enam

373 48 13
                                    

"Apa!?" Mix menggebrak meja ruang makan Joss tanpa sengaja. Sungguh, berita mengenai pertemuan Gawin dengan Podd membuat amarah dalam dirinya terhadap pria itu yang telah lama terpendam kini muncul kembali.

"Lo bisa tenang gak?" Gawin mendengus sebal. Pasalnya, Mix--menurut dirinya--saat sedang marah kelewat dramatis.

"Bisa, tapi gimana bisa lo bersantai seolah-olah gapernah terjadi sesuatu?" Mix bertanya dengan sedikit nada geram pada sahabatnya itu. 

"Awalnya sulit tapi rasanya puas melihat ekspresinya begitu gue memperkenalkan Joss," ucap Gawin.

Mix menaikkan sebelah alisnya. Tidak mengerti mengapa Joss bisa masuk dalam percakapan ini.

"Sebagai tunangan gue," lanjut Gawin dengan raut wajah bangga yang disambut dengan senyum cerah milik Mix. Pria putih itu kemudian memukul bahu Gawin semangat, seolah ingin menyalurkan keseruan yang ia dapatkan dari cerita sang sahabat.

"Bagus, itu baru sahabat gue," ucap Mix senang. "Tapi soal cafe, gimana?"

Gawin mendengus. "Mau gimana lagi? Dalam beberapa kesempatan pasti gue akan bertemu dia dan tanpa cafe ini pun, cepat atau lambat pasti gue bakal ketemu dia," ucap Gawin. "Satu-satunya cara ya hadapi, bukan lari seperti biasa 'kan?"

Mix mengangguk. "Kayaknya otak lo makin beres ya semenjak tunangan?" Mix terkekeh kemudian bangkit dari kursinya.

"Mau kemana?"

"Maaf ya tuan muda, gue masih ada kerjaan yang harus diselesaikan, bukan kayak lo yang pengangguran," dengus Mix.

Gawin manggut-manggut mengerti kemudian bangkit dari kursinya dan mengantarkan Mix ke pintu keluar. "Hati-hati," ucapnya singkat yang hanya dibalas anggukan oleh Mix. Begitulah keduanya, dalam satu waktu mereka bisa mengobrol tanpa kenal waktu tetapi di lain waktu mereka mampu berdiam diri tanpa membuka suara sama sekali.

Seusai Mix pergi, Gawin menuju kamarnya. Sungguh, semenjak ia tinggal di rumah ini tidak ada kegiatan berarti yang dapat Gawin lakukan. Semua makanan, peralatan, dan perlengkapan rumah telah dikerjakan oleh para pekerja rumah. Jadi, kegiatan Gawin hanya bangun, makan, bersantai sebelum kemudian tidur siang dan makan malam kemudian tidur kembali. Siklus yang selalu berulang setiap harinya.

Begitu berbaring diatas kasur, Gawin mengingat memori masa lalu miliknya saat ia bersama dengan Podd. Pria itu adalah sosok yang pernah ia kagumi, dekati, dan sukai. Di mata Gawin, Podd adalah sosok yang sempurna tanpa cela. Setidaknya itu yang ada dibenaknya dahulu. Lagipula siapa juga yang tidak akan tertarik pada senior yang ramah, pintar, kaya, dan sangat bertalenta. Pada saat itu, ia adalah kesayangan semua orang di sekolah mereka. 

Gawin hanya anak baru yang belum memiliki teman kemudian dekat dengan senior yang kebetulan jadi sosok pendamping di hari-hari pertamanya sekolah. Pada awalnya, tidak ada satu orang pun yang berani menentang kedekatan keduanya di hadapan umum. Sebelum kemudian terdapat rumor beredar mengenai Gawin yang merupakan seorang gay.

Semua orang mencela Gawin dan Podd tidak mampu menjadi tameng bagi dirinya. Bahkan Podd mengatakan satu hal yang Gawin masih ingat hingga kini. 

"Enyah, anggap saja kita tidak pernah bertemu, dasar gay sialan,"

Podd mengatakan itu tanpa ragu dan dihadapan semua orang seolah ingin berkata bahwa ia juga bukan gay. Setelah kejadian itu, Gawin menutup diri tetapi kisah tersebut tidak berakhir begitu saja. Pada satu malam, setelah beberapa bulan kehebohan Gawin di sekolah, Podd meminta untuk bertemu. Gawin yang pada saat itu masih sedikit berharap ada kesempatan bagi dirinya untuk bersama Podd kemudian menyetujui ajakan itu.

