Duchy Amarilys terletak di tengah-tengah padang rumput yang luas. Bentang alam hijau nan indah dipadati tanaman yang bergoyang-goyang dengan sayup angin, serta deretan bunga liar memberikan kesan menakjubkan bagi siapapun yang melihatnya. Udara begitu sejuk, sinar matahari menyebar menyelimuti bumi dengan hangat. Sudah menjadi pemandangan biasa untuk dilalui, namun pada saat itu, suasana duchy terasa sangat berbeda.
Ketika Silencia dan Ares keluar dari pintu besar kediaman Amarilys, mereka melihat semua orang berkumpul di sana, dan menyambut mereka dengan penuh suka cita.
Johan menatap putrinya dengan lembut, ia akan melepas kepergian Silencia ke Utara."Apakah kau akan berubah pikiran?" tanya Johan bercanda. Ia tahu bahwa Silencia tidak akan mengubah keputusannya.
"Aku akan baik-baik saja, Ayah. Lagi pula, nanti Ayah pasti akan berkirim surat denganku, kan?" Silencia penuh harap sambil memeluk tubuh ayahnya.
"Tentu, tentu." Johan memeluk erat Silencia, kemudian melepaskannya. Ia beralih pada Ares yang berdiri di samping putrinya.
"Yang Mulia Duke Aresio Sergey, aku akan menitipkan putriku kepadamu. Tolong jaga dan jangan biarkan dia kesepian. Karena di sini dia diperlakukan dengan baik sebagai harta yang berharga. Aku harap, Utara akan menyambutnya dan memperlakukannya dengan baik pula." Ada nada kesedihan dari ucapan Johan. Ia hanya seorang ayah yang terharu ketika putrinya meninggalkan rumah.
"Tentu saja, Duke. Bagiku, dia juga berharga. Kami akan pergi sekarang," Ares menjabat tangan Johan erat.
Ares mempersilakan Silencia untuk naik ke kereta, dan setelah melemparkan senyum pada orang-orang yang mengucapkan selamat tinggal, mereka melaju menjauhi duchy, menuju ke Utara.
Mereka pergi dengan rombongan tiga kereta besar dan tiga puluh orang anggota pasukan keamanan Utara yang menaiki kuda.
Di dalam kereta, suasana hening datang sejenak. Silencia yang duduk di samping Ares merasa cemas dan sedikit takut. Namun, pikirannya terus bercampur aduk, mencoba untuk memperjuangkan apa yang membuatnya berani mengambil keputusan untuk pergi. Tujuan utamanya adalah menjauh dari plot cerita di karya asli dan menghindari kematian. Silencia bertanya pada dirinya sendiri apakah ini jalan yang benar untuknya. Apakah dengan ia berada di utara sampai cerita nya berakhir ia akan selamat? Tidak ada jaminan. Tapi ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan.
"Apa yang kau pikirkan sampai keningmu berkerut?" Ares menatap Silencia yang berada di sebelahnya.
"Ah tidak. Ini pertama kalinya aku jauh dari Ayah dan rasanya asing. Seakan ada bagian dari diriku yang hilang," Silencia menggenggam tangannya erat. Matanya menatap lantai.
"Aku akan melindungimu selama di utara, kau tidak perlu khawatir tentang apapun. Kau akan bersamaku lebih sering, kita akan berjalan-jalan dan menikmati waktu, aku tidak akan membiarkanmu kesepian. Sesuai dengan apa yang Ayah Mertua inginkan. " Ares meyakinkan Silencia.
Silencia mengangguk, meski ini adalah pertunangan dan pernikahan kontrak, yang menguntungkan mereka berdua, tetap saja ia merasa gelisah.
Waktu berlalu, setelah empat jam mereka berjalan dari Duchy Amarilys, kereta akhirnya berhenti. Silencia yang tidak terbiasa melakukan perjalanan panjang, merasakan mual dan pusing karena goncangan selama perjalanan.
"Maafkan aku, seharusnya kita bisa lebih cepat sampai ke kota berikutnya," Silencia merasa bersalah. Rombongan diperintahkan Ares untuk mendirikan tenda dan bermalam. Beruntungnya di tempat mereka beristirahat sekarang, terdapat sebuah danau kecil.
"Tidak apa, kau sudah berusaha bertahan dengan baik. Lagi pula, sebentar lagi malam tiba. Sebaiknya kita tetap berada di sini hingga besok," Ares mengelus punggung Silencia untuk menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...