Saka sakit

4.1K 435 38
                                    

Sometimes we called it 'HOME'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sometimes we called it 'HOME'

Chapter 4 : Saka sakit

...

Ada yang pernah mengatakan bahwa kebanyakan anak kembar memiliki ikatan batin yang kuat. Mungkin perkataan itu benar. Persis seperti yang tengah Qila rasakan.

tok tok tok

"... ayah?"

"Ayaaahhh."

Butuh waktu cukup lama hingga pintu kamar Akbar terbuka. Sekarang baru pukul 02.35 pagi, bukan waktunya untuk membangun orang tidur.

"Ayah..." panggil Qila setengah menangis begitu wajah Akbar muncul dari balik pintu. "Saka ... badan Saka panas."

Akbar langsung mendekat, berjongkok dan mengelus punggung putrinya yang sudah bergetar.

"Qila temenin Saka ya, Ayah cuci muka dulu," ujar Akbar dengan suara serak. "Gak apa-apa, abis ini Ayah ke kamar Saka."

Qila mengangguk lalu pergi setelah Akbar mengusap air mata putrinya. Akbar langsung menelpon dokter pribadi keluarga yang memang siap 24/7. Hal seperti ini jarang terjadi, diantara semua anak Akbar yang mudah terserang sakit justru Qila.

Mungkin itu sebabnya Qila nampak begitu cemas karena melihat kembarannya yang sangat jarang sakit kini terbaring dengan kompres di kepala. Kamar keduanya terhubung melalui pintu yang memudahkan mereka untuk mengunjungi kamar satu sama lain.

Qila terbangun dengan dada yang berdetak cemas tak karuan.

"Saka."

Kedua mata Saka terbuka perlahan, efek panas dari tubuhnya membuat ia kesulitan membuka mata. Namun melihat samar-samar wajah kembarannya yang murung membuatnya segera menjawab meski dengan gumaman kecil.

"Aku udah bilang Ayah." Qila merangsek naik, kini tidur disebelah Saka dan memeluknya hangat. "Jangan sakit, Saka."

"Hm." Saka mendekatkan kepalanya hingga jidat mereka saling bertemu.

"Kamu sakit gara-gara aku ya?" Saka menggeleng. "Pasti gara-gara bantu pisahin aku berantem tadi siang, kan? Maafin aku."

Andai saja kepalanya tidak sakit sekarang, sudah pasti Saka tertawa dengan kalimat yang baru diucapkan Qila. Oh ayolah Saka tidak selemah itu. Lagipula ia yakin ini karena kelelahan saja.

"Sakaaaaaa," rengek Qila. "Jangan sakit nanti aku gak ada teman mainnya lagi."

"Saka saka saka."

"Cepet sehat ya."

"Nanti kita beli crepes deket sekolah, kata Nuri crepesnya enak apalagi yang rasa keju pisang."

"Janji deh aku gak akan berantem lagi kalau kamu udah sehat."

We Called it 'HOME'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang