Dua koper berukuran besar dengan warna jelaga berhasil mendarat sempurna. Di atas jalanan yang tidak terlalu mulus dan malahan banyak kerikil kecil menghiasi, menyusul pula turun dua presensi pemilik dua koper besar tersebut.
Seorang wanita dewasa dan remaja putri berusia belasan tahun. Wajah keduanya mirip. Tanpa perlu usaha untuk menebak, semua yang melihat akan langsung tahu bahwa mereka punya hubungan sedarah yang kental.
Dengan pakaian yang menggambarkan kaum Borjuis yang seharusnya tinggal di perkotaan maju, sepasang tungkai mereka justru berjalan sambil menyeret dua koper besar, yang untungnya punya roda kecil di bagian bawah.Pada kenyataannya, roda-roda kecil itu tidak banyak membantu dalam kondisi jalanan yang belum bagus dan mulus seperti kebanyakan jalan raya besar, di perkotaan. Roda yang sia-sia, pikir si anak remaja putri.
"Apa masih jauh?" pertanyaan serupa, yang sudah dilontarkan sebanyak entah berapa kali, lagi-lagi harus terpental dari mulut ketus si gadis remaja yang tampak memberengut.
Bukan tanpa alasan. Ini adalah pertama kalinya dia harus berjalan kaki di bawah terik matahari yang menyengat membakar kulit, tanpa mengenal siapapun di tempat baru ini.
Hanya hamparan sawah dan ladang luas selesa mata memandang. Pemandangan yang setiap hari akan harus dia lihat, lewati, dan tinggali."Sebentar lagi sampai, tidak akan lama."
Hampir serupa, kalimat yang sama pun menjadi jawaban dari mulut si wanita dewasa yang juga ikut kelelahan.Tenggorokannya haus seperti terbakar. Bohong jika dia menikmati perjalanan menuju ke rumahnya yang sebenarnya berjarak masih agak jauh dari perhentian bus yang tadi.
Seperti bintang jatuh yang membawa keberuntungan. Sebuah mobil pick up yang di belakangnya memuat hasil panen sayuran, serta tiga petani wanita yang ikut duduk di belakangnya, tampak datang dari arah belakang punggung mereka.
Saat sudah melintasi keduanya, tidak begitu jauh. Mobil pick up itu mendadak berhenti demi turunnya sang pengendara dan tampak mengamati dua orang yang baru saja ia lewati.
Karena jarak mereka yang masih bisa dijangkau, pria dengan otot-otot bisep menyembul itu memutuskan untuk sedikit mengeraskan suaranya. Untuk memastikan, bahwa dia sungguh mengenal si wanita dewasa yang berjalan kepayahan.
"Oy? Shinobu?!"
Wanita yang merasa dipanggil namanya itupun menoleh. Awalnya tampak kebingungan namun tak lama, dia justru antusias terdengar dari nada suaranya.
"Tengen-senpai?!"
"Serius? Jangan bilang kita akan naik mobil terbuka itu dan duduk sama sayuran?"
"Itu lebih baik 'kan daripada kau makin lama terbakar di bawah sinar Matahari?"
______
🦋 EPIPHANY 🦋
Shinobu x Kanao, slight Giyuu x Shinobu
AU/Drama/Family/Friendship
Genre : Hurt-comfort
Warning : memuat 7,3 word (bacanya pas senggang ya darl), baca pelan2 biar pair-nya gak salah kaprah👻
Prompt : suasana fajar hari
Playlist : Scars leave beautiful trace
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Tales of Kimetsu no Yaiba ✔️
FanfictionSatu buku yang terlahir melalui suatu project bersama, dengan tujuan hanya untuk bersenang-senang Mari menjelajah, menelusuri satu-persatu alur cerita yang terangkai dalam setiap chapter yang berbeda Kimetsu no Yaiba Disclaimer : Koyaharu Gotoge ...