2.

383 38 3
                                    

Tara berdiri dibawah shower yang menguyur tubuhnya, mencoba menghapus segala kenangan yang indah bersama kevin. Sehebat apapun kevin melukainya adegan demi adegan manis terus berputar di kepalanya. Tara kira penolakan kevin terakhir kalinya akan menghilangkan perasaan rindunya yang amat besar. Tara terduduk di lantai kamar mandi tangisannya melebur dengan suara kucuran air, setiap jantungnya berdetak seluruh saraf tubuhnya berdenyut nyeri.

Tara mengeringkan rambutnya kemudian memoleskan make up di wajahnya menutupi wajah sembabnya. Ia berjalan gontai menuju ruang makan, papa dan kakanya sudah menunggu disana untuk sarapan bersama. Tara mengisi piringnya, wajahnya datar tak semangat. Tidak ada candaan, tidak ada sapaan selamat pagi apalagi senyum yang sering menghiasi wajahnya. 

" dek.. lo mau ngelanjutin kuliah lagi ga ?" tawar kakaknya. Arya sudah mendiskusikan hal ini bersama papanya. Sudah lebih dari seminggu tara bersikap seperti ini, membuat papanya makin khawatir. Belajar dari kejadian saat mamanya meninggal, tara juga menunjukkan gejala seperti ini. Sehingga arya dan papanya memutuskan untuk memberi tara tawaran melanjutkan pendidikannya sebagai cara untuk mengalihkan tara dari kesedihannya.

" kamu mau di Luar Negeri atau di Indonesia aja ?" tawar papanya. 

Tara mendongak menatap kedua pria di hadapannya, pria yang tidak akan pernah meninggalkan tara dalam keadaan apapun. Pria - pria yang selalu bisa tara andalkan kapanpun.

" terserah papa aja" jawab tara pelan sambil menyendok makanan di piringnya.

" lo maunya dimana ? biar kakak yang urus." ucap arya.

" Indonesia aja .. gue gabisa ninggalin kantor tahun ini." ucap tara pasrah. 

" Okay, ntar gue yang urus. lo siapin berkas - berkasnya aja." pesan arya. Tara mengangguk pelan menanggapi ucapan arya. Arya dan papanya kemudian beranjak dari meja makan hendak berangkat ke kantor bersama, ia mengusap lembut kepala adiknya. Begitu juga papanya ia mengecup puncak kepala putrinya, hatinya cukup terluka melihat tara mengalami kehilangan berat setelah kepergian mamanya. meskipun ia sedikit lega karena tara dan kevin tidak akan bisa dipaksakan bersama.

Setelah menyelesaikan sarapannya tara kemudian beranjak dari dari ruang makan, ia berteriak memanggil mbak rum untuk berpamitan. Tara mengendarai mobilnya menuju kantor TED ent.  (Tara, Eva dan Dika) sebuah kantor event organizer yang ia dirikan bersama teman - temannya sejak di bangku kuliah. 

" pagi mba tara " sapa karyawannya ketika tara memasuki rumah kontrakan yang ia jadikan kantor tersebut.

" pagii.. " ucap tara tersenyum, ia lalu berjalan memasuki ruangannya. Tara segera membuka laptopnya memeriksa progress persiapan event corporate gathering sebuah perusahaan BUMN.

" pagi ta.. " sapa eva dan dika yang baru saja tiba di ruangan tersebut.

" pagii, dik vendor udah deal semua belum ?" Tanya tara pada dika.

" belum taa, siang entar gue coba ke tempat lain." Ujar dika.

" udah mepet nih ". Ucap tara sedikit kesal.

" iyeee ntar gue mo beresin guest star dulu." Ucap dika.

Ponsel tara berdering di sisi laptopnya, nama arya terpampang disana. Tara segera mengangkat sambungan telepon tersebut.

" apa kak ?" Tanya tara.

" dek , udah gue kirim list berkas nya. Kalo bisa hari ini selesai, besok kita ke kampus " ucap arya.

" lah katanya diurusin gue terima beres." Protes tara.

" ya makanya biar besok beres " ucap arya.

" duuhh iya deh " jawab tara malas sambil menutup teleponnya.

Move On .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang