Chapter 3

625 82 14
                                    

Jin terus memikirkan apa yang dikatakan putranya. Dia melihat seseorang yang mirip dengan ayahnya, dia tahu anaknya mengenal wajah Jungkook dengan sangat baik dan dia selalu memuji ketampanan ayahnya. Jin merasa Yoonjin tak mungkin salah dalam mengenali ayahnya.

"Jin, apa yang kau pikirkan? Kenapa kau melamun?" Tanya Yoongi.

"Apa mungkin orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali?"

"Apa maksudmu?"

"Yoonjin bilang tadi dia melihat ayahnya." Mata Yoongi melebar.

"Apa itu mungkin?"

"Yoonjin pasti salah lihat"

"Tapi bagaimana jika orang itu benar-benar Jungkook?"

"Apa Jungkook akan menggali kuburannya sendiri dan keluar dari sana lalu datang ke supermarket?"

"Yoongi." Jin cemberut dan membuat Yoongi tertawa.

"Jin, ada banyak orang di dunia ini yang memiliki wajah yang mirip, bisa jadi orang itu memang terlihat seperti Jungkook dan ketika Yoonjin melihatnya, dia mengira itu ayahnya" Jin hanya mengangguk.

Dia tidak bisa menerima kata-kata Yoongi, dia tahu persis bagaimana putranya, dia tidak mungkin salah ketika dia mengenali seseorang.

Sesampainya di rumah, Jin segera meletakkan belanjaan mereka di dapur, dia melihat Yoonjin sedang sibuk memakan biskuitnya di ruang tamu.

Setelah merapikan belanjaan, ia menghampiri anaknya dengan segelas air di tangannya.

"Ini, kau harus minum air putih agar tenggorokanmu tidak kering saat kau makan biskuit"

"Terima kasih Appa" Jin mengangguk sambil mengusap rambut Yoonjin dengan lembut.

"Yoonjin, Appa ingin bertanya"

"Hmm"

"Apa bunny itu benar-benar mirip dengan Daddy?" Yoonjin mengangguk dengan mulut penuh biskuit.

"Apa kau yakin itu Daddymu?" Yoonjin mengangguk.

"Tapi.. bunny tidak mengenalku"

"Itu pasti karena kau sudah besar sekarang, kau melihat Daddy menggendongmu saat kau masih bayi, kan? Dan sekarang kau sudah berat untuk digendong, itu berarti dia sudah lama tidak bertemu denganmu"

"Tapi apa itu benar-benar Daddy?"

"Percayalah pada apa yang kau percayai sayang, apapun itu aku percaya padamu" Jin merangkul pundaknya dan mendekatkannya pada Jin lalu mencium kepalanya.

Terdengar suara pintu terbuka dan Daniel muncul dari sana. Yoonjin turun dari sofa dan berlari ke arah Daniel lalu Daniel menangkapnya dan memeluknya.

"Hei anakku, apa yang sedang kau lakukan?"

"Makan biskuit dengan Appa"

"Yoonjin, turunlah, badanmu sudah berat, Uncle Daniel pasti lelah setelah bekerja"

"Tidak apa-apa Jin, aku tidak terlalu lelah hari ini, aku ingin bermain dengannya" Daniel menggelitik Yoonjin yang berada dalam pelukannya, membuatnya tertawa.

Jin yang melihat kedekatan mereka langsung pergi ke kamar Yoonjin, duduk di tempat tidurnya dan mengambil bingkai foto di atas meja. Ia mengusap-usap foto tersebut dengan jari-jarinya.

"Jungkook, jika itu benar kau, tolong kembalilah, aku masih menunggumu, tempat di hatiku akan selalu menjadi milikmu, kembalilah"

.
.

1 Minggu Kemudian

Yoonjin mengalami demam, dia menangis sepanjang hari dan sulit untuk tidur, ini adalah pertama kalinya Yoonjin sakit dan itu tentu saja membuat Jin khawatir. Daniel masih berada di klinik, jadi dia memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit dengan taksi.

Saat itu sudah jam 10 malam dan dia tidak ingin merepotkan semua orang hanya untuk membawanya ke rumah sakit.

Ketika dia tiba di rumah sakit, dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa itu hanya demam biasa, dan dia akan memberinya obat penurun demam. Itu pasti karena dia bermain hujan-hujanan kemarin, sehingga membuatnya demam hari ini.

Jin meletakkan Yoonjin di kursi dan dia pergi ke bagian administrasi untuk membayar biaya pemeriksaan dan biaya pengobatan.

Tiba-tiba seseorang berdiri di samping Jin, seketika Jin langsung mengenali aromanya. Aroma yang tidak asing baginya. Aroma yang selama ini ia rindukan. Tepat saat dia hendak berbalik ke sisinya, perawat datang dan meletakkan kuitansi di depan Jin.

"Tuan Seokjin, ini rincian pembayaran yang harus Anda lunasi."

"Y-ya, ini..." Jin menyerahkan kartu kreditnya pada perawat di depannya.

Jin menoleh ke arah orang di sampingnya, tapi dia hanya melihat punggung orang itu menghadapnya. Orang itu mengenakan topi, dia tidak bisa mengenalinya dari belakang. Saat dia hendak menepuk pundaknya, perawat itu memberikan kartu kreditnya kembali pada Jin yang mengalihkan perhatiannya dan ketika dia menoleh ke orang itu lagi, dia sudah tidak ada, aromanya juga perlahan-lahan memudar.

Revolution | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang