05

385 45 12
                                    

.

.

.

"Aku ke toilet dulu."

Hinata pamit ke toilet saat ia dan Sai sudah keluar dari restoran. Setibanya di dalam toilet perempuan, Hinata memasuki bilik toilet dan keluar setelah tiga menit. Lalu, ia menaruh tasnya di atas wastafel. Mencuci tangan, Hinata memerhatikan penampilannya di depan cermin.

"Apa memang seketat itu?"

Hinata menyentuh dadanya sendiri, teringat dengan pandangan dan obrolan Sai saat pertama kali bertemu dengannya lagi. "Seingatku ia tidak lagi bertumbuh sejak tingkat dua." Gumam Hinata.

"Ekhem."

Sebuah dehaman terdengar dari sisi kiri. Saat Hinata menoleh, terlihat seorang wanita pirang yang menatap sinis ke arahnya. Wanita pirang itu menutup wajah bayi yang ada dalam gendongannya. Seolah tersadar, Hinata segera menarik tangannya yang tanpa sadar meremas dirinya sendiri.

Hinata menunduk, membetulkan letak kacamatanya. Meski samar, ia bisa mendengar gumaman tak suka dari si wanita pirang. Mencoba mengalihkan diri, Hinata membuka tas dan mengambil gawainya. Ada pesan baru dari aplikasi kuning. Jelas Hinata senang. Meskipun saat dibuka pesan itu tak sesuai dengan ekspektasinya.

"Hai Hinata. Bagaimana kabarmu?"

Dari Sasuke. Hinata bahkan baru sadar jika ia sudah lama tidak berkomunikasi dengan pria itu. Seketika ingatannya membawa kembali pada makan malam di sebuah restoran eropa. "Baik. Bagaimana denganmu, Sasuke-san?"

Setelah membalas pesan, Hinata segera keluar toilet, untuk melihat Sai yang menunggunya sambil bersandar di dekat lorong masuk ke arah toilet.

"Hinata, bagaimana kau akan pulang?" tanya Sai setelah mereka kembali berjalan. "Kau tidak akan menginap di rumah temanmu lagi, 'kan?" sorot matanya usil menaruh curiga. Sudah pasti Sai tahu Hinata hanya beralibi di pertemuan sebelumnya.

"Mungkin naik taksi."

"Bagus. Aku akan mengantarmu kalau kau mau."

Apanya yang bagus?

"Tidak baik membiarkan perempuan cantik sepertimu pergi sendirian, padahal aku bisa mengantarmu. Ya, 'kan?"

"Aku tidak ingin me–"

"Aku sama sekali tidak kerepotan." Sai memotong ucapan Hinata. "Jadi, kau mau, 'kan?"

Tak mampu menolak, Hinata akhirnya ikut Sai menaiki fortuner hitam. Sepanjang jalan Sai banyak bicara, lagi. Membahas banyak hal seputar pencapaiannya bisa membeli mobil sendiri setelah bekerja tiga tahun. Bukannya apa, Hinata hanya merasa semestinya pria kaya sejati tidak perlu memamerkan hartanya, seperti pria yang melintasi pikirannya.

"Di sini?" Hinata mengangguk pada Sai yang menepi di pinggir jalan depan gang. "Aku akan turun." Hinata bersiap melepaskan sabuk pengaman. "Hinata," tapi sebuah panggilan menahannya tepat usai melepas sabuk pengaman.

"Terima kasih sudah masih mau bertemu denganku. Kau tidak banyak bicara sebelumnya jadi kukira kau tidak nyaman. Sifatku agak berbeda dengan penampilanku, ya?"

Memang

"Sedikit?" Hinata tertawa canggung dengan mengangkat tangannya singkat. Sai menanggapi dengan senyuman khas-nya. "Oh, terima kasih juga sudah membiarkan mobilku dinaiki perempuan cantik sepertimu." Kata Sai sambil mengerling.

Hinata kembali tertawa canggung. "Aku akan turun sekarang. Terima kasih atas tumpangannya."

Hinata pamit. Ia masih melambaikan perpisahan dengan tawa pada Sai. Hingga mobil fortuner hitam itu menghilang, Hinata baru masuk ke dalam gang untuk mengistirahatkan diri.

Bumble Trouble [SasuHina X GaaHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang