Pertengahan bulan juli sudah tiba, tahun ajaran baru telah dimulai, jam baru saja menunjukkan pukul 05.40 pagi namun banyak siswa yang berangkat ke sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Sama halnya dengan Kenan Adistira, remaja berumur 17 berambut hitam panjang yang kurang pandai bersosialisasi. Hari ini dia sengaja bangun sejak subuh demi mempersiapkan diri untuk hari pertamanya sebagai siswa SMA. "Dipikir - pikir hari pertama ngapain juga bawa buku banyak - banyak," bisik Kenan yang berbicara pada dirinya sendiri. "Sip, harusnya udah sih." Setelah menghabiskan sarapannya Kenan bergegas mengambil kunci motornya dan berangkat "Aku berangkat dulu," ucapnya sembari menutup pintu rumah secara perlahan.Jarak yang Kenan tempuh tidaklah jauh, hanya sekitar 4 KM dari rumahnya. Sesampainya Kenan di sekolah, dia segera memarkirkan motornya dan masuk kedalam sekolah, Kenan mendapati dirinya berangkat terlalu pagi karena baru terdapat beberapa siswa yang kemungkinan juga adalah siswa baru yang masih dalam fase rajin - rajinnya. Hal pertama yang Kenan lakukan adalah mencari ruang kelasnya di papan pengumuman, 10 IPA 1. Disebelah daftar kelas juga terdapat denah yang menunjukkan seluruh lokasi sekolah, setelah menghafalkan denah Kenan segera menuju kelasnya.
"Ehh sebentar." terdengar suara seorang laki - lagi yang berjalan kearah Kenan, saat Kenan berbalik dia mendapati seorang siswa berambut keriting dan badan yang tinggi. Siswa tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah teman Kenan saat SMP yaitu Febrian Ari, atau sering dipanggil Febri "Wih ternyata lu sekolah disini juga Nan," sapa Febri "Lu kelas apa?." Kenan hanya menjawab dengan singkat "10 IPA 1." Febrian tersenyum dan merangkul Kenan "Barengan lagi dong kita bertiga hehe." Kenan mengernyitkan alisnya "Bertiga?," tanyanya "Iyadong, si Dika katanya juga kelas 10 IPA 1."
Sesampainya mereka berdua di kelas, belum banyak siswa yang hadir. Beberapa dari mereka ada dua orang perempuan yang sedang menggosip entah membicarakan apa tetapi suara bisikan mereka dapat Kenan dengar dari pintu kelas, ada seorang siswa yang tengah tertidur di mejanya. Dan ada kerumunan siswa yang sedang bermain game di meja belakang. "Lu duduk dimana Nan?," tanya Febrian "Terserah sih, paling di tengah," balas Kenan, Febrian langsung berjalan ke sebuah kursi kosong ditengah "Nih ada kursi kosong." Kenan tersenyum kecil dan menaruh tasnya di kursi yang dipilihkan oleh Febrian, dan Febrian sendiri duduk di meja belakang Kenan.
Mungkin terlihat respon yang diberikan Kenan pada Febrian tergolong cuek atau kaku, Namun. Sejak kelas 1 SMP Kenan hampir tidak memiliki teman yang benar - benar bisa dianggap teman, kecuali 2 orang yaitu Febrian dan Adika. Kedua orang itu telah menjadi sahabat Kenan dari awal masuk SMP karena mereka memiliki sebuah kesamaan, yaitu sama - sama dikucilkan dan entah bagaimana mereka bertiga bisa akrab dengan cara mereka sendiri dan menjadi sahabat sampai sekarang.
"Ini si Dika mana, udah hampir masuk padahal" celetuk Febrian yang kini duduk di kursi kosong sebelah Kenan, sosok "Dika" yang daritadi disebut oleh Febrian adalah Adika Pamungkas yang belum kunjung hadir, "Nyasar kali," balas Kenan. Kini kelas telah menjadi ramai karena hampir semua murid telah datang, selang beberapa menit bel masuk telah berbunyi dan semua orang kembali ke tempat duduknya masing - masing. "Tuh anak ngapain" ucap seorang siswi yang tempat duduknya berada disebelah jendela. Dari kejauhan terlihat seorang guru laki - laki yang terlihat sedang menghukum siswa untuk melakukan push up sebanyak 20 kali, "lah itukan... Dika!," ucap Febrian, tetapi bukannya terkejut dia malah tertawa puas "emang kalo dah kebiasaan susah." Semenjak SMP Adika terkenal dikalangan pada guru karena sering datang terlambat dengan alasan yang bermacam - macam seperti motornya mogok, seragamnya belum kering, kunci motornya hilang, dan seterusnya.
Adika berjalan memasuki kelas dengan merasa kelelahan, dia menolah ke kiri kan kanan untuk mencari kursi kosong dan menemukan kedua sahabatnya itu "FEBRIIIIIII, KENANNNNNN!." Seisi kelas terkejut, dengan cepat Adika melesat menuju meja milik Febrian, "jangan teriak - teriak bego, lu kira lagi di lapangan," tegur Febrian, "Hari pertama udah dihukum aja lu." ejeknya, "Gua bangun kesiangan, terus pas mau berangkat ban motor gua bocor. Jadi ngedorong motor sampe bengkel," Balas Adika, mendengar hal tersebut Kenan hanya bisa menggeleng keheranan. Febrian dan Adika duduk bersebelahan dan Kenan di kursi depan mereka, menyisakan satu kursi kosong disebelah Kenan. "Eh ini nan ntar pulang gw ngikut lu boleh ga? Hehe," tanya Adika disertai dengan sebuah senyum lebar, Kenan membalas dengan mengangguk, "Yess emang the best lu nan!."
Seorang guru masuk kedalam kelas dan langsung memperkenalkan diri "Perkenalkan nama ibu Revalina Juliani, atau bisa kalian panggil Bu Reva. Ibu mengajar mata pelajaran bahasa inggris dan sebagai wali kelas 10 IPA 1." Impresi pertama adalah beliau terlihat serius dan tidak banyak basa - basi, "Ibu minta kalian memperkenalkan diri dimulai dari barisan paling depan." Satu persatu murid memperkenalkan dirinya hingga akhirnya sekarang giliran Kenan, "Perkenalkan nama saya Kenan Adistira, umur 17 tahun, hobi membaca, alamat jalan mawar nomer 3." Selesai memperkenalkan dirinya, Kenan kembali duduk dan sesi perkenalan diri dilanjutkan sampai dengan seorang siswi berambut sepanjang pundak yang duduk paling belakang. "Nama saya Ana Dinara. bisa dipanggil Ana, umur 17 dan alamat saya jalan melati nomer 7."
Bel berbunyi, menandakan waktunya untuk istirahat, "Ibu rasa cukup untuk perkenalan hari ini, pertemuan selanjutnya akan langsung pembelajaran." Bu Reva keluar dari kelas, kini Adika dan Febrian sedak sibuk mengobrol membahas sebuah acara TV yang telah mereka berdua ikuti dari lama, "Terus si ini tuh gini....." "-lah gw kira bakal ga gitu, tapi kalau liat dari episode kemarin bakal--." Kenan tidak memahami sedikitpun tentang apa yang mereka bicarakan, tidak pula penasaran untuk ikut menonton. Sesuatu yang memancing perhatian Kenan adalah siswi bernama Ana Dinara yang namanya terdengar tidak asing di telinganya, "Nan-" Ditambah juga alamat siswi tersebut tidak jauh dari rumah Kenan, hanya berbeda komplek, "Woy Nan lu denger gasih daritadi gua panggil." Tegur Adika yang sedari tadi memanggil Kenan , "Apaan," balas Kenan "liat - liat kantin yuk bertiga," balas Adika yang disusul dengan Febrian ikut mengajak Kenan, akhirnya Kenan meng-iyakan ajakan teman - temannya.
