23. Hari Keramat

114 10 1
                                    




Kelvin memandang puas melihat hasil dari pekerjaan Shenzi selama tiga hari dua malam itu. Nampaknya, sang tangan kanan Kelvin telah menyelesaikan semua perintah Kelvin dengan sempurna. Langsung saja Kelvin menoleh menghadap Shenzi yang sejak beberapa hari lalu selalu memasang wajah masam terhadapnya.

"Kerja bagus, Buddy! Kau berhak mendapatkan tambahan gaji dan mungkin bonus liburan ke Maldives!" seru Kelvin seraya menepuk bahu Shenzi dengan penuh kebanggaan.

Shenzi hanya berdecak tidak tertarik. Tentu gaji tambahan adalah hal wajib yang harus Kelvin berikan padanya, Shenzi tidak merasa hal itu menjadi sesuatu yang membuatnya bahagia, karena pekerjaannya selama tiga hari ini benar-benar membuatnya lelah hingga uang saja tidak cukup rasanya untuk menutupi kekesalannya itu.

"Oh, Ayolah! Kau tidak senang melihat Bos-mu ini menikah? Kenapa memasang wajah cemberut seperti itu, sayang?" goda Kelvin menyadari sikap cuek dari Shenzi padanya.

Hingga Shenzi hampir ingin menonjok wajah Bosnya saat mendengar ucapan Kelvin yang sangat cringe dan terkesan sangat mengejeknya di sana.

"Aku tidak mau mengambil urusan jika kau dan wanita itu berperang nantinya. Ingat ya Bos, wanita yang kau nikahi bukan sembarang wanita! Jika kau dan dia pada akhirnya saling membunuh aku tidak akan mengurusi mayatmu!" Shenzi memperingati dengan hiperbola yang sangat lucu menurut Kelvin.

"Jangan khawatir, Zizi. Kita tidak akan saling membunuh, kok. Lagipula, jika pernikahan ini tidak berlangsung sekarang akan semakin lama membuat Ibu dan Nenek menunggu, bukan?" sahut Kelvin.

Sebetulnya ada benarnya juga ucapan Kelvin, mengingat dari keluarga pria itu sangat mengharapkan cucu pertama dari keluarga Quinzel ini untuk segera menikah.

"Ya terserah mu lah." Shenzi menyerah dan tidak ingin membuat obrolan semakin panjang. "Kalau begitu kapan acara di mulai?"

Kelvin menengok arlojinya, "mungkin sekitar tiga jam lagi, tunggu semua tamu mengisi kursi kosong di sini."

"Dan kau belum bersiap?" tanya Shenzi memperhatikan penampilan Kelvin yang masih terlihat santai dengan kaos polo-nya.

Lantas Kelvin kembali menoleh menatap Shenzi dengan pandangan skeptis.

"Ada yang harus kulakukan lebih dulu daripada sekedar bersiap," katanya.

"Maksudmu?"

Well, mungkin Kelvin akan lebih bekerja keras setelah ini.


***

Clara datang ke salon dengan niat untuk merubah total penampilannya. Sengaja ia datang lebih awal agar mendapatkan hasil lebih cepat, dan tidak lupa pula ia membawa koper beserta tas bawaan yang akan ia bawa setelah acara 'menyalon' nya selesai.

Sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan Clara?

"Kau ingin merubah rambutmu seperti apa, Nona?"

Clara berpikir sejenak. Walau ia memang ingin tampil berbeda atau lebih tepatnya tidak ingin dikenal oleh orang-orang, Clara masih memikirkan gaya yang bagus untuknya. Dia masih mementingkan fashion, tahu!

"Bagaimana jika potong pendek? Model mohawk?" tanya Clara pada sang barber.

"Kau yakin ingin model seperti itu?" tanya sang pemotong rambut dengan tidak yakin.

Melihat wajah tidak meyakinkan dari sang barber langsung membuat Clara menggeleng. Tidak akan ia sia-siakan rambut indah nan panjangnya itu berakhir di lantai.

"Baik, aku mengerti kau ingin merubah total penampilanmu. Tapi, bukan berarti kau harus menjadi gadis tomboy, Nona." sang barber rupanya mengerti keinginan Clara. "Bagaimana jika kau merubah warna rambutmu saja? Aku yakin orang-orang di sekitarmu tidak akan mengenalimu dengan warna rambut berbeda," usulnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not A Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang