43.

4 0 0
                                    

"kita makan ditempat lain aja ya sayang" ucap Vaerel dengan wajah melasnya.

"Enggak mas" ucap Aisyah kekeh dengan pendiriannya untuk makan gado gado yang dijual di pinggir jalan.

"Itu ada tukang gado gado" ucap Aminah sambil menunjuk satu pedagang yang sedang berjualan dipinggir jalan.

"Rame gilaa" ucap Vaerel menatap tempat penjual gado gado tersebut. Vaerel pun segera menepikan mobilnya ditempat yang lumayan lapang. Tangannya terulur untuk mengambil masker dan memakainya guna menutupi separuh wajahnya. Para wanita pun tak mempedulikan hal itu. Mereka langsung turun dari mobil Vaerel dan berjalan beriringan menuju stand penjual gado gado.

Melihat antrian yang masih lumayan panjang, mereka memilih duduk di trotoar menunggu giliran antriannya. Setelah beberapa menit menunggu, kini Vaerel bangun dari duduknya dan menghampiri penjual gado gado tersebut.

"Assalamualaikum" ucap Vaerel ketika sudah berhadapan dengan penjual gado gado.

"Waalaikumussalam, ada yang bisa dibantu mas?" Jawab penjual gado gado tersebut dengan sedikit senyumnya.

"Ahh, saya mau pesan gado gado empat" ucap Vaerel sambil menunjukan empat jarinya.

"Baik, silahkan ditunggu mas" ucap penjual gado gado tersebut lalu tangannya mulai bergerak membuat pesanan Vaerel. Vaerel pun pergi menghampiri ketiga wanita yang sedang duduk di trotoar.

"Ayo duduk disana" ajak Vaerel menunjukan satu meja yang kosong. Ketiga wanita itu mulai bangun satu persatu dan berjalan menuju tempat yang ditunjuk Vaerel. Sampai di meja yang ditunjuk Vaerel, kini mereka duduk berhadapan, tentunya dengan Aisyah dan Vaerel yang duduk berhadapan dengan Aminah dan Zera.

"Ini tuh gado gado langganan aku" celetuk Aminah tiba tiba. Vaerel yang mendengar terkejut, matanya menatap Aminah tajam.

"Kamu jangan keseringan makan makanan pinggir jalan gini, takutnya ga higenis nanti sakit perut" ucap Vaerel lirih takut penjual gado gado tersebut akan mendengarnya.

"Buktinya aku ga sakit perut bang" jawab Aminah menatap Vaerel remeh.

"Permisi mas, mbak ini pesanannya" ucap penjual gado gado yang tiba tiba datang sambil menaruh piring yang berisi gado gado kehadapan mereka.

Melihat itu, ketiga perempuan itu terlihat sangat antusias, mereka mulai membaca doa terlebih dahulu lalu mulai menyuapkan sesendok gado gado ke dalam mulut mereka.

"Dicoba dulu mas" ucap Aisyah ketika melihat suaminya hanya memandang makanan tersebut. Mendengar itu Vaerel menoleh lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Mass" ucap Aisyah lagi namun diberi gelengan lagi. Dengan gemas Aisyah mengambil piring Vaerel dan menyendokan gado gado itu dengan sendoknya lalu ia suapkan kepada Vaerel.

"Aaaa" titah Aisyah seperti menyuapi seorang bayi, bedanya kali ini bayi besar yang ia suapi.

"Buka mulutnya sayang!" Ucap Aisyah lagi dan lagi. Dengan terpaksa Vaerel pun membuka mulutnya. Satu suapan masuk kedalam mulut Vaerel, mata Vaerel membola ketika menerima suapan itu. Lalu tangannya dengan gesit mengambil sendok yang ada dipiringnya dan memakan gado gadonya dengan lahap. Melihat itu ketiga perempuan yang bersamanya tertawa kecil merasa lucu dengan tingkah Vaerel.

"Enak bang?" Tanya Aminah menatap Vaerel remeh.

"Enwak bwangwet dwekk" ucap Vaerel  berbicara dengan mulut penuh dan menunjukan dua jempolnya.

"Telan dulu mas!" Peringat Aisyah.

UHUK UHUKK

Aisyah dengan gesit mengambil air putih dan memberikannya kepada Vaerel. Vaerel pun dengan cepat menerimanya dan meminumnya.

Jalan Hidupku (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang