesa-pun memutuskan untuk memesan sesuatu.
Sebelum itu, ia menunjukkan wajah julid-nya pada Dipta dengan berbagai ekspresi menyebalkan. "Hahaha, bang Hesa - bang Hesa ... lo lupa sama gue?" mendengar itu Mahesa yang hendak memesan makanan terhenyak dalam kalimat Dipta. Ia semakin di buat bingung oleh siswa pindahan aneh itu.
"Maksud, lo?!" elak Mahesa masih tidak paham dengan alur pembicaraan Dipta yang berbelit.
"Bang Hesa jahat amat, lupa sama kami. Mentang-mentang udah ada temen baru, ih!" walau nada bicaranya terdengar lemah, wajah yang di tampilkan salah seorang kawan Dipta tetap datar tanpa ekspresi.
"Eh, bentar!" Mahesa mulai membawa pikirannya pada ingatan lama yang memiliki batas tersendiri di memory otaknya, "wait! jangan bilang kalau kalian ..."
"Inget?!" wajah mereka kini mulai antusias, padahal Mahesa belum menyelesaikan kalimatnya.
Mahesa tersenyum ceria, "Enggak. Gue udah lupa, hehe ... Oh! kalau gitu kasih tau gue nama kalian lagi, dong." pinta Mahesa cengengesan membuat seisi meja kantin yang berisikan teman Dipta dan Mahesa menepuk kepala berjamaah.
"Kan gue udah bilang sama lo, gak bakal semudah itu buat dia inget sama kita, Bang." lesu salah seorang kawan Dipta yang berbadan tinggi.
"Iya, maaf. Ya udah gue kenalin diri lagi, gue—"
"Gue nggak tanya nama lo, Dipta! Itu noh, temen-temen lo. Kalau lo mah, gue juga tau kalik." sinis Mahesa langsung mendapat tatapan elang.
"Tai emang, baru juga mau kenalan, elah! Oi! ges kenalin diri sendiri sono, gue dah gak mood!" titah Dipta cepat yang langsung di turuti oleh kawannya yang lain.
"Gue Jaya! Gak mungkin banget sih kalau lo cepet lupa sama gue yang tamvan menawan gini." katanya pede.
"Ngaco lo, Jay. Kenalin lagi gue Azka. Abang inget gue gak? Dulu gue sering Abang kasih nasehat tau." lanjutnya dengan senyum merekah. Mahesapun hanya mampu mengangkat sebelah alisnya karena memang ia lupa dengan mereka.
"Gue Seno, iya tau nama gue jelek. So jangan komen ya."
"Hahahaha ..." Kantin yang membosankan bak kulkas yang terlalu penuh dengan salju freezer, seketika mencair menikmati lawakan singkat yang di berikan Dipta and the geng.
"Masa masih lupa sih, bang? udah effort ngenalin diri nih!" Cemberut mereka nyaris tantrum di hadapan Mahesa yang berlagak menyerap nama-nama tadi.
"Masa gak kelihatan sih akting gue?" ucap Mahesa membuat Dipta and the geng kebingungan dengan wajah yang seakan berkata, "hah??!"
Lantas Mahesa tersenyum, "Gue inget kok, bahkan ingetnya udah dari ketemu sama Dipta di kelas. Btw gue pinter ekting, kan?" ucap Mahesa membuat empat pemuda itu terkejut.
"Eh iya, katanya Ada empat. kok cuma tiga?" Eiden yang terdiam sedari tadi mulai angkat bicara.
"Gue ga lo hitung?" kata Dipta menatap Eiden dengan wajah datar. Enak saja dia tidak di anggap, dia berasa jadi hantu yang transparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulung
FanfictionFondasi terkuat dari tiap pasangan yang ada di muka bumi ialah seorang anak. Di anugrahi seorang anak memanglah membahagiakan tapi bukan berarti anak itu harus di kucilkan apabila ia tak sanggup tuk raih apa yang orang tuanya mau. Seperti anak sulun...