Kata ayah: Gak boleh pacaran

4.6K 471 28
                                        

Sometimes we called it 'HOME'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sometimes we called it 'HOME'

Chapter 2 : Kata ayah "Gak boleh pacaran"

...

"Qila denger apa yang ayah bilang semalam?"

"Denger." Qila mengangguk dari samping bangku kemudi.

"Coba ulangin ayah bilang apa," pinta Akbar melirik singkat putrinya yang hari ini terbalut manis seragam putih-biru dengan rambut di kuncir kuda. "Kalau ada yang kasih cokelat Qila jawabnya apa?"

"Gak mau!" Qila menyilangkan tangan di depan wajah.

"Kalau ada yang genitin Qila, jawabnya apa?"

"ANAK NAKAL!" jawab Qila sambil menunjuk jalan di depannya.

"Kalau ada yang ngajak Qila pacaran, jawabnya apa?"

"TIDAKKKKKK!" Qila menggeleng sambil menghentakkan kaki.

"Pinter." Akbar mengelus kepala Qila dengan sayang, bangga ajarannya bisa diterima dengan mudah oleh putrinya. "Pinternya anak ayah."

Sementara itu dibangku belakang Dirga-Daniel-Saka hanya bisa menggeleng pasrah dengan kelakuan dua manusia di depannya.

Dirga berbisik, "Kamu jangan lupa awasin Qila."

"Ok bos!" Jawab Daniel.

Sedangkan Saka hanya mengangguk sekilas dan kembali membaca komik yang baru ayah belikan dengan ekspresi tenang.

Untungnya saja SMA dan SMP mereka satu yayasan sehingga berada di daerah yang sama hanya terpisah gedung. Namun demikian, karena Daniel sendiri sudah kelas 3 SMP gedungnya cukup berada jauh dari gedung kelas Qila dan Saka.

"Yeay sampai!"

"Jangan lupa bekal makan siangnya dimakan, jangan jajan sembarangan!" Ayah memperingati anak-anaknya khususnya pada si kembar yang sangat susah sekali jika disuruh makan. "Daniel jaga adek-adeknya."

"Baik ayahandaku," jawab Daniel dengan postur setengah membungkuk yang langsung diikuti dengan semangat oleh Qila.

Akbar menggeleng. Padahal sudah kelas 3 SMP tapi kelakuan tidak jauh berbeda dengan adiknya yang baru menginjak bangku menengah pertama.

"Hati-hati, Yah," Dirga tersenyum hangat setelah menyalimi Akbar. "Semangat kerjanya."

"Semangat juga belajarnya ya." Akbar balas tersenyum, belum sempat menaikkan kaca, ia dibuat melotot saat seorang anak lelaki mendekat dengan sebuah cokelat berpita di tangan.

We Called it 'HOME'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang