Sekali lagi, ini murni hanya karangan. Tempat dan nama, semuanya karangan dari penulis, kecuali negaranya.
•
❛❛Happy reading❜❜
"Anak bermata merah itu, pembawa aib dan kesialan!"
••••
Nagawa, tahun 5000.
"Goal!!"
Suara teriakan yang sangat membahana terdengar dari lapangan sekolah. Suaranya yang hampir memekakkan telinga dihiraukan begitu saja karena rasa bahagia terselip diantara teriakan tersebut.
"Yey! Tim kita menang, cok!"
Padahal hanya permainan biasa, namun senangnya luar biasa, itulah untuk sekumpulan para murid yang mudah bergaul dan suka, 'haha-hihi' sana-sini.
Namun, tidak untuk seorang cowok yang sedari tadi duduk dipinggir lapangan, dengan netra merah delima yang sedari tadi memperhatikan permainan mereka.
Dia hanya duduk diam layaknya patung, yang membedakan dia bisa bernafas sedangkan patung adalah benda mati.
Duduk termenung dengan kesendirian yang membelenggu. Bukan dia yang menginginkan kesendirian, namun tak ada seorang pun yang mau berteman dengannya bahkan sekedar menyapa pun tidak ada.
"Fangli."
Menoleh kanan kiri, depan belakang, namun tak kunjung menemukan sosok dari sumber suara tersebut. Bisikan itu terus terdengar sejak dia pulang dari Kuil tua itu.
Sosok yang berbisik itu seakan ingin mengajak dirinya berkomunikasi, namun sampai sekarang tak pernah dia tanggapi. Bukannya tak mau menanggapi, tapi entah kenapa disaat dia ingin membalas panggilan tersebut, dirinya seakan kehilangan tenaga.
"Dilpa stići, misliopå. Zuõnwa."
(Belum saatnya, jangan terlalu dipikirkan. Istirahatlah).
Mengerutkan keningnya karena tak mengerti apa yang sosok itu katakan. Bahasa apa itu? Tak pernah sekalipun ia mendengar bahasa seperti itu.
Bahkan, ketika sosok itu berbicara pun, dia merasa tenaganya terkuras sedikit. Entah kenapa malah membuatnya menjadi mengantuk dan ingin memejamkan mata. Namun ia tepis karena masih berada dipinggir lapangan.
Sebisa mungkin ia tahan agar kelopak matanya tak tertutup, namun ia tak kuasa untuk menahannya lagi. Kemudian perlahan tertidur dengan nyenyak melupakan fakta bahwa ia masih berada dipinggir lapangan sepak bola.
『 𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐈𝐓𝐘 』
Srrass!
Bagaikan diterpa oleh guyuran air yang lebat, membuatnya terkejut dan terbangun dengan nafas yang memburuh.
"Lo bolos sekolah? Mau jadi berandalan, anak bangsat?!" pekikan dari manusia dihadapannya membuat ia tersadar.
Netra merah delimanya menelusuri seisi ruangan dan ternyata, dia berada didalam kamarnya sendiri. Maka dari itu, keningnya mengernyit keheranan. Masih dalam keadaan yang membuatnya bingung, tiba-tiba rasa panas menjalar diarea pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity; KaiFang
FanfictionLapak Brothership, not LGBT. Fang kira dengan ia bunuh diri akan mengakhiri segala penderitaan yang menimpah hidupnya. Namun nyatanya, sudah berkali-kali percobaan bunuh diri yang ia lakukan, namun sama sekali tak pernah membuahkan hasil. Hingga s...