15

294 46 12
                                    

All Naruto's characters are belong to Masashi Kishimoto.

Warning: OOC, typo(s), crack couple(s), plot hole(s), lemon!

.

.

.

"Bicaralah."

Hinata mengabaikan sapaan basa-basi dari Kiba. Kemarin pria itu mengirimnya pesan. Sebenarnya bukan hanya kemarin. Hari-hari sebelumnya pun Kiba rutin mengiriminya pesan. Entah sudah berapa banyak semua pesan itu, dikirim hanya untuk diabaikan.

"Kau terlihat sehat," kata Kiba. "Kau mau pesan sesuatu? Kopi?"

"Tidak perlu. Terima kasih. Aku sudah ada janji setelah ini," tolak Hinata. "Jadi, bisa kita segera selesaikan pembicaraan ini?" pintanya dengan terburu.

"Oke, baik."

Di depannya Kiba terlihat sedikit gelisah. Lelaki itu menggosokkan kedua telapak tangannya pada lututnya sembari membuang napas beberapa kali. Hinata memerhatikan dengan kernyitan di dahi.

"Hinata, aku ingin minta maaf padamu." Kiba akhirnya menenangkan diri. Ia kini bisa menatap Hinata. "Selama dua tahun ini aku berpikir. Aku melukaimu. Aku telah membohongimu tapi aku tidak bohong jika aku terus memikirkanmu selama ini. Aku sampai-sampai membuka kafe kucing karena teringat padamu. Jadi, bisakah kita kembali berteman baik?"

Helaan napas terdengar. Ia bahkan tidak tahu musti senang atau kesal karena Kiba kembali mengungkit masa lalu. Terakhir kali Hinata ingat, mereka berpisah dengan tamparan dan isak tangis. Hinata bahkan lebih kesal karenanya Hinata jadi berkenalan dengan lelaki asing.

"Selamanya aku tidak akan pernah mengerti jalan pikiranmu, Kiba." Hinata mulai bicara, menanggapi. "Kau tahu dengan jelas kalau kau akan dijodohkan dengan Ayame seusai studimu selesai. Hal itu bahkan sudah direncanakan sebelum kalian lahir."

"Tapi, kenapa kau tetap mendekatiku lebih dari seorang teman? Melibatkanku dalam permasalahan yang hanya menyakiti kita semua. Aku, kau, Ayame, dan kedua orang tuamu."

Hinata mengeluarkan semua isi hatinya yang mestinya ia utarakan dua tahun lalu. Lagi, Hinata menghela napas. "Semenjak memutuskanmu, aku sudah tidak ingin lagi berurusan denganmu. Jadi, aku mohon, tolong jangan hubungi aku lagi, Kiba. Tolong hargai Ayame yang sekarang ada di sampingmu."

"Dan jika kau akan menggunakan Kiba sebagai alasan untuk menghubungiku, aku bisa mengembalikan dia padamu."

"Kenapa?" Kiba mengernyit. "Bukankah kau menyayanginya?"

"Aku menyayangi Kiba, kucingku, tapi aku lebih menyayangi diriku sendiri. Aku bisa mengirim Kiba ke kafe kucingmu. Sungguh. Aku hanya tidak ingin terlibat denganmu lagi, Kiba."

Keduanya terdiam agak lama hingga suara lirihan terdengar. "Aku hanya merindukan kita, Hinata." Suara decakan terdengar. Jelas emosi Hinata kembali meningkat.

"Hentikan, Kiba. Sudah tidak ada kita di sini. Kau bersama Ayame, dan aku bersama pasanganku. Sudah. Aku sudah menerima permintaan maaf darimu. Aku anggap semuanya sudah selesai. Jadi, bisakah aku pergi? Aku sudah ada janji."

Hinata sebenarnya bisa saja pergi begitu saja tanpa berpamitan, seperti dua tahun lalu. Namun, Hinata rasa ia tidak perlu lagi menanggapinya dengan menggebu. Maka dari itu, Hinata bangkit setelah mendapatkan anggukan dari Kiba. Semuanya sudah usai. Permintaan maaf sudah diterimanya. Jadi, semuanya sudah usai.

"Aku tidak mengerti kenapa dia harus repot-repot mengajakku bertemu."

Memang sudah usai. Namun, Hinata tetap merasa perlu meluapkan kekesalannya pada seseorang. Dan seseorang yang kini ada di sampingnya harus rela mendengarkan keluh-kesahnya selama acara makan siang mereka.

Bumble Trouble [SasuHina X GaaHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang