Bab 1 - Hari Terakhir

586 73 23
                                    

Tik... Tok ... Tik ... Tok .....

Seolah hanya detak jam yang terdengar seisi ruangan saling terbungkam tanpa ada yang mengeluarkan suara sedikitpun, jarum menunjukkan pukul sembilan lewat empat puluh lima menit ketika sebuah ujian nasional berlangsung dalam dua jam yang lalu. Duduk berjarak dengan hanya tertunduk lesu seluruh siswa kelas dua belas tengah asik bermain dengan soal ujian dan goresan bolpoin di atasnya.

Dari arah depan hingga menyusuri segala penjuru kelas XII IPA 1 seorang guru dengan nama dada Dian Purbasari, S. Pd tengah mengawasi anak didiknya dan tak mengizinkan satu pun kecurangan terjadi di ruangan itu. Rambut hitam yang dicepol rapi memberi ketegasan atas tanggung jawab yang tengah ia emban kali ini.

Keluar dari kaca transparan ruangan itu lorong kelas terasa begitu hening tanpa ada aktivitas siswa kelas sepuluh maupun sebelas, lintasan yang biasanya dilalui kini nampak kosong. Hal itu terjadi selama ujian nasional bagi kelas dua belas berlangsung hingga hari ini. Jajaran ruang kelas dua belas seakan tak memiliki penghuni karena sunyi yang tercipta di dalamnya semua siswa hanya fokus dengan soal ujian masing-masing.

Hal serupa turut terasa dalam ruangan yang dihuni oleh para siswa kelas XII IPA 4 hentakan hak tinggi sepatu yang bertabrakan dengan lantai dingin memberi ketakutan tersendiri bagi para siswa yang sedang melancarkan trik cerdiknya. Dari meja paling belakang seorang siswa dengan kaos merah yang ia kenakan tengah mencoba berkali-kali memberi isyarat dengan menendang ujung kursi siswa di depannya

"Ssttt ... gua mau liat jawaban lo, cepet!" bisik Brian lirih tetapi penuh penekanan.

Mendapat distraksi hingga berulang-ulang kali membuat Geo, siswa berambut bowl cut itu teralihkan dari soal ujiannya. Seraya terus menunduk sesekali ia menatap arah guru yang berkeliling dengan jari jemarinya yang tak henti memainkan gerigi bolpoin karena sensasi ketakutan yang merangkul.

"Inget apa yang terjadi kemarin? Kalau lo-" ucap Brian yang kemudian terhenti oleh gelagat Geo yang mengangguk cepat berniat menuruti permintaannya. "Bagus," tambahnya sembari tersenyum puas.

Dengan ragu Geo mengangkat kertas ujiannya untuk ia berikan pada Brian, perlahan ia membawa kertas itu ke belakang sembari sesekali menatap sang guru yang tak pernah berhenti untuk mengitari ruangan, begitu hati-hati dan takut yang beradu ia melakukannya dengan terpaksa.

"T-tapi g-gua belum selesai-"

"Yaelah udah sini cepet, lama banget sih lo!" potong Brian berbisik lirih.

"Ini aja." dari sisi kiri meja Geo suara dingin itu datang bersama dengan selembar kertas berisi jawaban yang diulurkan.

Hampir bersamaan Brian dan Geo menatap Juan namun dengan sorot mata yang memiliki arti berbeda dari keduanya. Brian yang mengangkat sebelah alisnya karena takjub dan kaget sedangkan Geo dengan tatapan tajamnya. Seakan mendapat dua hadiah dalam satu waktu Brian dibuat bingung untuk mengambil kertas yang mana, tangannya masih melayang di udara seraya memilih hingga akhirnya ia menarik selembar kertas dari tangan Juan.

"Lo masih jadi bocah pinter kok, jadi tenang aja," cetus Brian yang ia tujukan pada Geo dengan tatapan hinanya.

Secepat kilat Brian mulai menjawab soal ujian yang semula kosong begitu pula dengan Juan yang beralih fokus pada soalnya, tidak dengan Geo yang menarik kembali kertasnya dengan hampa tanpa mengedarkan pandangan sedikitpun dari Juan, tatapannya tertahan.

"Geo kamu sudah selesai?!" tanya guru pemilik rambut bob cut rapi itu ketika melihat gelagat Geo.

"Eh belum, Bu."

Night Of Happiness (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang