Prolog

36 2 0
                                    

Pintu kos yang sudah 5 tahun ini dihuni oleh gadis bernama Kemala, terbuka lebar setelah ibu pemilik kos datang membawa makanan, oleh-oleh dari luar kota. Kemala, gadis berusia 23 tahun itu meraih keresek berisi makanan dari ibu pemilik kos.

"Makasih banyak, Bu. Seharusnya ibu nggak usah repot-repot bawain Mala oleh-oleh," ujar Kemala sungkan. Ibu Intan, pemilik kos mengelus pelan tangan Kemala.

"Udah, nggak usah sungkan begitu. Kebetulan Ibu bawa oleh-oleh banyak banget dari luar kota. Nggak ada yang makan selain Ibu, Bapak sama Nisa." Setelah berbincang-bincang sedikit, Ibu Intan balik dan kembali membagikan makanan untuk anak-anak kos yang lain. Sedangkan Kemala masuk dan mengunci rapat pintu kamarnya.

Kebetulan Kemala merasa laper dan belum sempat masak setelah pulang dari mengajar. Kemala mengeluarkan lauk serta nasi dan beberapa cemilan dari dalam keresek. Menyimpan nasi dan lauk di atas piring dan langsung melahapnya sambil membuka sosial medianya.

Kemala tiba-tiba berhenti makan setelah melihat banyaknya foto-foto berdua dengan mantan pacarnya yang bernama Handri. Laki-laki yang sudah satu minggu ini sudah memutuskannya sepihak tanpa adanya alasan yang mendasar. Dengan kesal Kemala menghapus semua foto-fotonya dengan Handri di semua sosial medianya. Tidak terkecuali galeri yang menyimpan ratusan fotonya bersama laki-laki itu.

Kemala menghela nafas kasar, menyimpan ponselnya di atas meja dan kembali melahap habis makanannya. Setelah satu minggu mereka putus, untungnya Kemala tidak menangis. Entahlah, ia merasa setelah putus dari Handri perasaannya merasa plong dan lega. Hanya sedikit rasa kesal karena laki-laki itu memutuskannya tepat di depan beberapa guru di tempat bekerjanya. Kebetulan, keduanya bekerja di tempat yang sama. Kemala bekerja sebagai guru pengajar Matematika di salah satu SMA Negeri, sedangkan Handri bekerja sebagai guru BK.

Setelah menghabiskan makanannya, Kemala lanjut mencuci piring bekas makannya. Lanjut tiduran sambil membalas pesan dari beberapa temannya. Hingga suara deringan ponsel menghentikan aktifitasnya.

Senyuman tipis mengembang setelah melihat siapa yang menghubunginya.

"Wa'alaikumussalam, Ibunya Mala tersayang. Alhamdulillah, kabar Mala baik. Ibu, Bapak sama Dek Panji bagaimana?"

"Alhamdulillah, kabar kami baik. Nduk, kapan kamu resign dari pekerjaan kamu? Sudah seminggu loh, Nduk, Ibu nunggu kepastiannya."

"Insya Allah, dua hari lagi surat resign-nya keluar, Bu. Kayaknya Minggu depan udah balik kampung."

"Alhamdulillah, Ibu senang dengarnya. Ya udah, kalau begitu ibu matikan dulu ya, Nduk. Bapakmu udah panggil dari tadi mau makan. Oh iya, kamu udah makan belum, Nduk?"

"Alhamdulillah, udah, Bu. Baru aja selesai makan."

"Yasudah kalau begitu. Kabari ibu kalau sudah sampai kampung, ya, Nduk. Supaya Bapakmu bisa jemput kamu di stasiun. Assalamualaikum, Nduk. Jaga diri baik-baik."

"Wa'alaikumussalam, iya Bu."

Kemala menghela nafas, menyimpan ponselnya di atas nakas sambil menatap langit-langit kamar. Satu bulan yang lalu, Ibu Kemala sudah mewanti-wanti anaknya untuk segera pulang ke kampung halaman. Setelah mendengar kabar yang beredar jika di ibu kota banyak kasus kejahatan, ibunya langsung menyuruhnya untuk pulang. Awalnya, Kemala menolak usulan ibunya, hingga kejadian satu minggu yang lalu membuat Kemala tanpa pikir panjang mengiyakan permintaan ibunya.

Dua hari lagi surat resign-nya akan keluar dan satu minggu ke depan ia akan pulang ke kampung halaman.

"Semoga semuanya lancar. Semangat Kemala," ujar Kemala sambil tersenyum tipis. Lama-kelamaan mata Kemala tertutup dan gadis itupun mulai tertidur.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KemalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang