Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, masyaallah tabarakallah.
Allahumma Shalli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aali sayyidina muhammadAlhamdulillah, kalian telah bersholawat kepada nabi Muhammad maka Allah SWT akan mengangkat hamba-Nya yang bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa bersholawat satu kali saja, Allah akan memberi sepuluh rahmat sama dengan sepuluh derajat baginya."
Maaf jika ada kurang dan salah nya, karena kesempurnaan hanya milik Allah subhanahu wa ta'ala, dan kesalahan dari diri saya sendiri.
♡➳♡🌊 .·:*¨𝑯ศ𝓹𝙥վ ᴿ𝚎ꪖ𝕕ịꪦ𝓰¨*:·. 🌊♡➳♡
Dengan berat hati Humai membiarkan Gus Yusuf pulang sore ini.
"Jangan menangis Jannah," ucap gus Yusuf.
"Jannah sedih, Jannah ga boleh ikut," jawab Humai.
"Lagi pula besok kamu sekolah sayang," ucap gus Yusuf.
"Besok Jumat dan lusa sabtu, Pangeran nanti kesini lagi hari Sabtu," lanjut Gus Yusuf yang masih dipeluk oleh Humai.
"Beneran Gus?" Jawab Humai bertanya.
"Benar sayang, sudah Pangeran pulang dulu, Jannah jangan nangis lagi okey," ucap gus Yusuf.
"Okey gus, gus Pangeran hati-hati ya," jawab Humai sembari mencium tangan Gus Yusuf.
"Iya sayang," ucap gus Yusuf yang akan memasuki mobil.
"Hati-hati nak," ucap ayah Haidar.
"Iya ayah, assalamualaikum," ucap gus Yusuf.
"Waalaikumsalam," jawab bunda Husna, ayah Haidar, dan Humai. Dimana Aiman? Aiman ikut kembali ke pesantren bersama Gus Yusuf.
Perlahan mobil menjauh, saat sudah tidak terlihat lagi bunda Husna berkata, "biasanya kamu nangissin abang Abil, tapi sekarang yang di tangisi gus Yusuf,"
"Ga tau bunda, rasanya Humai ingin dekat terus dengan gus Pangeran," jawab Humai.
"Sudah yuk masuk, Humai mandi gih sana," ucap ayah Haidar.
"Tadi Humai sudah mandi ayah," jawab Humai.
"Loh kapan?" tanya ayah Haidar.
"Tadi, sama gus Pangeran," jawab Humai dengan santai.
"APA." Teriak bunda dan ayah bersamaan.
"Salah ya ayah? Bunda?" Tanya Humai dengan kepala menunduk.
"Tidak, tidak," jawab ayah Haidar.
"Ayah maafkan Humai, Humai sudah menyentuh laki-laki bukan mahram ayah. Tapi cuma gus Pangeran doang kok ayah yang Humai sentuh," ucap Humai.
"Ayah maafkan, cuma hanya boleh Gus Yusuf saja loh, yang lain tidak boleh. Paham Humai?" Ucap ayah Haidar bertanya.
"Humai paham ayah," jawab Humai.
"Ya sudah, ayo masuk, ga baik diluar apa lagi ini sudah mau magrib," ucap ayah Haidar.
"Ayo ayah," jawab Humai dan bunda Husna.
Bulan perlahan muncul dari balik awan abu-abu. Cantiknya lampu kota di antara gelap malam, berhasil membuat siapa pun membisu ketika melihatnya. Suasana ramai bunyi kendaraan, juga menambah kesan bahwa ibu kota tidak pernah istirahat. Didalam kamar yang bernuansa biru laut serta rak buku yang dipenuhi oleh novel-novel, Humai sembari tadi hanya diam tidak melakukan apa-apa. Entah apa yang Humai rasakan, saat ini Humai hanya ingin berada di samping Gus Yusuf. Lelah dengan kerinduan, Humai akhirnya memilih bangkit dan meminjam ponsel sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MasyaAllah, Gus Pangeran (END)
Teen FictionAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, masyaallah tabarakallah, Allahumma Shalli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aali sayyidina muhammad, ini adalah cerita keempat saya, tapi yang tiga di draf xixixi. Cerita ini terinspirasi dari kisah nabi...