Sesampainya mereka di kantin, keadaannya tidak seramai yang Kenan pikirkan, hanya terdapat beberapa siswi dan satu orang siswa kelas 11 yang sibuk menyantap makanannya. "Lu pada mau beli apa?" Tanya Febrian, Adika merogoh - rogoh saku celananya dan mengeluarkan secarik uang 5 ribu rupiah , "5 ribu dapet nasi goreng tuh, lu pesan apa Nan?," tanya Adika yang sekalian memesan makanan, "Kopi," jawab Kenan singkat, Febrian ikut memesan sebuah nasi bungkus dan teh hangat. Kini Kenan dan Febrian mencari meja kosong, sembari menunggu Adika membawa pesanan mereka. "Tuh dateng anaknya," celetuk Febrian melihat Adika membawa nampan berisi makanan. "Jadi menurut lu pada, Bu Reva tuh gimana?," tanya Adika "Normal aja sih, gatau nanti pas pembelajaran," balas Febrian, pandangan mereka berdua tertuju pada Kenan yang belum mengeluarkan pendapatnya. "Ga suka basa basi, orangnya keliatan serius," balas Kenan sebelum meminum kopinya.
Bel pulang sekolah berbunyi, selama jam pelajaran sebelumnya hanya mengulang prosedur yang sama, yaitu perkenalan diri. Dan sekarang telah menjadi waktunya untuk para siswa mengistirahatkan otak mereka, saat berjalan menuju gerbang Kenan mengecek saku celananya dan mendapati bahwa kunci motornya tidak ada, "Lu pulang bareng Febri aja ya Dik, kunci gua ketinggalan di loker meja." Dan langsung berjalan kembali menuju kelas, meninggalkan Adika dan Febrian, "Febriiii anterin gua yaa" ucap Adika dengan nada memelas "Iya iya gua anterin tapi ga kayak gitu juga, serem."
Kenan berjalan melewati beberapa ruang kelas yang masih terbuka, sebagian besar dari kelas tersebut sudah tidak berpenghuni. Akhirnya Kenan sampai di kelasnya yang secara ajaib belum dikunci oleh satpam sekolah, tepat saat akan melangkahkan kaki kedalam Kenan melihat Ana masih tertidur lelap di mejanya, Kenan dihadapkan dengan dua pilihan. Yaitu langsung mengambil kuncinya dan pergi, atau membangunkan Ana terlebih dahulu, akhirnya karena merasa kasihan Kenan memberanikan diri untuk membangunkan Ana. "Hey." Ucap Kenan yang menggoyang - goyangkan meja milik Ana, namun usahanya belum membuahkan hasil, "Bangun!", teriaknya disertai dengan menepuk pundak Ana. Sepertinya cara tersebut berhasil karena Ana yang terkejut dengan reflek berdiri dan menghadiahi Kenan dengan sebuah tamparan keras di pipinya, "Ahh, tau gini mending ga usah dibangunin" pikir Kenan yang sepertinya menyesali pilihannya. Ana terlihat kebingungan dan segera mengambil tas nya lalu pergi tanpa berterima kasih atau meminta maaf, meninggalkan Kenan yang terkapar dilantai, "seingatku 'ditampar cewe' gaada di to do list hari ini" Pikir Kenan kedua kalinya sebelum mengambil kuncinya dan segera pulang.
"Aku pulang." Sesampainya dirumah, Kenan segera mandi dan bersiap untuk belajar dikamarnya. Sejumlah buku pelajaran yang baru saja dibagikan hari ini dipelajari satu persatu oleh Kenan. Setelah sesi belajar selesai, Kenan mengusap - usap pipinya yang masih terasa memar, "Cewe kalo kaget bahaya ya." Ucap Kenan. Tiba - tiba dia teringat sesuatu dan langsung mengambil sebuah stop map berisi dokumen - dokumen lama miliknya, "Sudah kuduga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Apa? Demi Siapa? [Hiatus]
RomanceKenan Adistira, Seorang anak kedua dari sebuah keluarga yang tinggal di Jakarta. Selalu dituntut oleh kedua orang tuanya agar bisa menyamai kepintaran dan prestasi dari kakaknya yang selalu dibangga - banggakan, Bara Kisnanta. Kini Kenan telah memul...