4.Rumah baru

1 0 0
                                    

Halo kembali lagi sama Uci hehe panggilnya Uci aja biar gampill.
So jangan lupa spam komen and note nya gratis tis tis...
.
.
.
.
.
.
       Happy reading 🎉

Keesokan hari nya Marven dan Alea sudah bangun dari tidurnya, mereka berjalan ke arah bawah menuju meja makan yang sudah ada orang tua Marven dan Alea.

Ya Vanessa dan Bagas memutuskan tidur di rumah keluarga Baskara karena saat malam ia akan pulang ke rumahnya tapi di suruh oleh Raka dan Dinda untuk menginap dulu satu malam di sini.

Kembali lagi sama Marven dan Alea yang kini sudah sampai di dapur tepat nya di meja makan.

"Pagi semuanya" sapa Marven dan Alea.

"Pagi juga" balas mereka bersama.

"Sini duduk Al jangan berdiri terus" ucap Dinda mempersilakan Alea duduk.

"Makasih Bunda" balas Alea tersenyum manis.

Marven yang duduk di depan Alea tersenyum tipis.
Manis Batin Marven.

Mereka semua memakan makanannya dengan nikmat tanpa satu kata pun hanya ada suara sendok dan garpu yang saling beradu.

Setelah selesai acara makan mereka berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan tentang pindahnya Marven dan Alea ke rumah barunya.

"Kalian beneran mau pindah sekarang?" Tanya Raka membuka pembicaraan dan dianggukan oleh Marven.

"Tapi kalo kata bunda sih kecepatan" sahut Dinda di anggukan mereka kecuali Marven.

"Enggak papa Bun, lagian barang nya Marven separuh nya ada disana" balas Marven.

Sedangkan atensi Bagas tak luputkan dari sang putri nya yang sangat lucu, tubuhnya yang tenggelam oleh Hoodie yang kebesaran.

"Itu Hoodie besar banget Al?" Tanya Bagas ke arah Alea.

"Iya Pa, besar banget ya, kayak pendek gitu" balas Alea memperhatikan lengannya yang ikut tenggelam oleh Hoodie.

"Emang udah pendek" celetuk Marven membuat Alea memberengut kesal.

"Kalo mama sih terserah mereka aja" unjar Vanessa memberi solusi.

"Tapi Ma, Alea masih mau sama Mama dan Papa" Alea menatap sang Mama yang disampingnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kan kamu udah punya tanggung jawab sendiri, yaitu sama Marven" ucap Mama nya Alea mengelus surai rambut sang putri yang memeluknya.

"Marven tolong janganin anak Papa ya, kalo dia gak nurut tolong jangan bentak dia atau sakit Alea, karena Papa dan Mama enggak pernah bentak Alea" perintah Bagas dianggukan oleh Marven.

Air mata Alea tak terbendung lagi mendengar ucapan sang Papa. Ia belum ingin satu rumah dengan Marven, bahkan dia juga terima dengan pasal perjodohan ini.

"Papaa" rengek Alea memeluk ayah sangat erat dan di balas tak kalah erat.

"Jaga diri baik-baik ya nurut apa kata suami jangan ngebantah" nasahat Bagas ke putrinya.

Setelah memeluk tubuh sang Papa kini Alea beralih lagi ke pelukan sang Mama nya menangis sesenggukan karena belum siap ninggalin orang tuanya.

"Enggak kerasa anak mama udah sebesar ini" ucap Vanessa mengelus surai rambut Alea lembut.

"Mama entar sering ke rumah Alea ya?" Unjar Alea melepaskan pelukannya dengan muka yang memerah karena menangi.

"Iya Mama entar sering main"

"Kak Alea jangan lupa, sering main kesini ya" ucap Elva yang dari dadi diam saja.

Alea mengangguk sebagai jawaban. "Pasti El entar kaka sering main kesini"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marven And Alea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang