Bab;4
"Yang benar saja aku harus pergi ke Jepang dengan melalui jalur laut ini hyung?! Kau tahukan! Aku ini mabuk laut!" Jungkook bak anak balita yang merengek pada hyung nya. Melupakan predikat buronan kelas kakap yang melekat pada dirinya.
Namjoon sudah memutuskan bagaimana cara untuk menyelamatkan Jungkook, begitu juga dengan dirinya, dan juga komplotan yang lain. Tertangkapnya Yoongi, tidak bisa dibuat main-main. Meski Namjoon yakin akan ada orang dalam yang membantu untuk membebaskan Yoongi. Tapi dengan catatan, jangan sampai ada yang tertangkap lagi.
"Hanya ini satu-satu nya pilihan yang masih bisa kita pilih Jeon! Duduk saja diam jika tak mau mati tercebur." Ucap Namjoon dengan segala kesal yang membungkus wajah arogant nya.
Dua orang mafia kini tampaknya sedang berada di ujung kehancuran. Terombang ambing di lautan dengan menumpangi sekoci kecil muat 30 orang saja. Dan dari ke semua 30 orang itu adalah para penyair semua. Tak terkecuali Jungkook dan Namjoon juga.
"Dengar Jeon__
"Berhenti mengajakku bicara." Sela Jungkook kesal, seraya mengusap kasar rambutnya sendiri yang terus terbawa angin dengan wajahnya yang merengut kesal.
Dan Namjoon hanya bisa berdoa agar kesabarannya bisa setebal kamus bahasa Jerman nya. Namjoon berharap semoga ia bisa menahan diri untuk tidak mencekik Jungkook di tengah lautan ini sekarang.
"Akan ada kapal besar nanti yang mengangkut kita semua yang di sini"
Jungkook hanya mengangguk lemah. Kepalanya sudah mulai pusing. Mulutnya juga sudah mulai terkunci. Rasanya, jika mulutnya terbuka, seperti ada yang mau keluar dari dalam sana.
"Setelah itu mari kita tidak saling mengenal demi keselematan bersama"
Dan Jungkook mengangguk lagi dengan matanya yang sudah mulai terpejam erat. Mabuk laut adalah hal yang paling menyiksa untuk Jungkook. Demi apapun, Jungkook lebih memilih ditusuk dengan pisau perutnya, ketimbang diaduk-aduk perutnya seperti sekarang ini.
"Dan jangan lupa untuk melayani pelangganmu dengan baik. Semoga berhasil Jeon!"
Namjoon menepuk bahu Jungkook, dan seketika mata Jungkook pun terbelalak kaget.
Pelanggan apa?
Tak lama setelah Namjoon berucap seseorang memberikan interuksi agar mereka segera bersiap. Sebentar lagi sekoci kecil akan merapat pada kapal besar.
Di sana~ di dalam kapal sana, entah itu penumpang ataupun para pekerja, mereka semua pastinya sudah menunggu para penyair yang biasanya selalu datang untuk menghibur. Dan penyair yang disebutkan di sini bukanlah seorang seniman yang akan ber-nyanyi ataupun ber-puisi, melainkan seorang penyair yang akan menwarkan jasa afeksi-nya.
"Namjo____
Ucapan Jungkook terpotong. Dia nyaris sekarat saat ini. Perutnya serasa diaduk-aduk dan sepertinya ia tak akan bisa menahannya lebih lama lagi.
Untuk yang pertama kalinya, Jungkook pada akhirnya menyebut nama Tuhan nya dan berharap untuk diberikan kekuatan agar kuat dalam menghadapi kenyataan hidup nya yang mungkin akan pahit sebentar lagi.
Jika tahu ia harus ikut dalam rombongan para penyair sialan ini, maka Jungkook akan lebih memilih untuk mengambil rute darat dengan mengendarai sepeda motor saja menuju ke ke negara Jepang, seperti apa yang sedang dilakukan oleh Chanyeol saat ini.
Salahkan saja diri Jungkook, yang memilih mabuk-mabukan semalam. Hingga tak bisa menyerap dengan pikiran waras saat Namjoon memberitahukan rencananya.
"Bersyukurlah Jeon ... Tuhan masih memberikan jalan untuk kita." Ucap Namjoon dengan seringaian sialan nya sesaat sebelum ia mulai bersiap memanjat tali tambang yang sudah disiapkan di badan kapal yang akan mebawanya menuju jurang birahi tanpa dasar.
Huekkk....
Jungkook menyerah, lambung nya menjerit dan nafas nya merintih. Semua pandangannya menjadi buram, namun perduli setan, ia tetap tak mendapatkan keringanan. Pahanya ditendang oleh seseorang, bahkan ia sempat jatuh tersungkur. Tatapan nyalang nya pun ia bidikkan pada orang yang sudah berani menendang nya barusan. Namun suara teriakkan Namjoon sembari menggelenkan kepala nya yang sudah sampai di atas kapal besar adalah kode buat Jungkook untuk jangan berbuat onar kalau tak mau dapat masalah baru.
Dengan sisa kesadaran yang Jungkook punya, ia pun dengan perlahan memanjati tambang yang sama seperti yang Namjoon pakai untuk agar bisa dapat sampai pada kapal besar yang akan berlayar membawanya sampai ke negara Jepang.
Di Jepang sana nanti, akan ada seseorang yang siap menunggunya dan menawarkan bantuan nya, guna memberikan kelancaran Jungkook dalam mengirimkan barang sialan nya itu pada tuan besar yang sudah memesan nya.
Selain Jungkook juga tidak mau tertangkap saat masih memiliki barang sialan itu. Jungkook juga butuh uang yang cukup banyak untuk bersembunyi, sampai keadaan mulai tenang, dan dia bisa berbisnis kembali.
Sesampainya di kapal besar tak ada waktu bagi Jungkook untuk mengurus dirinya sendiri. Dia sudah harus segera datang pada tuan yang harus segera ia hibur dengan syair sialannya itu. Di mana Jungkook belum pernah melakukan itu untuk menghibur orang lain.
Bermain sex bebas, adalah hal yang paling dihindari Jungkook setelah polisi dan detektif. Dan sekarang, apa yang dibenci Jungkook, adalah sesuatu yang mungkin bisa menyelamatkan hidupnya.
Pokoknya semua itu tetap salah Yoongi dan Namjoon. Setelah semuanya selesai, Jungkook akan membuat perhitungan untuk mereka berdua
Si-sialan Namjoon itu kini sudah pergi dengan melambaikan tangannya sembari menunjukkan kartu bertuliskan nomor kamar di mana tuan yang akan ia hibur berada berada.
Entah darimana Namjoon punya ide gila ini dan punya akses masuk. Yang pasti Jungkook tak perduli. Jungkook terlihat terus melamunkan masa depannya. Selama ia hidup, baru kali ini, Jungkook merasakan hidupnya sangat menakutkan.
Penisnya akan ternoda. Ohhh, Jungkook tak bisa membayangkannya. Sebecek apa lubang yang akan ia masuki. Dan sebau apa.
Jungkook pun mendapatkan nomor bagiannya juga tak lama setelah itu. Dan dengan segala rasa tidak ikhlasnya Jungkook berada di kapal sialan ini. Jungkook pun hanya melihat sekilas angka yang tertera di kertas yang sudah ia remat tak berbentuk itu dan lalu melemparkannya ke tengah lautan.
Jungkook berjalan gontai menuju kamar nomor 91, di mana seharusnya kamar nomor 16 yang Jungkook tuju. Dalam pikiran Jungkook, hanya ada kata tidur, tidur dan tidur.
Persetan dengan tugas penyair. Jungkook akan membunuh penyewa jasanya, jika nantinya menyulitkannya.
Di dalam kamar no 91, ada seorang namja manis yang sudah tenggelam dalam fantasy nya. Layanan vip, makan mewah dan full hiburan di lantai bawah, sudah tidak ia perdulikan lagi.
Bagi Taehyung, inilah layanan vip yang sesengguhnya. Ini adalah waktu untuk dirinya bersenang-senang, tanpa ada seorang pun yang akan mengganggu dirinya.
Wonwoo sempat menawari Taehyung pelayanan khusus dengan mendatangkan seorang penyair. Tapi Taehyung menolak. Taehyung tak membutuhkan siapapun untuk melayaninya, setidaknya sampai Taehyung sudah selesai melakukan perubahan pada dirinya.
.
.
.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCOUNTER
FanfictionCerita lengkap tersedia dalam versi pdf berbayar. Silahkan chat ke 085713568681 untuk meng ordernya.