"Maaf aku terlambat," Gawin berucap begitu sampai di sebuah restoran di dalam mall. Di sana sudah ada Joss yang duduk menunggu dirinya kurang lebih sepuluh menit. Ini adalah keterlambatan pertama yang Gawin lakukan.
"Ada apa?" tanya Joss. "Tidak biasanya."
"Ah..., aku bertemu keluarga lamaku," ucap Gawin.
Joss mengangguk mengerti lalu memberikan buku menu pada Gawin agar pria itu memilih makanan untuk mereka berdua. Ini adalah kebiasaan mereka sejak lama, Gawin selalu memilih makanan untuk Joss dan Joss akan dengan senang hati memakan apapun yang dipilih Gawin untuk dirinya. Hanya butuh waktu sebentar bagi Gawin untuk dapat memutuskan menu yang dipilihnya kali ini. Ia tau betul selera dan kebiasaan Joss jadi ia tidak perlu waktu lama untuk berpikir.
"Jadi bagaimana dengan keluarga lamamu?" tanya Joss sebelum makanan datang.
"Seperti yang sudah aku duga, mereka marah dan memaki karena aku memutuskan hubungan keluarga dengan mereka," ucap Gawin.
Joss mengangguk mengerti. "Reaksi yang wajar," ucapnya.
"Omong-omong, terima kasih," ucap Gawin tiba-tiba.
Joss mengernyit tak mengerti. Ia merasa tidak melakukan apapun untuk layak dihadiahi ucapan terima kasih dari Gawin.
"Pengawal," jawab Gawin. "Ternyata sangat membantu."
Joss mengangguk. "Kau harus terbiasa dengan mereka mulai dari sekarang," ucap Joss. "Apapun yang kau lakukan, mereka akan mengikutimu."
Gawin diam saja, menolak untuk menyanggah maupun menyetujui ucapan Joss karena bagaimanapun ia masih tidak bisa membayangkan jika ia hanya keluar untuk bertemu dengan Mix tetapi harus ditemani dua pria lain berbadan besar. Bagi Gawin, dirinya sudah lebih dari cukup untuk menghadapi orang yang mengganggunya.
Tepukan ringan menyadarkan Gawin dari lamunannya. "Gawin? Betul kan?"
Seorang pria dengan pakaian santai menyapa dengan ramah tetapi Joss menyadari satu hal dari reaksi yang Gawin berikan. Gawin tidak nyaman. Senyuman kikuk yang mati-matian pria itu sembunyikan tentu saja tidak dapat menipu mata Joss yang sudah bersamanya sejak lama. "Apa kabar kak Podd?" Gawin balik menyapa.
"Baik, tentu saja," ucap Podd. "Bagaimana dengan kamu? Setelah--"
"Tidak ada banyak hal terjadi," Gawin langsung memotong ucapan Podd. Hal yang membuat Joss makin penasaran ada hal apa yang terjadi diantara keduanya di masa lalu. Gawin tidak pernah sepanik itu untuk langsung memotong ucapan orang lain. Terlepas betapa tidak kondusifnya perbincangan yang dilakukan, pria itu selalu menemukan cara untuk lepas.
Seorang wanita tak lama datang dan langsung memeluk lengan pria yang bernama Podd ini. "Sayang, ayo kita pergi," ucap si wanita itu manja.
"Sebentar sayang, perkenalkan ini Gawin," ucap Podd. "Um....dia itu teman lamaku?"
Joss mengangkat sebelah alisnya. Mengapa pria ini ragu atas sebutan hubungan dirinya dengan Gawin? Apakah memang terjadi sesuatu diantara mereka di masa lalu?
"Oh halo Gawin," ucap si wanita ramah.
Gawin tersenyum kecil. "Halo," ucapnya.
"Lalu siapa pria tampan yang sedang bersamamu Gawin?" tanya si wanita.
"Oh...dia tunanganku," Gawin menjawab dengan senyuman. Joss tak menyangka bahwa Gawin akan menjawab seperti itu. Mungkin ini untuk pertama kalinya Gawin memperkenalkan dirinya sebagai tunangan. Apalagi tanpa skenario yang ditetapkan oleh keduanya. Tanpa sadar, Joss menikmati ini terutama sensasi yang muncul di dadanya. Sungguh, ia tak pernah merasakan hal semacam ini.
Joss tersenyum saja menolak untuk membuka suara sama sekali.
"Oh! Kau sudah bertunangan?" Podd dengan heboh bersuara. "Selamat!"
