Jaemin menceritakan apa yang Hyunjin inginkan pada Tiffany juga Yoona, kedua wanita itu saling berpandangan sebelum tersenyum tipis."Nana, mau gimana pun Felix itu yang mengandung dan melahirkan Jino." Ucap Yoona lembut.
"Kamu boleh ijinin mereka bareng selama satu hari sebelum mereka pindah ke luar untuk pengobatan Felix. Kamu juga bisa liat mereka, tapi dari jauh." Sahut Tiffany.
Jaemin diam sebentar.
"Aku boleh liat mereka dari jauh? Sebagai syarat kan, bun, ma?" Tanya Jaemin, mereka mengangguk.
"Kamu juga harus bilang ke Hyunjin lebih dulu, mengerti?"
"Ngerti, ma." Tiffany tersenyum.
Jaemin ikut tersenyum, membiarkan mereka bersama Jino selama satu hari tidak buruk, kan? Mereka tidak akan melakukan hal buruk pada anaknya sendiri dan sudah di pastikan Jaemin juga Jeno ikut dan melihat dari jauh.
Mau tidak mau Hyunjin harus setuju, karena itu syarat supaya Jaemin mengijinkan mereka.
Jeno yang mendengar itu mengangguk saja, setuju. Tak ada penolakan atau apapun, pemuda itu tak lama menghubungi Hyunjin. Juga mengatakan apa yang Jaemin katakan dan Hyunjin setuju. Pemuda itu mengucapkan terima kasih pada keduanya.
Hari dimana Jino pergi bersama Hyunjin dan Felix telah tiba, kedua pemuda itu berjanji akan bertemu di taman.
"Kita mau kemana?" Tanya Felix, pemuda manis itu tak tahu Hyunjin akan membawanya kemana.
"Ikut aja." Felix menurut.
Mengikuti Hyunjin yang berjalan kearah tiga orang yang tak asing menurut Felix, saat sampai Felix mundur perlahan dan mengalihkan pandangannya.
"Ngapain ke sini? Ayo pulang aja." Ucap Felix, enggan menatap ketiganya.
"Kita mau ketemu Jino, kemarin kan gua udah bilang." Sahut Hyunjin.
"Gue kira bohongan. Kalau lo masih mau disini gue pulang aja, jin."
Hyunjin menggenggam tangan Felix.
"Lix. Gak apa-apa, jangan takut. Ada gua."
Felix diam kemudian mengangguk.
Hyunjin tersenyum tipis.
"Boleh gua bawa? Gak jauh kok, cuma sekitaran sini. Kalian masih bisa liatin kita." Ucap Hyunjin.
Jaemin mengangguk pelan, memberikan Jino pada Hyunjin. Jino memberontak tentu saja, anak itu tampak asing melihat Hyunjin.
"Hai Jino, hari ini sama pa—om dulu ya." Ucap Hyunjin lembut, Jino yang memberontak perlahan terdiam.
Anak itu menatap Hyunjin, cukup lama sebelum tersenyum. Hyunjin ikut tersenyum sementara Felix diam menatap Jino, perasaan takut muncul.
"Gua bawa." Keduanya mengangguk, membiarkan mereka pergi.
Mereka bermain tak jauh dari Jeno dan Jaemin, Hyunjin sudah menyiapkan piknik untuk ketiganya.
Jaemin hanya diam melihat ketiganya, mereka tampak seperti keluarga bahagia. Meski Felix diam dan tampak acuh pada Jino, pemuda itu terus mengalihkan pandangannya enggan menatap Jino yang sibuk bermain dengan Hyunjin.
Awalnya, namun perlahan Felix menggendong Jino dan tersenyum. Mengusap surai anak itu dan mengecup pipi, membawa Jino dalam pangkuannya.
Menyuapi anak itu juga memberikannya susu, Felix tampak bahagia begitu dengan Hyunjin yang tersenyum menatap keduanya.
Sementara Jaemin hanya diam menatap mereka, pemuda manis itu kemudian menundukkan kepalanya.
