6. Teenage

8.6K 329 7
                                    

Jogjakarta

"Hallo Rin?" Sapa Ian.

"Iya hallo kak! Gimana kabar kakak? Ririn kangen niih. Berapa lama sih kita nggak ketemu? Hmm, ini udah mau hampir setaun kita nggak ketemu."

"Aduh Ririn.. Aku aja belom sempet ngomong, kamu udah ngomong banyak buanget gini."

"Ahaha, iya deh kak maaf. Gimana kabar kakak?"

"Baik kok. Kam-"

"Yang, telponan sama siapa?" tanya seseorang disebelah Ian.

"Eh, Vivy. Ini, sama adekku. Kamu kapan dateng? Eh bentar ya Vy." Ucap Ian.

"Itu, siapa yang manggil kakak pake sebutan "yang" ?" tanya Ririn.

"Ini pacar aku Rin. Hehe." Kata Ian enteng.

"Ih, Kak Ian mah! Kakak kan masih kecil, masa udah pacar-pacaran?!" Protes Ririn.

"Yakan kakak udah naik kelas 7 Rin. Bukan kehitung anak kecil lagi dong. Kakak disini juga dipercaya jadi ketua OSIS lho. Hehehe."

"Lho emang kelas 1 udah jadi ketua OSIS kak?"

"Ya belom. Masih calon sih. Hehehe."

"Huuu kirain udah."

"Eh Rin, udahan dulu ya? Ini si Vivy udah mulai bete kakak anggurin. Hehehe. Bye Rin."

Belom sempat Ririn menjawab, telepon diseberang sana sudah dimatikan.

***

Surabaya

"Dih, dimatiin gini aja masa." omel Ririn.

"Kenapa kamu?" tanya seseorang disebelahnya.

"Ini nih, Fan. Dimatiin gitu aja telponnya sama Kak Ian. Nyebelin kan?"

"Iya sih. Nggak kerasa ya Rin, kita udah mau naik kelas 6. Hmm, kita taruhan yok?" Ajak teman Ririn ini.

"Ih Fandi mah. Taruhan kan nggak boleh."

"Nahkan, dengerin dulu dong. Ini taruhan nilai. Kita tinggi-tinggian danem. Gimana?"

"Kalo kalah gimana, kalo menang gimana?"

"Yang NEMnya tinggi, itu menang ya. Nah kalo aku atau kamu yang kalah, harus siap traktir makan. Setuju?" Ajak Fandi.

"Hmm... Setuju!" Ririn mengulurkan tangannya mengajak deal dengan Fandi yang disambut uluran tangan balik.

"Ngomong-ngomong, temenmu yang di Jakarta jarang komunikasi sama kamu ya?"

"Dimas? Masih kok. Tapi kayaknya dia sibuk deh belakangan ini. Aku coba telpon dia aja kali ya Fan? Tapi ngeganggu nggak ya?"

"Coba aja. Aku pulang ya Rin. Udah mendung ini." Pamit Fandi.

"Oke, nggak aku anter ya? Hehehe."

"Udah biasa kan? Wle." kata Fandi sambil menjulurkan lidahnya.

***

Jakarta

"Jiah si Dimas ngelamun mulu. Kenapa lo Dim? Masih nggak bisa move on dari Ririn?" kata Tian asal.

"Apaan sih lo, nggak lah. Lagian, gue sama Ririn itu temenan."

"Dim, jaman sekarang mah udah banyak yang namanya sahabat jadi cinta. Gue tau kali dari dulu lo suka sama Ririn. Tapi karena lo ngehormatin Ian jadi lo ngalah deh sama Ian. Yakan?"
kata Ali kali ini.

"Apaan sih kalian ini. Udah ah ayok buruan kerjain ini tugas IPS. Bagian gue udah selesai nih."

"Bagian gue juga." Ujar Liam.

"Gue males ngerjain nih. Ngomongin futsal yok." Ajak Farhan.

"Futsal mulu lo Han. Tugas nih kerjain dulu." kata Dimas.