Baru saja Podd akan bersuara lagi, si wanita--sang kekasih--langsung merengek agar keduanya segera pulang yang tentu saja disambut Gawin senang. Ia tak ingin lama-lama berhadapan dengan seseorang yang sangat ia hindari dalam beberapa tahun terakhir. Dalam beberapa alasan, ia tidak bisa memasang topeng untuk kali ini. Sungguh, rasanya luka itu semakin sakit dirasa apabila ia melakukannya.
"Kalau begitu aku pulang dahulu ya, omong-omong aku kini sudah memiliki cafe yang pernah kuceritakan ke kamu, lokasinya ada di seberang gedung kantor Sangngern Corp," ucap Podd. "Jangan lupa ya!"
Gawin mengernyit dan setelah Podd menghilang dari pandangannya ia menatap Joss penuh dengan tanda tanya. "Bukankah itu yang kau beri padaku?" tanyanya.
"Betul," Joss menjawab singkat dan memasukan makanan ke mulutnya.
"Tidak ada penjelasan lebih lanjut?" tanya Gawin.
"Sepertinya dia salah satu investor besar di cafe, aku dengar ada satu orang lain yang memiliki kepemilikan dana cukup besar," ucap Joss. "Dia salah satu founder cafe dan sangat sulit membujuknya untuk melepas kepemilikannya."
"Jadi maksudmu kami berdua adalah pemilik cafe itu?" tanya Gawin.
Joss mengangguk.
"Dan aku cepat atau lambat harus bertemu dengannya?" tanya Gawin.
"Mungkin?" Joss menjawab ragu.
Gawin mulai membayangkan skenario buruk di otaknya dan sungguh makanan di restoran ini tak lagi terasa menyenangkan di mulutnya. Di sisi lain, Joss memiliki begitu banyak pertanyaan di pikirannya. Baginya sungguh aneh melihat Gawin sangat menghindari satu individu tertentu. Selama dirinya bekerja dengan Gawin, mereka banyak sekali bertemu orang-orang menyebalkan bahkan psikopat kaya yang jauh lebih mengerikan dibandingkan pria tadi dan selama itu pula ia tak pernah melihat Gawin ogah ogahan dalam bekerja atau bahkan menunjukkan perasaannya sama sekali.
Hingga beberapa hari yang lalu, di mata Joss sosok Gawin merupakan individu tanpa emosi. Joss mulai penasaran sejak kapan ia akhirnya menyadari bahwa Gawin memiliki ekspresi dan emosi? Apakah semenjak ia mengaku-ngaku Gawin sebagai pacarnya? Tapi mengapa? Mengapa baru sekarang dan semenjak kejadian itu? Apakah dirinya yang berubah atau Gawin? Sungguh Joss bingung.
Acara makan keduanya dihiasi keheningan yang panjang bahkan hingga keduanya sampai di rumah. Keduanya masih diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Vincent bahkan menyadari bahwa keduanya tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Joss yang sedang bersantai di teras belakang kemudian dihampiri oleh Vincent.
"Apa terjadi sesuatu antara anda dengan Tuan Gawin?" tanya Vincent.
"Tidak," jawab Joss. "Kurasa."
Vincent terdiam bingung. Apa maksudnya dari perkataan itu? Haruskah Vincent mengira ini jawaban 'iya'?
"Vincent, menurutmu apakah aku berubah?" tanya Joss.
"Perubahaan apa yang anda maksud, Tuan?" tanya Vincent.
"Entahlah, seperti aku tampak jauh lebih mudah didekati?" Joss bersuara.
Vincent tampak berpikir panjang sebelum akhirnya membuka suara. "Kurasa tidak, Tuan," jawab Vincent. "Anda tampak baik-baik saja."
"Ya aku juga merasa seperti itu," gumam Joss.
Kalau begitu apakah memang Gawin berubah dan lebih terbuka akan emosi dan ekspresinya? Dan kenapa ini membuat dada Joss bergemuruh begitu keras? Apakah dulu Gawin memang memiliki pengaruh pada dirinya begitu besar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect [JOSSXGAWIN]
FanfictionKetika nasibnya sebagai pewaris perusahaan keluarga berada di ujung tanduk, Joss terpaksa melakukan segalanya untuk memantapkan posisinya sebagai pewaris tahta keluarga Sangngern. ××× Siapa sangka kalau pernikahan akan datang secepat itu bagi Gawin...