Bab 2

12 3 2
                                    

ATHENA, GREECE, MEETING ROOM SYNTAX UREA CORP.

MASYARAKAT menganggap keren pengusaha. Jas Armani, mobil sport, pesawat terbang kelas bisnis. Media menayangkan banyak kebohongan tentang kesuksesan. Cuma keindahannya saja yang diberitakan demi meraih perhatian publik. Membesarkan bisnis tak semudah membalik telapak tangan. Andaikan keglamoran adalah cahaya matahari yang tiada habisnya, maka tidak akan ada pengusaha bangkrut.

Mathias Tan duduk termangu. Sekretaris Mr. Adonis Benette menyuruhnya menunggu seorang diri di ruang meeting super luas. Sendirian dia berpikir bagaimana lolos dari lilitan utang. Perkebunan jeruknya menghasilkan banyak penenan tahun lalu, tetapi perusahaan sari buah yang biasa membeli berton-ton hasil lahannya mendadak berhenti menghubungi. Mathias memerintahkan orang kepercayaannya mengecek apa yang terjadi. Rekan bisnisnya direbut oleh perkebunan jeruk lain dengan tawaran harga lebih murah. Cara mengolah perkebunan mereka pun lebih modern.

Mathias melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kembali pelanggannya. Mulai dari bertanya, mengultimatum, sampai merengek, tetapi pelanggannya tetap pada keputusannya. Mathias mencari pelanggan baru. Perusahaan sari buah, restoran, perusahaan perisa makanan. Percuma. Ada yang mengembuskan rumor mengenai jeruk di perkebunan Total Orange Farm milik Mathias disemprot dengan insektisida berbahaya. Dari mana asal fitnah tersebut, jajaran karyawannya menyelidiki dan tentunya penyelidikan memakan banyak biaya. Bisnisnya kehabisan uang untuk melunasi harga pupuk yang dibeli dari Syntax Urea Corp.Mathias putus asa. Inilah cara terakhir yang dia tahu untuk menyelamatkan perusahaan.

Pintu kayu besar terbuka. Sosok Franca Milligan, manager keuangan Syntax Urea Corp memimpin di depan. Proporsi tubuhnya yang relatif mungil kalah jauh dengan dua pria di belakangnya yang menjulang. Mathias mengenali Adonis Benette meskipun belum pernah melihatnya secara langsung. Profil CEO itu muncul di mana-mana, kebanyakan bertutur tentang betapa hebat tangan dinginnya mengelola berbagai bisnis mulai dari pupuk, jasa keamanan, penyewaan pesawat pribadi, sampai kapal pesiar. Tak sekalipun media membahas kehidupan pribadi Adonis. Mathias pun bukan jenis orang yang mau tahu privasi orang lain. Baiklah, cukup mengenai Adonis, lalu siapa sosok pria tegap bermata biru yang tampak waspada itu?

"Selamat datang di Athena, Mr. Tan. Senang bertemu Anda." Adonis menjabat kuat tangan Mathias.

Mathias menunggu kapan pria bermata biru akan diperkenalkan. Alih-alih terjadi, mereka semua justru duduk.

Franca berdeham karena tatapan Mathias fokus pada Aegeus. "Bisa kita mulai?"

Aegeus tahu Mathias penasaran padanya. Sebagai pengawal dia tak diizinkan buka mulut tanpa izin. Aegeus dilibatkan dalam meeting terbatas ini hanya untuk berjaga-jaga. Mungkin saja Mathias mengeluarkan senjata untuk mencelakai Adonis jika permohonannya tak dikabulkan.

"Silakan, Franca," sahut Adonis.

Franca menekan remote control mungil yang diarahkan ke televisi besar. Grafik angka menunjukkan pembelian pupuk. Highlight merah pada jumlah dollar, artinya utangnya sangat banyak. Mathias meneguk ludah. Ruangan besar ini berpenyejuk udara, tetapi keringat dingin tak henti mengaliri keningnya. Mathias menyapukan sapu tangan untuk menghapus.

"Utang Anda terlalu banyak, Mr. Tan. Kami sudah memberi banyak kelonggaran untuk melunasi, bahkan tidak memberikan bunga," ucap Adonis tenang. Setengah juta dollar bukan angka yang kecil.

"Bisnis kami memburuk. Aku ke sini untuk meminta kelonggaran." Entah sudah berapa kali Mathias mengiba, merendahkan harga diri demi keberlangsungan bisnis.

"Kami sudah memberikan banyak kelonggaran untuk Anda, termasuk penundaan pembayaran utang sampai 6 bulan dengan terus mengirimkan pupuk. Apa toleransi kami masih Anda anggap kurang, Mr. Tan?" balas Adonis.

Billionaire ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang