Mata itu terbuka lebar disertai tarikan napas yang kuat. Menatap sekitar dengan linglung, nafas terengah-engah dan tubuh yang bergetar hebat. Bau amis menyengat hidungnya. Rara tau ini tempat penyiksaan, tepat di depan mata, Rara melihat beberapa orang dengan penampilan yang menyedihkan mati setelah disiksa dengan keji.
Menelan ludah susah payah, gadis itu kembali menutup matanya. Hatinya sakit, saat teringat sahabat yang di anggap [sahabat sehidup semati se frekuensi] itu meninggalkan dan tidak mau menolong dirinya.
~~<°FLASHBACK ON°>~~
Rara Lintang Raharja
Gadis cantik, kulit putih, rambut se bahu, mata berwarna coklat dan tahi lalat di atas bibir sebelah kiri menambah kesan manis.Dia anak semata wayang jadi begitu disayangi oleh mami papinya. Kehidupan yang berkecukupan dan sederhana, maminya bekerja menjadi guru TK dan papinya kepala sekolah SD.
Memiliki sifat bar-bar, licik, tomboy parah, suka berkata kasar, sering berantem, pecicilan, suka maling mangga Pak Dodo, doyan seblak, ngegas kalo bicara, tidak mau mengalah ketika berdebat. Tapi Rara terkenal akan kedisiplinan, kepintaran dan jago beladiri. Padahal maminya mengharapkan anak cowok yang keluar eh malah cewek. Jadi ya wujud cewek sifat cowok.
Rara, Arga, Raga, Dafa, Abdul [sahabat sehidup semati se frekuensi] itu terpantau sedang memancing ikan di rawa -rawa belakang rumah Pak Slamet. Setelah dua jam memancing mereka memutuskan untuk pulang, naas sekali ketika Rara baru berjalan selangkah, kaki Rara di gigit ular kobra.
{Rawa belakang rumah Pak Slamet}
"Ayo pulang gaes, kita udah dapet ikan lele 10 nih." Seru Abdul dan di setujui yang lainnya.
"Yoklah gas ngengg, gue juga udah ga sabar goreng ikan lele nya." Antusias Arga juga di acungi jempol oleh Raga.
"AKKKHHHH, JANCOK MY SIKIL DI GIGIT NAAGIN." Teriakan kesakitan Rara.
"Ehh eh BYURRRRR." Bak jatuh tertimpa tangga, Rara terjungkal ke rara-rawa.
"WOI PREN TOLONGIN GUE!." Seru Rara
"Hahahahahahahh." Tawa ke 4 sahabatnya
"Nasib lo cakep bener sih Ra, udah digigit ular terus kecemplung pula." Sindir Arga
"Cakep matamu"
"Cepetan oi tolongin gue, malah diketawain." Ucap Rara"Aduhh Ra gue ga bisa berenang." Panik Dafa
"Udah kita tinggalin aja, itung itung ini sebagai balas dendam kita." Seru Abdul dan di angguki kepala oleh lainnya
"Iya, lagi pula Rara bisa berenang." Imbuh Raga, mungkin 4 cowok itu tiba-tiba amnesia, padahal mereka tau kaki Rara digigit ular berbisa.
"Heh cepetan tolongin, kaki gue kram ini." Seru Rara yang merasakan kaki dan seluruh tubuhnya mulai mati rasa karena racun ular yang menyebar dengan cepat.
"Bai bai Rara cantik, kita mau goreng ikan dulu, baru manggil warga agar nolongin lo." Ucap Arga di sertai langkah ke 4 cowok itu meninggalkan Rara yang hampir tenggelam di rawa.
"....." Rara termenung sejenak, setelah itu tubuh nya tenggelam ke dasar rawa.
~~<°FLASHBACK OF°>~~
"Jahat."
Desisnya, air mata menetes dari sudut matanya. Mengingat bagaimana momen- momen persahabatan mereka dari bayi sampai Kelas 12 SMA. Mereka tidak mau menolongnya karena masih menyimpan dendam terhadap Rara, yang pernah merusakkan motor- motor sahabat nya.'Nyawa lebih penting njir, daripada motor yang pernah ia kendarai lalu menabrak pagar kuburan' Batin Rara emosi
Dulu pas SMP kelas 7 Rara mengendarai motor cb milik Abdul karena belum menguasai motor kopling Rara pun menabrak pagar kuburan.
"Bangun atau gue siram air panas."
Suara dingin dan serak basah itu membuat Rara menegang, matanya langsung terbuka dan bertemu mata
elang yang sangat tajam itu.Jadi, dirinya belum di neraka saat ini?
"Jangan tidur di sembarang
tempat." Desisnya tajam."Nyusahin!" Setelah mengatakan itu, pemuda tinggi dengan kesan badboy yang sangat kental itu keluar setelah membanting pintu ruang penyiksaan.
"Dia siapa?" Lenguh Rara, memijat kening, lalu mengucek matanya. "Penjaga pintu neraka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rara Transmigration
FantasyJIAKHHH, MAMA ANAKMU INI BELUM PERNAH PACARAN TIBA-TIBA PUNYA SUAMI KEMBAR?! Rara sungguh tidak paham, seingatnya dia meninggal dunia karena di gigit ular kobra saat memancing ikan di rawa-rawa belakang rumah Pak Slamet. Bukan alam neraka atau sur...