|| ALAMANDA STORIES ||
🎓 Latar belakang kelas - ( 1 SMA )
Ini tentang Alamanda, Alamanda Fayre Inshira. Gadis pemakai kacamata yang selalu menduduki peringkat pertama, di Pucuk Impi-Sekolahnya. Bangga, tentu. Namun, sayangnya bukan itu yang orang t...
KIW!!! Harus vote dulu sebelum baca sampe selesai, sih,😏 Jangan lupa follow rawrrr-nya juga atuh vjirrrr! Kasian followrsnya dikid, hahaha😞😭
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semanis itukah bibirku tatkalamengukir senyum? Sampai kalian tidak menyadari diam kalian membatu dihatiku.
— •Alamanda Fayre Inshira• —
■■■
Bibir tebal Alamanda terus tersenyum mengiringi langkahnya tatkala hendak memasuki kediamannya yang megah. Dengan riang ia membuka pintu utama rumah bernuansa putih itu, tetapi senyum ria itu sirna tatkala menyadari adanya seorang pria setengah baya yang tengah berdiri tegak di baliknya.
Bibirnya terkatup gugup, tetapi gadis itu berusaha mempertahankan bibirnya untuk tetap tersenyum. "S-selamat sore, Pa. Kebetulan papa di rumah, aku mau ngomong ...."
Tangan kekar pria itu terangkat ke atas, membuat Alamanda berinisiatif untuk menghentikan ucapannya. Ia menatap pria yang disebut papa itu dengan tatapan heran, tetapi pria itu hanya mengembuskan napasnya kasar.
"Berhenti bernyanyi ria saat ingin memasuki rumah, Alamanda. Suaramu menambahkan kebisingan dalam pikiran saya." Pria bernama lengkap Alexio Dareba Fayre itu berucap tanpa menatap putri gadisnya. Tidak, Alex tidak menyebut Alamanda sebagai putrinya. Namun, mungkin saja pengakuan itu akan terjadi di masa depan.
Alamanda tersenyum kikuk mendengar kata 'saya' dalam dialog sang papa. Manik cokelat dalam kacamata bulat itu berusaha menatap Alex teduh sembari menghela napas berat. Tanpa menanggapi itu, ia meraih tangan kekar sang papa untuk mengecupnya singkat lalu kembali tersenyum simpul.
"Maaf, Pa ... aku lagi seneng! Dan ... aku juga punya kabar baik yang baik banget pokoknya. Papa mau denger ngga?"
Tanpa menjawab, pria itu lantas memutar tubuhnya untuk kembali memasuki rumah sembari berdecih malas. "Masuk. Tetapi hentikan senyummu agar gigi kuning itu tak terlihat."
Pria itu benar-benar melangkah tanpa menunggu Alamanda untuk mengikutinya. Gadis berkacamata itu lantas tertawa renyah seolah merasa senang dengan kata yang terlontar dari bibir sang papa. Ia menganggap itu adalah candaan yang membahagiakan, tetapi gadis itu juga merasakan sedikit goresan pada hatinya yang tengah berusaha ia kuatkan.
"Nanti aku pakein areng, Pa. Biar giginya item." Ia terkekeh setelah mengatakan itu lalu kembali berjalan dengan tingkah cerianya yang melekat, mengikuti jejak sang papa yang kini telah kembali pada singgasananya.