Tanpa sengaja aku menginjak satu kotak abu-abu
Menuai perhatian akan satu hal yang telah lama hilang
Beribu hari ia telah tenggelam
Bersama malam, ditengah derasnya hujan
Menuju dasar laut yang tak lagi mampu digapai
Matahari menyentuh air
Dengan kilau, debur ombak, dan jingga yang dulu sangat aku ingin
Pada senja ku titipkan cerita singkat itu
Siapa sangka benar habis masanya
Sayang, ingatanku bekerja dengan baik pada hal-hal tidak penting
Kilau burung menyapaku
Dibawah langit yang sama
Disatu tempat yang sama
Nyatanya benar
Luas tempat di hati untuk hal-hal yang sudah tak lagi menemukan lembar selanjutnya
Ribuan hari setelah matahari terik itu membakar kulitku
Ribuan hari setelah aku mengenang tempat-tempat bersejarah itu
Takdir tetap berdiri tegak
Aku perlu bebatuan untuk melompati aliran sungai
Hingga akhirnya putih menjadi biru dan enggan menyapa lagi.
~ ; hai, apa kabar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kirana
RandomAku tak pandai merangkai puisi jadi, ini bukan barisan puisi Aku hanya memandangnya sebagai isi kepala yang sulit dimengerti.