Malam itu, untuk pertama kalinya Gawin merasa dirinya kotor. Podd tanpa belas kasihan menggempur tubuh Gawin yang padahal adalah sosok yang pernah ia cela sebagai 'gay sialan'. Pagi hari setelah kejadian itu, Podd mengaku bahwa ia seperti memiliki rasa pada Gawin dan ia menikmati kegiatan mereka serta ekspresi Gawin saat dibawahnya.

Sungguh, saat itu Gawin seketika langsung bangkit dan menghajar Podd tanpa berhenti sebelum kemudian ia pergi dari kehidupan semua orang yang pernah ia temui di awal sekolah menengah atasnya. Ia pergi jauh dari ibukota dan menuju kota kecil yang bahkan tak semua orang tau namanya. Disitulah ia bertemu Mix, sahabatnya sekaligus orang yang menyembuhkan trauma Gawin akan bentuk pertemanan apapun.

Ketukan singkat di pintu kamar menyadarkan Gawin dari lamunannya. Disana, Joss sudah berdiri mengenakan pakaian santai. Sebuah kaus putih dan celana longgar hitam serta sebuah cardigan panjang berwarna hitam. "Ayo, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan," ucap Joss.

Keduanya berjalan di lorong panjang rumah, bagian dari rumah yang hanya sekali Gawin datangi yakni pada saat pertama kali ia ada disini. Joss mengeluarkan sebuah kunci dari celananya dan membuka salah satu ruangan disana. Tampak sebuah ruangan kosong yang cukup besar, setidaknya lebih besar dari kamar kos Gawin yang lama. "Ruangan apa ini?" tanya Gawin.

"Ruang untukmu," ucap Joss.

Gawin mengernyit. "Untuk kamarku?" tanyanya heran.

Joss mendengus. "Untuk apa pisah kamar? Ini untuk hobimu atau mau kubangun ruang kerjamu disini?" tanya Joss.

"Untuk apa? Aku sudah tidak bekerja," jawab Gawin sembari menyusuri ruangan itu. Ruangan yang cukup luas dengan jendela besar yang menghadap taman rumah yang begitu asri. Sementara itu, Joss hanya berdiri di ambang pintu. Matanya terus memperhatikan gerak-gerik Gawin yang begitu aneh di matanya.

Joss dan segala tindakannya tentu saja memiliki alasan begitu juga kali ini. Vincent menyarankan dirinya untuk membangun ruangan bagi Gawin pakai sehingga pria itu tidak mati kebosanan di dalam rumah ini. Juga, setelah pertemuan dengan Podd, Joss merasa ada yang janggal dari Gawin tetapi ia tidak mengetahui apapun. Laporan yang sampai di tangannya pun tidak ada yang menyertakan nama Podd. Bahkan pagi ini, ia keluar untuk menemui tangan kanannya dan memberinya tugas baru.

"Bagaimana?" tanya Joss.

"Aku lebih suka keluar rumah tapi ini boleh juga," ucap Gawin. "Aku bisa menggunakan ruangan ini untuk apapun bukan?"

Joss hanya menjawab dengan anggukan sementara Gawin kemudian tersenyum lebar dan berlari kecil kearah Joss. Reaksi yang entah bagaimana Joss sukai dan menurutnya itu tampak menggemaskan?

"Kalau begitu apa boleh ini untuk aku menggunakan alat musik?" tanya Gawin. 

"Kau bisa bermain?" tanya Joss.

"Sedikit," ucap Gawin. "Tidak sampai tahap profesional."

"Kalau begitu, aku akan mengosongkan waktuku besok untuk kita berbelanja," ucap Joss final. 

Gawin tersenyum lebar, hal yang tak pernah ia lakukan selama beberapa tahun ke belakang. Sungguh entah bagaimana caranya ia begitu senang saat Joss menyadari kebosanannya dan melakukan sesuatu untuk membuat dirinya nyaman. Sesuatu seperti itu yang membuat Gawin entah bagaimana merasa dihargai dan mungkin dicintai? Apa mereka memang sudah sampai di tahap itu?

"Terima kasih," Gawin tanpa sadar memeluk Joss lama dan kemudian membuka suara lagi. "Kalau begitu aku akan memasak makan malam kali ini."

Joss terdiam mematung sementara Gawin sudah berjalan menuju dapur rumah dan memikirkan menu masakan untuk makan malam mereka. "Apa seharusnya aku melakukan itu sejak lama?"

***

Catatan penulis:

Aku gak nyangka masih ada yang nunggu cerita ini. Maaf ya T,T....jujur aja sempet lupa pernah nulis ini. Doakan aku bisa konsisten update sampai cerita ini selesai!! See you next week!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. Perfect [JOSSXGAWIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang