Bab 4. Si Pembuat Onar

15 0 0
                                    

“Mbak, saya mau pesan minuman cappuchino,” ujar seorang wanita berbaju navy.

“Rasa cappuchino lagi, mbak?” tanyanya sedikit heran.

Pasalnya, wanita muda didepannya ini sudah berkali-kali mondar-mandir membeli minuman ataupun makanan. Bukannya pemilik kedai itu tidak ingin kalau jualannya laku, hanya saja, ia kasihan pada wanita muda ini. Ia kasihan pada dirinya yang sudah berulang kali datang membeli minumannya segelas demi segelas atau makanan yang berbeda-beda.

Maksud dirinya, mengapa orang di tempat kerja wanita muda itu tidak menyuruhya sekaligus dan malah menyuruhnya satu persatu. Apa para pekerja itu kurang kerjaan hingga mengerjai karyawan kecil sepertinya?

“Mengapa kamu ngga meminta mereka memilih sekaligus? Bukannya itu lebih baik dari pada datang membeli satu persatu pesanan mereka?” ujar pemilik kedai.

Wanita muda yang merupakan karyawan baru disana tentu saja hanya dapat menuruti keinginan senior agar dapat bertahan lebih lama.

“Aku juga ingin, mbak. Hanya saja, kalau aku di pecat dari sana, aku harus cari kerja dimana lagi. Saat ini, pekerjaan sangat sulit di temukan. Apalagi untuk orang semacam saya.”

“Ah, itu lagi masalahnya,” katanya. “Kalau begitu, kamu semangat kerjanya.”

“Hem, pasti. Baiklah, saya pergi dulu. Terima kasih.”

“Sama-sama.”

Setelahnya, karyawan kecil itu pun kembali bergegas membawakan pesanan teman kerjanya.

Bella yang kebetulan berada disana, lantas saja berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah wanita pemilik kedai minuman.

“Mbak, saya pesan teh tarik less sugar, ya.”

“Iya, mohon tunggu sebentar.”

“Eemm, saya tadi tidak sengaja mendengar percakapan mbak sama wanita yang barusan pergi tadi. Kalau boleh tau, wanita tadi emangnya kerja dimana?”

“Dia kerja di perusahaan yang ada di ujung jalan ini.”

“Perusahaan Meisyah Putri?” katanya terkejut.

“Iya. Katanya, dia barusan kerja disana, makanya ngga mau menolak perintah atasan yang menyuruhya."

“Meski hanya segelas, aja?”

“Hem. Karyawan kecil dan baru seperti dia bisa apa? Ini saja, kalau aku hitung-hitung, dia udah lebih dari tiga kali kemari membeli minuman ataupun makanan.”

"Ini tidak bisa di biarkan,” kata Bella pelan.

“Apa yang kamu bilang?”

“Tidak. Tidak apa-apa.”

Wanita pemilik kedai itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Tidak lama setelah itu, ia memberikan pesanan Bella.

“Terima kasih, mbak.”

“Sama-sama.”

Bella lantas segera pergi dari sana dengan terburu-buru untuk melakukan suatu urusan yang sangat penting. Yah, tentu saja untuk memberikan pelajaran berharga pada orang yang telah berbuat semena-mena di kantor papinya.

Sesampainya di tempat tujuan, Bella langsung saja pergi ke divisi Humas untuk mencari sosok wanita muda tadi. Setelah bertanya pada divisi humas, Bella mengetahui kalau wanita muda tadi bernama Ajeng yang berkerja di divisi pemasaran.

Mengetahui fakta barusan, membuat Bella jadi teringat akan seorang wanita yang bekerja di divisi itu juga. Wanita itu bernama Monica. Dia sering bersikap semena-mena selama ini pada karyawan baru yang bekerja di divisinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terpaksa Menikahi Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang