tiga

422 57 5
                                    

Brak

"Tuan, tolong redam amarah anda," seorang pria dengan takut mengingatkan atasannya itu yang entah mengapa hari ini datang dengan mood yang sangat buruk.

Semua karyawan yang kini berada di ruang rapat kemudian satu per satu meninggalkan ruangan. Tentu saja ini arahan dari pria yang menjadi tangan kanan sang atasan.

"Ian, cari tahu tentang kekasih Joss, sepupuku," ucap Boston.

"Baik Tuan," ucap Ian dengan hormat.

"Lalu, bukankah kita sebaiknya memainkan permainan kecil?" Boston melirik Ian yang hanya berdiri dengan ekspresi datar.

"Bagaimana seharusnya saya mengatur permainan itu?"

"Tidak ada yang salah dari bertaruh sedikit lebih besar," kekeh Boston. "Panggil si kembar, katakan ada tugas baru untuk mereka."

Ian mengangguk dan pamit undur diri, segera mengerjakan apa yang diminta oleh tuannya dan membereskan kekacauan yang sebelumnya terjadi. Tidak ada yang boleh mengetahui tentang kejadian tadi. Posisi tuannya di perebutan kursi pewaris sudah sempat tergeser akibat skandal yang dilakukannya berhasil mengacaukan keluarga Sangngern. Kali ini tuannya sudah mendapat kesempatan baru jadi tidak boleh disia-siakan.

Di sisi lain, suasana kantor Joss seperti biasanya. Sibuk. Gawin bahkan belum sempat untuk beristirahat sejak dirinya menapaki lantai tempat sesungguhnya ia bekerja. Lihat saja, atasannya masih sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen yang ada. Masa ia sebagai bawahan malah sibuk berleha-leha.

"Permisi Pak, ada dua orang pria datang mengaku sebagai tamu Pak Joss," ucap seorang wanita yang bekerja sebagai penerima tamu alias resepsionis di lantai mereka.

"Siapa?"

"Mereka tidak berkata apapun soal itu Pak," ucap si wanita lagi.

"Lalu bagaimana perawakan mereka?" tanya Gawin.

"Keduanya tinggi besar dan memiliki tato di bagian wajah," ucap si wanita.

Gawin mengangguk mengerti. "Tolong tahan mereka dulu, sementara aku bertanya pada Pak Joss," ucapnya.

Si wanita mengangguk mengerti dan kemudian meninggalkan area bekerja Gawin. Dengan cepat, Gawin menekan tombol di intercomnya yang menyambung dengan kantor sang atasan.

"Permisi Pak, anda kedatangan tamu," ucap Gawin. "Dua orang pria dengan tato di wajah."

"Suruh mereka datang ke saya," ucap Joss.

Gawin kemudian meminta agar kedua tamu tersebut diberikan akses untuk segera naik ke lantai kantor Joss dan Gawin sendiri yang menerima mereka di depan lift begitu pintu itu terbuka sebelum kemudian mengantar keduanya masuk ke dalam kantor Joss.

Gawin tidak mengerti ada hubungan apa antara atasannya dengan kedua pria yang tampak menyeramkan itu. Apa atasannya terlibat dalam bisnis ilegal? Tapi tidak mungkin Joss melakukan hal sebodoh itu terutama saat posisinya sebagai pewaris sedang terancam.

"Gawin, ini aku bawakan sandwich dari cafe seberang kantor," seorang wanita berucap ramah pada Gawin.

Dia adalah Mia, rekan sekretaris Gawin. Gawin saat ini masih dalam proses training Mia untuk menjadi sekretaris. Mia sejujurnya memiliki beberapa hal yang Gawin sukai saat bekerja tapi kelemahan besar Mia adalah mulutnya sendiri.

"Apa Pak Joss menerima tamu kriminal, Pak?"

Nah seperti sekarang.

"Mia," Gawin memperingati Mia untuk tidak berkata secara asal. Bagaimanapun posisi mereka adalah posisi vital yang dapat memengaruhi wajah atasan mereka di mata para karyawan.

Mr. Perfect [JOSSXGAWIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang