3. Venus Flytrap

10 3 1
                                    

Dengan perpustakaan yang mulai sepi, kini tersisa dua orang yang saling melihat satu sama lain bagai tengah memastikan sesuatu,

"Lu... Beneran Kenan kan?," tanya Sherryl. Kenan mengangguk. "Lu ada urusan sama kak Friska?," ucap Kenan balas bertanya, Sherryl mengambil sebuah kursi untuk duduk berhadapan dengan Kenan, "Kak Friska tuh sepupu gw, dia mau bantu gw pindahan," balas Sherryl. Kenan hanya terdiam bingung mau menjawab apa, keadaan menjadi sedikit canggung untuk mereka berdua.

"Ehm, rumornya bener ya?," tanya Sherryl,

"Yap." Balas Kenan

"Maaf ya gw gabisa ba-" "Udah gapapa." Belum sempat Sherryl menyelesaikan perkataannya, Kenan memotong secara tiba - tiba,"Maaf."

Dulu keluarga Kenan dan Sherryl dekat dengan satu sama lain, diawali oleh ayah mereka. Budi Adinanta dan Agus Martowardojo yang merupakan Founder dari suatu perusahaan, tidak jarang juga Kenan diajak oleh ayahnya untuk ikut ke kantor dikala ibunya sedang tidak dirumah.

Pada awalnya Kenan merasa bosan karena tidak ada anak kecil selain dirinya disitu, hingga suatu hari Agus memperkenalkan anaknya pada Kenan. Sherryl Lianita, anak perempuan dengan darah campuran Australia berambut pirang.

Kenan tersenyum kecil saat mengingat masa-masa itu. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, menjelajahi sudut-sudut kantor yang tak pernah mereka ketahui sebelumnya. Sherryl, dengan rambut pirangnya yang khas dan senyum manisnya, menjadi teman bermain Kenan yang paling menyenangkan.

Namun, ketika keluarga Sherryl pindah ke kota lain karena urusan keluarganya, hubungan mereka terputus. Sekarang, setelah bertahun-tahun tak bertemu, di sini mereka duduk berhadapan di perpustakaan yang sepi, terpisah oleh jarak dan waktu yang telah berlalu.

Kenan menatap Sherryl dengan tatapan ragu-ragu. "Kenan...," panggil Sherryl dengan suara lembut, "Apa kita masih bisa seperti dulu?"

Mendengar hal tersebut Kenan merasa tidak nyaman dengan pertemuan mereka di perpustakaan. Ketika Sherryl menanyakan apakah mereka masih bisa seperti dulu, Kenan merasa terjebak. Dia merasakan ketegangan memenuhi ruangan saat dia mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati.

"Dulu memang menyenangkan, Sherryl," ucap Kenan dengan suara datar, mencoba menutupi ketidaknyamanannya. "Tapi, sepertinya sudah terlalu banyak hal yang terjadi selama beberapa tahun ini." Sherryl mengangguk paham

Keduanya terdiam sejenak, suasana canggung menggantung di udara. Kenan merasa tidak enak, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara mengubah situasi menjadi lebih baik. Untungnya Friska datang disaat yang tepat dan memberikan kesempatan untuk Kenan pergi.

Langit mulai gelap dikarenakan mendung, entah kenapa sepertinya hari ini merupakan hari sial bagi Kenan.

"Duh angkot dari tadi belum sampai-sampai," keluh Ana sambil berdiri di samping trotoar, berteduh dari hujan. Ia baru saja pulang dari les piano yang sudah diikutinya sejak SMP. Awalnya, ia merasa terpaksa saat didaftarkan oleh orang tuanya untuk mengikuti les piano. Namun, lama-kelamaan, Ana mulai merasa nyaman dan memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pianis terkenal.

Dari kejauhan, tampak seorang anak laki-laki berlarian mencari tempat berteduh dan, secara kebetulan, berhenti di sebelah Ana. "Permisi ya, Kak," ucap anak laki-laki tersebut. Ana, yang sejak tadi menundukkan kepala untuk melihat HP-nya, mengangkat kepala untuk melihat muka dari laki-laki tersebut. "Lah, Kenan?!"

Kenan tersentak ketika baru menyadari bahwa perempuan di sebelahnya ternyata adalah Ana. Ia masih belum dapat mengeluarkan sepatah kata pun, dan tanpa mereka sadari, mereka telah beradu tatap selama empat menit.

"Ana?" Akhirnya Kenan berkata dengan suara sedikit terbata-bata. "Nungguin angkot ya?" tanyanya.

"Ya menurut lu aja kira-kira lagi apa," balas Ana dengan nada kaku, cukup untuk membuat Kenan, yang biasanya jarang memulai percakapan, merasa sedikit tidak nyaman.

"Dingin amat," cibirnya.

Ana tertawa kecil mendengar ucapan Kenan. "Gw kira lu sekarang jadi hantu loh, dikelas hampir ngga pernah ngomong apa-apa," katanya sambil memasukkan HP-nya ke dalam saku celana agar tidak menciptakan suasana canggung.

"Lu hujan-hujanan abis dari mana?" tanyanya sepintas.

"Perpustakaan," balas Kenan singkat.

"Oh, lagi belajar ya? Atau ada acara khusus di sana?" Ana mencoba melanjutkan percakapan.

"Kerja paruh waktu," jawab Kenan sambil mengusap rambutnya yang basah. "Setiap Sabtu, bantu-bantu beresin buku."

Ana mengangguk, terlihat kagum. "Rajin banget. Gw baru tahu."

Kenan tersenyum tipis. "Biasa aja sih. Lumayan buat ngisi waktu."

Angkot yang mereka tunggu-tunggu belum juga datang, membuat suasana di antara mereka terasa lebih akrab meski sedikit canggung. Hujan masih deras, menciptakan alunan musik alami di sekitar mereka.

"Lu sendiri dari mana?" tanya Kenan, mencoba sedikit lebih ramah.

"Les piano," jawab Ana. "Udah lama sih ikut les, sekarang malah jadi cita-cita gw. Pengen jadi pianis terkenal."

"Serius? Keren banget," kata Kenan tulus. "Semoga tercapai ya."

"Thanks Nan," balas Ana sambil tersenyum. "Lu sendiri, ada cita-cita apa?"

"Belum tahu pasti. Mungkin nanti kuliah jurusan sastra inggris atau sains. Masih bingung juga," jawab Kenan jujur.

"Nggak apa-apa, yang penting lu punya semangat. Pasti nanti ketemu jalan yang tepat," kata Ana dengan nada penuh dukungan.

Kenan mengangguk, merasa sedikit lebih nyaman. Mereka terdiam sejenak, hanya ditemani suara hujan yang masih deras.

Tiba-tiba, sebuah angkot muncul dari kejauhan. Ana melambaikan tangan untuk menghentikannya. "Akhirnya, angkot datang juga," katanya dengan lega.

"Hati-hati di jalan, Ana," bisik Kenan, merasa terpanggil Ana berbalik dan melihat Kenan dengan tatapan bingung "Hah, apa Nan?" tanyanya. 

"Ngga papa kok," balas Kenan, sedikit tersenyum untuk menutupi kecanggungannya.

Ana menaiki angkot dan melambaikan tangan kepada Kenan. "Sampai ketemu di sekolah, ya," ucapnya sebelum pintu angkot tertutup.

Kenan melambaikan tangan kembali, menatap angkot yang perlahan menjauh. Hujan masih turun dengan deras, namun ada perasaan hangat yang perlahan mengisi hatinya. Pertemuan singkat dengan Ana membawa sedikit kecerahan dalam hari yang kelam. Ia menghela napas panjang, kemudian berbalik dan berjalan menyusuri trotoar yang basah, siap menghadapi sisa hari itu dengan semangat baru. 

Satu hal yang baru Ana sadari setelah sampai rumah adalah Kenan yang selalu saja tersenyum ketika berbicara padanya, "Kenan bisa normal juga ternyata" pikirnya dengan sedikit kaget. Selama ini, Ana sering melihat Kenan sebagai sosok yang cenderung pendiam dan kaku, tapi senyumnya tadi membuatnya merasa bahwa ada sisi lain dari Kenan yang mungkin belum pernah dia lihat sebelumnya.

Pikiran itu menggelitiknya, membuatnya bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi jika mereka berinteraksi lebih banyak lagi. Mungkin Kenan memiliki sisi yang lebih hangat dan ramah yang selama ini tersembunyi di balik kerangka pendiamnya.

Disisi lain saat Kenan merebahkan diri di ranjangnya, ia membiarkan pikirannya melayang ke berbagai peristiwa yang terjadi hari ini. Pertemuan tak terduga dengan Sherryl mengusik ketenangan yang biasanya ia rasakan dalam rutinitasnya. Kenan merasa agak terkejut dengan pertemuan itu, terutama karena dia kini tidak terlalu menyukai Sherryl.Namun, pikirannya kemudian beralih ke momen yang dia alami bersama Ana. Meskipun awalnya terasa canggung, Kenan kagum dengan kemampuannya untuk berbicara dengan lebih santai saat bersama Ana. Dia merenungkan betapa anehnya perasaannya yang terasa lebih tenang dan nyaman di dekat Ana, meskipun dia biasanya cenderung pendiam dan kaku dalam interaksi sosial.Kenan berusaha memahami perasaannya yang bertentangan ini. Dia tidak bisa menolak bahwa hari ini dia merasa lebih hidup dan terhubung dengan dunia di sekitarnya. Dan, di antara semua ketidakpastian yang dia rasakan, ada keinginan yang tumbuh dalam dirinya untuk melihat Ana lagi. Mungkin, pikirnya, ada sesuatu yang istimewa tentang hubungan mereka yang baru terbentuk, dan dia penasaran untuk mengetahui lebih lanjut di mana hal itu akan membawanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk Apa? Demi Siapa?  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang