02; Malam penuh hangat

274 35 0
                                    


°°°°°

Ditengah gelap gulitanya langit malam, dibawah taburan bintang yang menebar pesona indah pada langit malam, dengan sorot sang rembulan yang berkilau samar dibalik awan yang menimbun. Dua bocah SD dengan empat remaja laki-laki terlihat begitu asyik dengan kegiatan masing-masing, bersantai diatas rerumputan hijau beralaskan tikar tanpa sadar jam telah menunjukkan pukul 20.30

"Rambut Saka Bunda apain tadi pagi?" Celetuk Jiro memecah keheningan ditengah kegiatannya membantu Juna mengerjakan PR dengan pulpen kodok baru pemberian Hesa.

Wanita cantik berperawakan tinggi dengan helaian rambut pendeknya yang tergerai lurus menyentuh bahu itu meletakkan sepiring keripik serta sepiring kue bolu sebelum akhirnya turut bergabung dengan si bungsu yang mulai terlelap dalam dekapannya. Kanara Zalleya atau yang kerap dipanggil Bunda oleh putra-putranya.

"Pas Bunda lihat bungkusnya, katanya bisa hilang kalau dibilas sama air. Yaudah Bunda grojokin itu Adekmu pake air. Untung beneran ilang."

Gelak tawa Jevin terdengar meski kedua tangannya masih sibuk bermain game. "Kira-kira Saka dapet inspirasi dari mana ya?"

"Ya lagian si Seno juga aneh-aneh, mana gue lagi yang kena," imbuh Hesa turut berkomentar. Sama dengan Jevin, remaja kelas sebelas yang sebentar lagi akan naik tingkat itu juga masih disibukkan dengan ponselnya. Lagi mabar bareng Jevin dia.

Sementara itu, nama yang disebut-sebut justru masih sibuk dengan kegiatannya mengacak-acak rambut Saka yang sejak tadi asyik berada di pangkuannya sembari bermain ponsel miliknya. Yang lebih tua masih sibuk memperhatikan setiap helai rambut kering Saka yang sudah kembali hitam. Meski pomade itu salah beli, tetap saja sayang, mengingat wadah pomade nya benar-benar kosong melompong, cukup membuatnya meringis. Sebanyak apa bocil satu ini menggunakannya hingga membuat isinya tandas tak bersisa hanya dengan sekali pakai?

"Abang diam! Saka masih main." Kesal si kecil kembali fokus pada permainannya.

Seno berdecak, "udahan mainnya, ini udah malem!" Lantas dengan sekali tarikan Seno berhasil merampas ponsel dari genggaman Saka membuat yang lebih kecil reflek memekik kencang. Perlu kalian tahu, setiap teriakan Saka mampu mengguncang satu penghuni rumah. Kencengnya bukan maen.

"BUNDAAAAAAAAA!! ABANG SENO NAKAAALLL!"

Pekikan kencang Saka mampu membuat si bungsu kembali terlonjak kaget dari tidurnya.

"Ndaa, ada gludukk!" Adunya tiba-tiba was-was dengan keadaan.

Kana reflek berdiri dan kembali menimang tubuh kecil Riko yang kini mulai menampakkan buliran air matanya, "itu bukan gluduk, dek. Itu suara kakak."

Dengan perasaan kesal karena tidurnya yang hampir lelap terganggu, Riko membalas teriakan Saka tak kalah kuat, "Kakak belicikk!! Sualanya kaya gludukk!"

Saka dengan muka merah padam hendak kembali membalas teriakan si bungsu, untungnya Seno dengan tanggap membekap mulut sang Adik, "ayo main Tom and Jerry sebelum bobo."

Yang lebih kecil mengangguk antusias lantas segera berdiri dengan lucunya menautkan jemari kecilnya pada sang Abang. Tak lupa menjulurkan lidahnya pada Riko yang belum bisa kembali terlelap akibat teriakan mautnya barusan.

"Lembur ini gue," monolog Seno menyadari keaktifan Saka akan membuat jam tidurnya mundur. Tapi mau gimana lagi, daripada dua bocil perang, ada baiknya dipisahkan.

Keluarga Cemara [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang