1 - Bareng lagi??

57 5 1
                                    

Mereka selalu bilang, "Masa-masa yang indah adalah saat masa SMA." Entah itu karena semangat remaja yang meluap-luap atau karena semua terasa lebih sederhana. Namun bagi Zhifa, SMA bukan hanya sekadar lembaran waktu, tapi lanskap kenangan yang terukir begitu dalam.

Pagi itu, matahari menyapa langit dengan semangat, dan kehidupan sekolah memulai babak baru. Di lorong-lorong yang ramai, kita berjalan bersama, seolah tak ada batasan bagi persahabatan yang telah kita pupuk bersama selama bertahun-tahun. Tapi, siapa sangka, di balik senyum dan tawa, ada bayangan cinta yang mungkin akan merubah segalanya.

Begitulah, sebuah kisah persahabatan yang terjalin begitu erat, tapi juga diwarnai oleh rahasia, keraguan, dan akhirnya, cinta yang datang dengan segala kompleksitasnya. Selamat datang dalam perjalanan lika-liku persahabatan, di mana indah dan hancurnya masa SMA saling beriringan, membentuk lukisan kenangan yang takkan pernah pudar.

"Ah, akhirnyaaa kita satu sekolah lagi, bahkan Tuhan pun menakdirkan kita buat sekelas lagi woyy, amazing sekali bukan?" Egga dengan semangatnya yang membara.

Semenjak dari Sekolah Dasar, mereka berlima tidak pernah pisah. Selalu saja satu sekolah dan bahkan selalu satu kelas. Karena sekolah mereka selalu menerapkan adanya kelas unggulan. Dan mereka berlima termasuk murid-murid yang pintar.

"Lebay banget lo Ga," ucap Novan dengan bola mata yang memutar malas.

Tata mengangguk setuju dengan Novan. "Tau nih bocah ingusan, padahal gue udah bosen banget ngeliat wajah lu."

"Hadeuh, dikira gue ga bosen juga apa ngeliat wajah lo yang kayak singa lagi birahi ini," ucap Egga dengan entengnya.

"APA KATA LO? ULANGI SEKALI LAGI?!!" Jawab Tata dengan melotot ke arah Egga. Tak mau kalah dari Tata, Egga pun turut melototi Tata.

"Apa?! Ga terima lo, hah?!!"

"Hush.. hush.. bisa diem ga kalian ini, dimana aja dan kapan saja selaluu aja ada bahan ributannya, malu tuh diliatin murid-murid lain," ucap Fikran berusaha menengahi teman-temannya yang selalu ribut.

Zhifa yang sedari tadi hanya diam melihat temannya yang sedang ribut akhirnya buka suara.
"udah lah, daripada ribut, mending kita cari tempat kelas nya bareng-bareng."

Akhirnya Tata dan Egga pun menyudahi adu mata melotot nya. Mereka berlima pun segera mencari kelas mereka yang akan di tempati untuk mereka belajar.
.
.
.
Setelah menemukan kelas mereka yang ternyata berada di lantai 2, segeralah mereka mencari tempat duduknya masing-masing. Mereka memilih bangku duduk paling belakang. Meskipun mereka terlihat seperti anak pemalas, tetapi sebenarnya mereka termasuk anak-anak yang jenius dan pintar otaknya.

"Yuhuuu bangku ini punya gue, Van ayo duduk sama gue," ucap Egga sambil memegang kursi di depannya.

"Yee enak aja lu main nyerobot, Novan udh gue booking dari zaman baheula, Novan duduk sama gue," timpal Fikran sembari memeluk Novan dengan erat dan memutar mutarkan badan Novan dan kembali memeluknya lagi. Novan yang di perlakukan seperti itu terlihat wajahnya yang tertekan.

"Idih idih Fik, santai aja kali, tuh si Novan sampek sesek nafas tuh lu peluk erat banget, yaudah ayo Jip duduk sm gue," ucap Egga sembari menggandeng tangan Zhifa. Zhifa yang merasa tangannya di gandeng hanya diam saja pasrah mengikuti Egga.

"WOII!! ENAK AJA LU MAEN GANDENG GANDENG TANGAN BESTI GUE, HEH DENGER YA KUTU KUPRET, MANA MAU SEORANG ZHIFA DUDUK SAMA LU, YANG ADA ZHIFA TIAP HARI BISA STRES TAU GA," ucap Tata dengan suara cempreng nya sehingga membuat orang-orang sekitar menoleh ke arah mereka, sebagian ada yang bisik-bisik, ada juga yang menatap sinis ke mereka.

"Duhhh, dulu emak lo ngidam toa ya? Mulut lo bener-bener ngerobek robek telinga gueee," ucap Egga dengan wajahnya yang ga kalah sinis nya.

"Eh udahh udahh, malu tuh di liatin anak-anak yang lain, sorry ya Egga, gue kemarin udah diajak tata duluan," timpal Zhifa karena merasa gak enak sama suasana ruangan kelas mereka sekarang, karena hampir seisi kelas memperhatikan mereka. Tak luput pasti ada juga yang meliriknya tajam.

"Rasain lo," ejek Tata dengan senyum sinis nya ke arah Egga dan segera merebut kembali tangan Zhifa yang sedari tadi tidak di lepas oleh Egga.

Egga yang mendengar itu memutar bola matanya kesal.

"Ahh, sialan! yaudah gue duduk sendiri aja kalo gitu, ternyata gini ya jadi orang yang ga di anggep, selalu jadi seken cois, ga pernah banget dapet temen yang tulus ke gua." Oceh Egga dengan memasang wajah yang di sedih-sedih kan.

Seluruh teman-temannya menahan tawa melihat wajah sok sedih nya Egga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seluruh teman-temannya menahan tawa melihat wajah sok sedih nya Egga. Zhifa yang sedari tadi diam saja, melihat tingkah lucu Egga yang menyita perhatiannya. Segera Zhifa menutup mulutnya karena menahan tawa.

Merasa tidak kuat menahan tawa, akhirnya sebuah garis senyum manis Zhifa pun timbul dengan lesung pipi dan gigi rapi yang membuat wajah cantiknya terpancar.

Fikran, Novan, dan Tata seketika terdiam melihat ke arah Zhifa yang menahan tawanya dan segera menutup wajahnya yang memerah karena malu dilihat teman-temannya seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fikran, Novan, dan Tata seketika terdiam melihat ke arah Zhifa yang menahan tawanya dan segera menutup wajahnya yang memerah karena malu dilihat teman-temannya seperti itu. Mereka jarang sekali melihat Zhifa seperti itu.

Egga yang melihat itu juga seketika terdiam, terpaku, dan terpana.

"Cantik" satu kata yang berhasil terlontar di bibir Egga.

"DALAM PELUKAN DUSTA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang