"Surabaya, nggak terlalu macet kayak Jakarta ya Bun." Ucap Ririn.
"Iya Rin. Disini emang panas sih, tapi nggak semacet Jakarta lah." kata bunda.
"Oh iya bun, aku bakalan di sekolahin dimana di Surabaya ini?" tanya Ririn.
"Di SD Islam 2, nak."
"Dimana itu bun?"
"Ya nanti kalo kita udah siap semua barang-barangnya, udah ditata-tatain, bakalan tau kok. Bentar lagi kita nyampe. Rapihin baju kamu." kata bunda.
To : Kak Ian, Dimas
Aku udah nyampe Surabayaaa. Ini udah mau nyampe rumah baru aku. Hmm, bntr lagi, tatatata rumah deh
Send.
Barusan, Ririn mengirim sms ke Ian dan Dimas. Harusnya tadi, setelah turun dari pesawat dia langsung mengabari dua sahabatnya itu. Tapi karena dia lupa, jadi baru sempat sms sekarang deh.
Kak Ian's calling...
"Hallo kak? Iya ini udah hampir nyampe. Kakak udah nyampe? Oh, malah udah istirahat. Apa? Ami kakak mau ngomong sama bunda? Iya iya bentar," iya menyerahkan ponselnya kepada bundanya. "Aminya Kak Ian mau ngomong sama bunda katanya."
Taksi berhenti di rumah baru Ririn. Bundanya masih sibuk teleponan dengan Ami Ian, sehingga terpaksa ia dan pak supir yang mengangkat barang-barang dan menaruhnya di depan teras rumah. Setelah membayar bill taksi tersebut, Ririn dan bundanya segera memasuki rumahnya. Rumah baru Ririn tidak kecil. Tidak terlalu besar juga. Rumahnya sederhana, dengan sebuah taman mini di belakangnya. Memiliki 5 kamar tidur yang cukup luas. Rumahnya terletak di pondok perumahan daerah Benowo sana.
"Lumayan gede ya, Bun." kata Ririn.
"Iya. Cukuplah buat kita berdua."
"Tapi, kamarnya mubadzir kalo cuma dipake buat kita berdua."
"Nanti kan bakalan ada pembantu. Jadi sisa 2 kamar."
"Bakal diapain bun, kamarnya yang dua itu?"
"Satu buat ruang baca, satu buat ruang galeri." kata bunda sambil menunjukkan senyum indahnya.
"Ruang kerja kan buat kerja bunda. Galeri buat aku ya bun? Gapapa kan?" tanya Ririn.
"Gapapa, sayang." Bunda memeluk Ririn.
"Oh iya bun, bunda kerja apa? Bunda kerja dimana?" tanya Ririn.
"Bunda kerja di restoran terkenal di Indonesia. Cabang dari Jakarta juga. Bunda pindah ke Surabaya kan, disuruh bos bunda."
"Tetep jadi manager juga?"
"Iya sayang," hening sejenak. "Bunda mau mandi dulu. Kamu jangan lupa mandi ya. Oh iya, 2 diantara 5 kamar ini, punya kamu sama bunda. Kamu pilih yang mana?"
"Aku mau yang depan sendiri Bun. Bunda yang sebelah aja, Nah terus kamar tengah itu buat Ruang baca. Yang 2 kamar dibelakang itu buat ruang galery dan yang paling belakang itu kamar pembantu."
"Pinternya anak bunda. Yaudah kalo ada tukang angkut barang-barang kita datang, suruh tunggu bentar ya. Bunda mandi nggak lama kok. Ririn bisa tolong bunda?"
"Apa bun?"
"Tolong sapuin ruangang ya, dari kamar-kamarnya aja dulu. nanti baru Ruangan yang lain. Di pel sekalian nak, kalo bisa."
"Rebes bun. Hape aku mana bun?"
"Itu tadi diatas koper. Yaudah bunda mandi dulu ya."
Setelah bundanya mandi, ia segera membersihkan rumah. Ia menyapu dan mengepel kamarnya, mula-mula. Tak berapa lama, bundanya selesai mandi. Gantian, Ririn mandi, bunda yang membereskan. Pukul 17.00, truk barang perabotan sudah datang. Turun 3 orang dari truk itu. Satu diantaranya perempuan, pembantu keluarga Ririn dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionNamanya Ririn. Gadis manis yang iseng mencoba sebuah obat terlarang karena depresi dengan kehidupannya akibat perceraian kedua orang tuanya sejak kecil. Ketergantungan obat terlarang membuat dirinya tersiksa, belum lagi teror dari temannya yang mem...