Arsen Kavian Airlangga, ya itu namaku... aku terlahir di keluarga toxic, dan keluarga yang cukup kaya.
Kedua Ayahku selalu menuntut nilai kepadaku yang bahkan jika aku tidak mendapatkan nilai bagus aku akan dihukum ayah, seperti dipukul,ditampar... arghhh itu sangat sakit sekali lagi jika
di ingat namun karena aku sudah terbiasa sejak SD jadi aku tidak pernah menangis lagi jika aku di pukul,tampar bahkan terkadang aku dijedotin.Aku selalu malas bergaul karena aku takut salah pergaulan dan aku juga tidak bisa bergaul seperti orang-orang disekitar ku, aku juga takut... bergaul bersama orang lain karena aku mempunyai trauma semasa SMP yang saat itu aku pernah bergaul bersama orang lain.
Ya, semua orang mengejek aku boti/banci hanya karena aku lemah dan tidak bisa berantem saat itu, namun kini semua sudah berubah setelah kedua orang tuaku berantem untuk
ke 150x nya (?)"Mas udah, sekarang sudah malam tidak enak didengar tetangga" ucap Ibuku dengan lembutnya untuk menenangkan Ayahku yang sedang marah besar.
"KAMU MASIH MEMBELA ANAK HARAM ITU!?" teriak Ayahku yang membuat aku semakin takut saat itu karena Ayah sangat terlihat marah.
Aku yang mendengar suara teriakkan itu langsung mengintip dari pintu kamarku yang diselimuti penuh kekhawatiran dan takut.
"Sudahlah Mas, dia juga anak kita" Ibuku yang berusaha menenangkan Ayah lagi dengan lembut.
Tangan Ayahku yang sangat besar dan berurat itu mendarat kearah pipi Ibuku yang sangat kencang hingga Ibuku terjatuh dan memegang pipinya dengan tangannya yang sangat kecil dan lemah.
"SAYA GAK SUDI MEMPUNYAI ANAK BODOH SEPERTI ARSEN!" teriak Ayahku yang membuat Ibuku menangis tersedu-sedu.
Aku masih memperhatikan mereka karena aku masih sangat takut saat itu.
Ayahku pun membalikkan badannya dan sedikit demi sedikit menjauhi Ibu yang setelah itu membalikkan badannya lagi setelah cukup jauh dari Ibuku dan kemudian Ayahku berlari ke arah Ibuku lagi.
"BAGAIMANA BISA KAMU MELAHIRKAN ANAK BODOH DAN SELEMAH ITU!?" ucap Ayahku yang menggunakan nada sangat keras yang setelah itu Ayahku ingin menampar pipi Ibuku lagi.
"BERHENTI AYAH" teriakku karena sudah tidak tahan melihat Ibuku yang sudah menangis tersedu-sedu.
Ayah pun menahan tangannya karena mendengarku teriak dan melihat kearah ku dengan tatapan yang sangat tajam dan menggerikan dan Ayahku pun tersenyum seperti psikopat dan setelah itu Ayahku kedapur untuk mengambil sesuatu(?)
Aku langsung berlari kearah Ibuku dan membantu Ibuku untuk bangun.
Namun Ayahku malah membantingkan aku ke lantai yang membuat aku sangat pusing dan penglihatan aku yang tiba-tiba kabur, dan saat pengelihatanku kembali dengan normal aku langsung dikagetkan dengan Ayahku yang membawa pisau seperti ingin sekali membunuhku.
"DASAR ANAK BODOH! SAYA MENYESAL MEMPUNYAI ANAK SEPERTIMU!" ucap Ayahku yang kini pisau yang ditangan nya mendarat kearah wajahku.
Tetapi seketika waktu seperti berhenti karena melihat Ayahku yang diam seperti patung dan semua warna menjadi abu-abu.
Aku mencoba melihat sekeliling yang tidak ada siapapun selain Ayah,Ibu dan aku dirumah itu Namun tiba-tiba ada suara seperti Almarhum Abangku dan benar saja ternyata ada Almarhum Abangku yang tiba-tiba muncul dihadapan ku dan tersenyum tipis kepadaku.
"Jangan mati dulu sebelum kamu bisa melindungkan Ibu" ucap Almarhum Abangku yang setelah itu menghilang.
Setelah melihat Almarhum Abangku yang menghilang, seketika semua kembali lagi dan aku langsung menahan tangan Ayahku yang sangat besar dan berurat itu.
Namun aku tidak mempunyai tenaga yang kuat seperti Ayahku... dan Ayahku pun berhasil melukai dahiku.
Yang kemudian Ayahku melempar pisau itu dan berdiri kembali yang setelah itu ia berjalan menuju kekamar nya.
Setelah Ayahku sudah tidak menyerangku menggunakan pisau itu aku langsung bergegas membantu Ibuku untuk bangun lagi yang saat itu sudah tidak berdaya lagi dan sangat lemas.
"Ibu gak apa-apa?," tanyaku yang penuh kekhawatiran "maafin Arsen ya, karena Arsen Ibu harus menerima semua ini."
"Gak! kamu bukan lagi anak saya!" ucapan Ibuku yang membuatku shock.
"Ibu lagi bercanda kan?" balas ku dengan penuh rasa shock karena mendengar Ibuku mengucapkan itu kepadaku.
"Gak! sekarang kamu bukan anak saya lagi! anak saya hanya Raden! (nama Almarhum Abangku)" jawaban dari Ibuku yang membuat aku semakin shock.
Ibuku pun langsung mendorongku dan ia masuk kekamar nya.
Hari ini sangatlah aneh, Ibu yang tiba-tiba mengucapkan seperti itu kepadaku dan sifat Ayahku yang semakin berani main benda kepadaku, itulah yang membuatku semakin takut untuk menjalani dunia tanpa dukungan dari siapapun, namun dilain sisi aku juga tidak ingin menjadi seperti anak sampah yang mudah menyerah.
Disitulah aku mulai berubah dan mencoba-coba untuk latihan ilmu membela diri dan belajar terus menerus.
Yang sampai dititik ini aku tidak selemah dulu dan aku juga tidak sebodoh dulu namun keadaan rumah masih tetap sama seperti sebelumnya tetapi tidak terlalu parah dari sebelumnya, jadi... aku mulai terbiasa dengan hal itu.
Dan tidak berapa lama pun aku pindah sekolah karena aku juga pindah rumah saat itu.
Semua kondisi semakin rumit dan sangat sulit ditebak olehku karena banyaknya berubah sifat Ibuku dan Ayahku yang kini bukannya semakin membaik tetapi semakin mudah bertengkar dan saling mengadu mulut.
Aku selalu menggunakan headphone saat melihat Ayah dan Ibuku ingin bertengkar agar tidak terdengar suara ribut itu yang membuat aku kesal, tetapi itu percuma karena suara mereka yang sangat keras.
Walaupun kini Ayah dan Ibu lebih sering bertengkar tidak seperti sebelumnya, menurutku itu tidak terlalu buruk karena mereka hanya mengadu mulut dan Ayahku pun sekarang sudah jarang main tangan ataupun benda.
1Minggu pun berlalu dan aku mulai masuk disekolah baruku, dan kisah ini pun dimulai...
•
•
•
Bab 2
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Nona! (On Going)
Roman pour AdolescentsBerawal dari aku seorang murid pindahan yang diajak kenal oleh seorang wanita yang terlihat selalu ceria dan periang, sehingga membuat diriku terasa kehangatan yang diberi oleh wanita itu. Aku menyukai itu walau kita hanya sebatas sahabat. Aku hanya...