Perasaan sedih muncul.
"Nih." Jaemin mendongak, menatap Jeno yang menyodorkan satu cup es krim berukuran sedang pada Jaemin.
"Biar gak bosen." Jaemin tersenyum menerimanya.
"Thank you." Jeno mengangguk, pemuda manis itu menatap es krim di tangannya berbinar lalu memakannya. Kepala nya sesekali menggeleng membuat Jeno gemas sendiri.
"Enak?" Jaemin mengangguk.
"Mau?"
"Boleh?"
"Boleh, ini kan punya Lo. Lo yang beli, nih aaaa~"
Jeno membuka mulutnya, menerima es krim yang Jaemin berikan padanya. Pemuda tampan itu tersenyum.
"Manis."
"Namanya juga es krim"
"Iya ya."
"Aneh." Jeno terkekeh.
Jika Jaemin memakan es krim maka Jeno meminum minuman kaleng yang ia beli, pemuda itu juga membeli beberapa jajanan untuk Jaemin agar pemuda manis itu tak bosan.
"Nanti beli balon ya." Ucap Jaemin.
"Iya, mau yang bunga matahari itu?" Tanya Jeno.
"Bukan, yang pesawat."
"Kok pesawat? Kaya anak kecil."
"Emang, kan Jino anak kecil. Gimana sih!"
Oh, untuk Jino. Jeno kira Jaemin ingin beli untuk dirinya sendiri.
"Kirain buat Lo." Jaemin menggeleng.
"Kaya anak kecil." Jeno terkekeh.
"Kata siapa? Emang balon cuma buat anak kecil aja?"
"Iya kali."
"Kalau mau bilang aja, nanti gua beliin."
"Dibilang kayak anak kecil, Jen."
"Gak, na. Bentar deh gua beli dulu, yang bunga matahari sama bebek ya. Buat Lo sama Jino, sebentar."
"Jeno ih! Gak usah!"
Telat, Jeno sudah lebih dulu beranjak membuat Jaemin mencibir pelan.
Pandangan pemuda manis itu teralih pada ketiga orang yang tak jauh dari mereka, disana Felix tengah memberikan Jino susu sementara Hyunjin duduk di samping Felix dengan tangan terulur mengusap surai Jino.
"Kalau pikiran Lo gak sependek itu, mungkin kalian udah bahagia. Tapi gue juga gak bisa sih bilang kaya gini karena gue belum ngerasain apa yang Lo rasain, lix." Gumam Jaemin.
Pemuda manis itu kembali memakan es krim nya, tak lama Jeno datang membawa dua balon.
"Nih."
Jaemin diam sebentar kemudian mengambilnya.
"Lucuuuuuuuuuu."
"Kan, nih. Kalau mau dua-duanya nanti gua beli satu lagi buat Jino." Jaemin menggeleng cepat.
"Nggak kok! Satu aja cukup. Thank youuuu Jenooooo~" Jeno mengangguk.
"Sama-sama na."
Jeno ikut tersenyum menatap Jaemin.
...
Setelah puas bermain, Hyunjin mengembalikan Jino pada Jeno dan Jaemin.
"Thanks udah bolehin gua sama Felix main sama Jino."
"Sama-sama."
"Gua balik dulu ya. Gua juga mau pamit sama kalian, gua gak tau pasti bakalan balik ke sini lagi kapan. Tolong bilang sama yang lain, maaf." Ucap Hyunjin.
"Iya, nanti gua bilangin. Kalian hati-hati." Hyunjin mengangguk, setelahnya mereka kembali ke rumah masing-masing.
Dalam perjalanan Jino tertidur di pangkuan Jaemin, anak kecil itu memegang telunjuk Jaemin.
Jaemin hanya tersenyum melihatnya, gemas sekali.
...
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident | nomin [✓]
FanfictionSemua bermula dari nomor tak di kenal yang meminta pertolongan pada mereka untuk datang ke alamat yang sudah dikirimkan, tanpa tau apa yang akan terjadi setelahnya.