"Ini kan tugas udah kemaren-kemaren dikerjain. Masa mau ngerjain lagi? Remedi sih remedi, tapi kelompok kita kan nggak kena." Terang Farhan.

"Tapi tambahan nilai kan lumayan Han. Kita bisa dapet peringkat 5 besar juga." Kata Ali.

"Iyaudah punya gue ntaran aja. Yang penting mah sekarang futsal."

"Penting amat sih topik lo." Ucap Liam.

"Penting ini tau! Sebenernya, SD kita ditantang ama SD nya si Putra. Si Putra ngomong ama gue 3 hari yang lalu. Nah, gimana? Terima nggak?"

"Kenapa lo nggak cerita dari kemaren sih Han." Protes Tian.

"Au nih. Giliran tugas remedi kita numpuk lo baru cerita." Timpal Dimas.

"Bawel lo pada. Yaudah sekarang jawab, terima apa kaga?"

"Kapan? Dimana?" tanya Tian.

"Besok Sabtu, tempat kita latihan futsal biasa. Jam 3-an." Jelas Farhan.

"Tapi kita kurang satu anak. Si Malik juga udah nggak dibolehin main lagi kan ama nyokapnya?" tanya Ali.

"Gampang itu mah. Gue punya sepupu namanya Emily. Ntar dia bisa jadi keeper."
Jelas Farhan.

"Sepupu lo..." kata-kata Dimas menggantung. Sengaja ia gantungkan.

"Cewek?" sambung Liam.

"Ya menurut kalian aja lah ya. Pokoknya dia mah gitu itu."

Tingtung!

Sebuah pesan line masuk.

Airindah S. : Haallo pak bos yang super sibuk! Gmn kabarnya nihh?

'Ririn? Panjang umur nih anak.' kata Dimas.

Dimas Fatir : Hallo :) baik nih :)

'Cepet bales Rin. Gue kangen sama lo.' batin Dimas.

"Sob, gue balik dulu ye. Udah dicari nyokap nih." Pamit Dimas.

Setelah Dimas pulang ke rumahnya, ia mengecek ponselnya. 2 pesan baru diterimanya di line. Pengirimnya? Tak lain adalah Ririn.

Airindah S. : Aku kangen Jakarta :( Kangen aku sama kamu main bareng Dim :(

Airindah S. : Ihhh Dimas buruan di baca doonggg -__- Sbuk ngpain sih kamuuu?

"Dasar bawel. Nggak berubah-berubah dari dulu. Orang lagi otw juga." Kata Dimas yang alhasil, mendapatkan pandangan heran dari sang Ibu.

"Kamu ngomong sama siapa Dim?" tanya Ibu.

"Eh Ibu. Ini nih, si Ririn bawel banget. Orang lagi dijalan eh dia nge-line mulu." Jawab Dimas sambil mengulum senyuman tipis.

"Mandi gih, badan kamu bau." Kata Ibu.

"Iya bu, bentaran ya." Ucap Dimas yang mengambil tempat di sebelah Ibu yang sedang melukis di atas kanvasnya.

Dimas Fatir : Bawel banget :p Ini tadi abs ngerjain tugas IPS sm Tian, Liam, Ali, sm Farhan. Trus td aku ijin pulang dan hpnya aku taroh di tas. Jdi nggk tau klo ada line msuk dr kmu :p

Tak lama kemudian, pesan balasan dari Ririn masuk.

Airindah S. : Ohh, dr rumah siapa? Aku kgen sm mereka berempat jugaaaa. Slmin buat mereka yaaa. Blgnya, slam hangat dari Ririn yng canteks inii ;;) {}

Dimas Fatir : Iyaaa bsk aku slamin yaa :) Eh, nnti lgi ya. Udh disuruh mandi sama ibu nih. Bye Rin :*

Dimas terkekeh sendiri membaca pesan yang ia kirim untuk Ririn. Iya memberikan emot cium kepada Ririn. Ia penasaran, ekpresi apa yang tergambar di wajah Ririn saat ini. Tapi, Dimas tak menghiraukannya. Ia segera mengambil tas yang ada disebelahnya tadi lalu masuk ke kamarnya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang