29 After Married

8 3 0
                                    

Acara resepsi berjalan dengan lancar, kini Sam dan Yura sudah berada di sebuah rumah yang nantinya akan mereka tempati. Karena Yura tahu bahwa Sam masih merasa canggung dengannya, Yura menyuruh Sam untuk tidur dikamar lain alih alih menyuruhnya untuk tidur bersamanya.

"Kau bisa beristirahat di kamar tamu jika masih merasa canggung denganku."

"Maaf Yura-shi"

"That's okay. Aku juga tidak akan memaksamu untuk tidur denganku. Kau harus tahu aku melakukan semua ini karena aku benar benar ingin membawamu keluar dari hubungan yang tidak sehat dan rumit itu. Santai saja. Kau bisa menganggapku sebagai temanmu. Aku tidak keberatan"

"Ya, aku tidak keberatan. Keberadaanmu disampingku saja sudah cukup untuku. Setelah mendapatkanmu, kurasa aku bisa pergi dengan tenang nantinya. Aku janji, ini tidak akan lama."

"Saranghae"

"Nae?"

"Saranghandago"

"Ah, ggeu.."

"Gwencanha. Aku tidak perlu jawaban darimu. Aku hanya ingin kau mengetahuinya, itu saja. Aku ingin bisa mengatakannya sekali saja selagi aku masih bisa mengatakannya."

"Maksudmu?"

"Bukan apa apa"

"Yura, kau tidak apa apa?" Ucap Sam saat melihat Yura seolah kehilangan arah dan hampir saja terjatuh jika saja Sam tidak menahannya.

"Aku tidak apa apa. Hanya pusing sedikit."

"Mau kupanggilkan dokter?"

"Tidak perlu Sam, aku hanya kelelahan saja."

"Lagipula percuma saja kau memanggilkanku dokter. Mereka tidak ada yang bisa menyembuhkanku."

Beberapa bulan kemudian...

Seiring berjalannya waktu, perlahan Sam sudah mulai menerima Yura sebagai istrinya. Setelah ini Sam benar benar akan mendampingi Yura hingga maut sendiri yang memisahkan keduanya.

Saat ini Sam tengah disibukan dengan beberapa berkas ditangannya. Melihat tumpukannya saja membuat Sam pening bukan main, apalagi jika dibaca. Tapi bagaimanapun juga, itu merupakan bagian dari pekerjaannya. Suka atau tidak Sam harus tetal menjalaninya. Hingga sebuah lengan tiba tiba mengalung dari arah belakang leher Sam. Ia rasakan kecupan basah mengenai pipinya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Yura. Sekedar informasi, memasuki 1 minggu pernikahan, mereka memutuskan untuk tidur dalam satu kamar. Itu merupakan keinginan Sam sendiri, hal itu juga sempat membuat sang istri terkejut saat Sam tiba tiba mengatakan akan tidur bersama Yura.

Suatu hari, Yura mendapati sang suami yang akhir akhir ini memang lebih sibuk dengan pekerjaannya dibandingkan dengan Yura. Membuat Yura merasa sedikit iri dengan beberapa dokumen yang kini sedang diperiksa satu per satu oleh sang suami.

"Tidakah kau keterlauan sayang? Kau lebih memilih berkas berkas itu daripada istrimu sendiri, hmm? Kau mau berselingkuh dengan pekerjaanmu begitu?"

Mendengar perkataan sang istri membuat Sam terkekeh.

"Kau bicara apa Yura-ya? Bagaimana bisa seseorang berselingkuh dengan dokumen"

"Buktinya kau lebih peduli pada dokumen dokumen itu daripada aku."

"Maafkan aku Yura, aku juga sebenarnya malas, tapi mau bagaimana lagi, ini merupakan bagian dari pekerjaan suamimu ini, bukan begitu?"

"Araseo. Malam ini mau kubuatkan apa untuk makan malam?"

"Apapun buatan mu, aku pasti akan memakannya. Asalkan jangan kayu dan batu ataupun rumput."

Yura terkekeh geli mendengar perkataan sang suami.

"Geurae" ucap Yura sambil tak henti hentinya memeluk dan menduselkan wajahnya pada leher sang suami. Sementara sang suami hanya bisa tersenyum melihat tingkah sang istri. Begitu menggemaskan, pikirnya.

Sam memang sudah mulai merasa nyaman dengan Yura. Sekalipun sang istri selalu tiba tiba manja padanya, dia tidak keberatan ataupun merasa risih.

Saat ini kebahagiaan sang istri adalah hal yang paling utama menurutnya.

Yura tetap berterimakasih pada Sam, walaupun ia tahu Sam belum juga jatuh cinta sepenuhnya padanya, setidaknya Sam sudah mulai bisa menerimanya perlahan. Yura bersyukur akan hal itu.

Semakin hari kebersamaan Yura dan Sam semakin intens. Bagaimanapun Sam masih memiliki hasrat seksual pada sang istri. Hingga malam itu adalah pertama kalinya Sam meminta hak nya sebagai suami atas Yura. Mengetahui keinginan Sam membuat Yura sedikit terkejut. Yura tidak peduli sekalipun Sam melakukannya hanya karena nafsu semata. Yang pasti Yura senang karena dia akhirnya menjadi istri Sam seutuhnya.

Beberapa hari setelahnya Sam mendapati Yura yang seringkali bertingkah aneh di depan Sam. Dia benar benar tidak ingin berjauhan dengan sang suami. Sam menyadari sesuatu sudah terjadi pada Yura apalagi dilihatnya Yura begitu pucat, hal itu membuat Sam cukup khawatir.

"Yura, wajahmu pucat, kita ke dokter ya"

"Aku tidak apa apa sayang. Hanya merasa lelah saja. Aku hanya ingin tidur dipelukanmu saat ini."

Mendengar Yura mengatakan hal tersebut, membuat Sam semakin khawatir. Tiba tiba saja perasaan Sam menjadi tidak enak. Apalagi ia juga merasakan suhu tubuh Yura yang begitu dingin.

"Yura, kau yakin tidak ingin ke dokter. Suhu tubuhmu dingin sayang."

"Apa? Katakan sekali lagi" ucap Yura yang mulai menitikan air matanya.

"Kau harus ke dokter sayang"

"Mendengar panggilanmu padaku barusan membuat ku bahagia. Terimakasih."

"Sayang, kau sedang tidak baik baik saja, kita ke dokter ya, suhu tubuhmu dingin sayang."

"Aku hanya kedinginan Sam. Jangan khawatir. Kau hanya perlu diam dan tetap memeluku seperti ini. Ini sudah sangat menghangatkanku."

"Sayang,, aku mohon."

"Michinneom. Kenapa kau baru bisa memanggilku dengan panggilan itu sekarang. Kenapa tidak dari dulu kau seperti itu."

"Maafkan aku."

"Sekarang dengarkan aku baik baik. Aku tidak akan mengulangi perkataanku untuk kedua kalinya. Aku minta maaf karena sudah merebutmu dari Sky dan Kak Hyunho, aku tahu betul caraku untuk mendapatkanmu itu adalah cara yang salah. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk bisa mendapatkan mu."

"Kau sudah berhasil mendapatkanku sayang."

"Aku belum selesai bicara Sam. Kau harus mendengarkanku sampai selesai. Mungkin aku memang egois karena begitu menginginkanmu saat itu. Aku seperti itu karena aku sangat mencintaimu Sam. Terimakasih sudah mau menerimaku, setiap detik yang ku habiskan bersama denganmu merupakan kebahagiaan tersendiri untukku. Setiap detik yang ku habisakan bersama denganmu begitu berarti untukku. Aku benar benar bahagia saat ini. Aku tidak akan pernah melupakan apa yang sudah kita lalui bersama. Setiap detik kebersamaan kita merupakan hal yang sangat berharga untuku. Sampai kapan pun aku akan selalu mencintaimu. Perasaanku akan tetap sama untukmu. Aku tidak akan pernah menyesal dengan semua yang sudah ku lakukan. Karena dengan semua yang ku lakukan itu akhirnya aku benar benar bisa membuatmu menjadi miliku. Aku mencintaimu, suamiku. Dan sekarang aku sudah sangat lelah. Aku ingin istirahat." ucap Yura dengan air mata yang masih terurai di pipinya. Dan saat itu adalah terakhir kalinya Sam dan Yura bersama karena setelahnya, Yura benar benar tidak ingin bangun lagi dari tidurnya.

Saat Yura benar benar sudah menutup matanya, air mata yang Sam tahan sedari tadi tiba tiba luruh begitu saja.

"Kau ini sebenarnya kenapa Yura. Apa kau ini wanita jahat. Setelah mendapatkanku sekarang kau pergi begitu saja? Tidak bertanggung jawab sekali. Sekarang apa yang harus aku lakukan. Seharusanya kau belum boleh pergi. Ada suatu hal yang belum sempat ku sampaikan padamu. Aku mencintaimu Yura. Sudah sangat lama aku ingin mengatakannya, tapi bibir ini seolah sulit untuk mengungkapkannya, maafkan aku. Dan sekarang bagaimana? Tidak mungkin aku meminta-Nya untuk mengembalikanmu padaku kan? Kenapa sayang? Kenapa disaat aku mulai mencintaimu dan mulai menyadari perasaanku padamu Tuhan justru mengambilmu dariku. Sekarang bagaimana aku akan melanjutkan hidupku tanpa adanya dirimu." Ucap Sam sambil terisak.

Which One Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang