.
.
.
"Perkenalkan, aku Inuzuka Kiba, mantan pacar Hinata."
Kalimat itu keluar begitu saja dari Kiba yang dengan sengaja agak menaikkan tangan sebelahnya, menunjukkan jas putih yang ditentengnya. Uluran tangan dan senyuman di wajahnya tak mendapatkan reaksi apa-apa dari Gaara. Pria merah itu hanya menatapnya lekat dari atas sampai bawah.
"Gaara." Akhirnya Gaara membuka mulutnya. "Teman Hinata?" belum sempat Gaara memperkenalkan diri dengan lengkap, Kiba dengan cepat menarik tangannya dan kembali bicara. "I see..."
"Apa kau ingin memesan sesuatu, Hinata?" Kiba kembali beralih pada Hinata. "Kau bisa menikmati kopi sambil bermain dengan kucing di sini." Pria coklat itu tersenyum lembut, seolah menawarkan minum bersama pada wanita di hadapannya.
"Tentu saja, ini 'kan kafe kucing." Sebuah bisikan terdengar dari sisi Hinata.
"Hm? Kau bicara sesuatu, Tuan Gaara?" Kiba menoleh pada Gaara yang menatap dingin padanya. "Tidak. Hinata sudah selesai di sini. Kami akan pergi. Ayo, Hinata."
Tanpa bicara lagi, Gaara meraih Hinata dan menariknya untuk segera pergi. Perempuan indigo itu sedikit terkejut. Ia cepat-cepat mengambil tasnya yang masih di atas meja.
"Hinata." Panggilan dari Kiba menghentikan Hinata sebentar, otomatis membuat Gaara ikut berhenti dan menoleh. "Semoga kau suka dengan kafe kucing yang kupersembahkan untukmu ini."
Hinata tersentak sesaat. Mata bulatnya bisa melihat senyuman sayu yang Kiba berikan. Hampir terhanyut dengan suasana, tarikan di tangannya menyadarkan Hinata. Perempuan itu kembali berjalan saat Gaara membawanya pergi ke luar kafe hingga membunyikan lonceng pintu.
Gaara merajuk. Hinata bisa jelas melihatnya meskipun pria itu berusaha menutupi. Sepanjang jalan menuju bioskop, lelaki merah itu menanggapinya agak acuh tak acuh. Bingung dan canggung. Hinata menerka jika Gaara bersikap cemburu padanya. Tapi, apakah ia berhak merasa demikian di hubungan mereka yang sangat awal ini?
"Maaf kau harus bertemu dengan Kiba. Aku tidak tahu jika ia membuka kafe kucing." Hinata menjelaskan sebelum film diputar di dalam bioskop. Agak takut dengan reaksi Gaara, pria di sampingnya itu melirik. Lalu, ia meraih tangan Hinata dan menggenggamnya di antara popcorn jagung. "Tidak papa. Kita nikmati saja film-nya, ya?"
Gaara tersenyum tipis. Meski di dalam iris jadenya seolah ada sesuatu yang tak tergapai, Hinata hanya bisa mengiyakan untuk sekarang. Sepanjang tayangan film, Gaara tak melepaskan genggamannya. Bahkan, lelaki itu sesekali mengelus pelan punggung tangan Hinata. Atau merapatkan kedua bahu mereka. Hal itu membuat Hinata kesulitan memakan popcorn jagung yang dinantinya. Namun, sedikit banyak Hinata merasa lega. Lagi-lagi Gaara bersikap manis padanya –setidaknya itu yang ia pikirkan.
Iya, benar. Itu yang Hinata pikirkan saat pergi berkencan rabu lalu. Ia pikir semuanya akan baik-baik saja. Tapi, sepertinya ada yang berubah. Pesan Gaara menjadi lebih singkat dan berjarak.
"Apa menurutmu aku berbuat salah?" Hinata bertanya di sela kegiatannya menata pakaian.
"Kau? Kau salah apa?" Ino yang membantunya menanggapi. "Salah karena pergi ke kafe kucing dan tidak sengaja bertemu dengan mantanmu?" Ino mengarahkan pakaian yang dipegangnya pada Hinata. "Atau salah karena menjadi alasan mantanmu membuka kafe kucing?"
"Nonsense." Ino bicara tanpa memberikan Hinata waktu untuk menanggapi. "Kalau kau merasa tidak enak pada lelaki baru yang kau ceritakan, hentikan. Toh dia masih tetap menanggapi pesanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumble Trouble [SasuHina X GaaHina]
FanfictionRating: M, 21+ | HINATA VS EVERYBODY Usia segini memang sedang gencar-gencarnya merasa kesepian. Darah muda yang haus perhatian. Sana-sini mencari kenalan. Kalau pada akhirnya hanya akan dilupakan, kenapa malah memulai sentuhan? "Hi, boleh kenalan?"...