: Bagian Satu

25 4 9
                                        

"Mahes tendang bola nya ke sini!" seru anak kecil yang masih mengenakan seragam sekolah.

Mahes yang merasa dipanggil pun menganggukkan kepalanya paham. Ia menendang bola dengan kuat menuju gawang lawan.

"GOLLLLL!!!" Pekik Mahes yang senang.

"KAKAK HEBATT!" Ucap anak kecil dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya, seraya bertepuk tangan senang.

Beralih kepada anak kecil yang sedang terduduk kalem. Ia menggerakan pensil kesana-kemari mengikuti bentuk yang ia inginkan.

dugh!

"REKSA!"

"Akhh..." ringisnya.

"Reksa kamu gak apa-apa, nak?"

"gak papa Ma. Reksa cuman pusing sedikit"

Winda menghela nafas lega. "Kita pulang ke rumah ya?"

Reksa mengangguk lemah. "MAHES, CAHYA AYO PULANG!"

"Ishh lagi asik-asiknya loh Maa!" cerutu Cahya.

"Bisa di lanjut besok! Kak Reksa pusing ini" jawab Winda.

"Loh, Reksa kenapa Ma?" Tanya Mahes.

"Tadi kepalanya kena bola"

"Yaudah kita pulang aja dulu Ma" Winda mengangguk paham.

"Panggil Papa kamu, suruh ke sini"

"SIAP MAMA!" jawab Reksa.

"Loh heh, katanya pusing?"

"Itu kan tadi maa, hehe" mendengar respon Reksa, Winda hanya menggelengkan kepalanya.

• • • •

"Papaaa! Ayok kita pulang!"

Chandra tersenyum hangat menatap Putranya. "Iya nak"

Chandra pun berjalan mengikuti Reksa, di pertengahan jalan Reksa terdiam sebentar menatap Chandra.

"Papa gendong!" ucapnya senang hingga menunjukkan deretan giginya. "Baiklahh anak Putra Papa yang cantik"

Plak

"Reksa itu tampan Papa! cantik itu untuk Mama!"

Mendengar itu Chandra tersenyum

"Pegangan yang kencang Reksha!"

"Kenap-"

Belum selesai bicara, Chandra langsung saja berlari kencang menuju tiga anggota keluarganya yang menunggu dirinya datang.

"Jaaa~ Sudah sampai Reksa"

"ISHH, Papa kecepetan larinyaa! Reksa jadi takutt" gerutu Reksa kesal, seraya menghentak-hentakan kaki nya.

"Maafin Papa yaa" Reksa hanya mempoutkan bibirnya, "Nanti Papa beliin moomin deh!"

Mata Reksa seketika langsung berbinar, "Emm alat gambar?"

Chandra terdiam, "Tidak boleh Pa?"

"Itu besok saja ya" Reksa mengangguk kecewa.

"Yaudah kita masuk ke mobil dulu yok, udah sore ini" ucap Winda memecah keheningan.

• • • •

Sesampainya di rumah, Reksa langsung saja merebahkan tubuhnya ke kasur empuknya itu. Reksa sibuk memikirkan kejadian sore tadi, "Tidak boleh kah?" gumamnya. Reksa mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kalau Papa gak bisa membelikan Reksa alat gambar, Reksa bisa beli sendiri!" pekik anak kecil berusia 9 tahun itu.

Ia menuliskan sesuatu di kertas dan menempelkannya ke tembok dekat meja belajarnya.

'kumpulkan uang untuk membeli alat gambar^^!

Ia tersenyum senang, lalu merebahkan dirinya ke kasur kembali, dan mulai memejamkan matanya, menunggu hingga sinar mentari membangunkannya.

Tbc.

Sedikitt cerita kalo, cerita ini itu terinspirasi dari perasaan di diri aku ya. jadi ini murni dari pemikiran/perasaan aku langsung.

Kalo nemu cerita yang sejenis kek gini, itu cuma kebetulan yaa

Terima kasih semuaaa^^

Blank CanvasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang