001 - My Name is Himmel!

84 13 2
                                    

Previous:

Nee, chibi, siapa kau?" Tatapan mengintimidasi dari Frieren membuat anak bersurai langit itu bergetat ketakutan, padahal Frieren menatapnya seperti biasa, namun wajahnya yang selalu datar memang sedikit menakutkan bila dilihat oleh anak kecil.

"Ano... etto..." Anak itu semakin tertunduk, ia ragu menjawab pertanyaan dari penyihir yang berusia lebih dari 1.000 tahun itu.

"Kutanya sekali lagi, siapa kau?" tanya Frieren lagi, kini anak itu semakin ketakutan karena aura mengintimidasi dari si penyihir semakin kuat.

"Chotto, Frieren-sama. Jangan mendesaknya seperti itu. Hora, dia ketakutan."

"Aku... tidak tau, hiks..." lirih anak itu, sekarang sambil menutupi kedua matanya dengan lengannya, terisak kecil.

Frieren menghela napas, lalu mengangkat anak berusia sekitar 7 tahun itu dengan tangan kosongnya sendiri.

"Jaa, kupanggil Himmel saja, ya."

.

.

.

Fern menatap gurunya heran, lalu beralih menatap si surai langit.

"Frieren-sama, anda serius?" tanya Fern sedikit meninggikan suaranya.

Frieren masih setia mengangkat lelaki kecil itu, dengan wajah yang tetap sama, ia menjawab, "Lagian, bingung sih."

Mendengar jawaban gurunya, Fern hanya menghela napas pasrah. Namun berbeda dengan respon dari lelaki kecil yang terangkat karena ulah Frieren, ia terlihat menunjukkan wajah antusias dengan mata yang berbinar-binar itu.

"Himmel... Himmel... ore-wa Himmel-da!" ucap lelaki kecil yang berada di tangan Frieren dengan antusias.

"Fuhhh, terserah Frieren-sama saja deh, aku hanya mengikuti. Jadi, Himmel, apa yang membawamu ke sini?" kata Fern, sambil mengambil semangkuk bubur, berniat menyuapkannya kepada lelaki kecil yang kini sudah mendarat di kasur lagi.

"Etto... aku tidak tau, Onee-chan." bingung si kecil, sambil menerima suapan dari gadis yang lebih tua tiga tahun darinya itu.

Si surai ungu itu mengernyit heran, "Sebelumnya kau sedang melakukan apa sehingga bisa sampai ke kebun rumah kami?"

"Ah, iya. Jangan lupa minum obatnya, ini sudah dicampur dengan minumanmu, dan rasanya manis, jangan takut untuk meminumnya." lanjut Fern, menyodorkan sebuah gelas berisi air yang beraroma jeruk, tanpa ragu, Himmel kecil langsung meneguknya habis.

Sementara Frieren keluar dari kamar, kini suasana kamar hanya diisi oleh obrolan Fern dan Himmel kecil.

"Aku lupa semuanya, Onee-chan. Tau-tau aku sudah di sini, bahkan nama saja... aku tidak tau." Himmel kecil menunduk, ia seperti merasa bersalah karena tidak mengingat dirinya yang sebelumnya, dari mana ia berasal, apa tujuannya hingga sampai terdampar di kebun rumah dua penyihir itu.

"Souka... jadi semacam hilang ingatan..." ucapnya terhenti.

"... Wakarimashita, kita sama-sama anak yang terlantar, kok. Tapi tenang saja ya, Himmel. Frieren-sama bisa menjaga kita, dan aku juga bisa ikut untuk menjagamu." lanjutnya, menenangkan Himmel kecil yang sorot matanya sudah menunjukkan wajah ingin menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Frieren; A New Journey Start Now [Feat. Himmel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang