Prolog

1.4K 135 7
                                    

Jonggun memijat pergelangan tangannya yang terkena pukulan mematikan oleh kembarannya sendiri, Chaerin. Dia menahan senyumannya supaya saudarinya tidak merasa bahwa beladiri dia sudah meningkat seiring berjalannya waktu.

"Masih dibawah standar." Jonggun membersihkan bajunya yang terkena sedikit debu akibat dilempar oleh Chaerin.

Chaerin berdecak, "bahkan aku tidak mau mempercayai ucapanmu itu." Kilat mata Chaerin menembus ulu hati Jonggun. Membuat Jonggun makin tertantang untuk menghajar kembarannya kembali.

Mereka berdua saling tatap lalu Jonggun menyerah, dia duduk di bangku taman sembari menghembuskan nafasnya kasar. "Duduk."

Mendengar titah Jonggun, mau tak mau Chaerin menurunkan adrenalinnya dan duduk disamping Jonggun dengan penuh rasa jengkel. Dia menyilangkan tangannya di dada, membuat Jonggun melirik ke arahnya.

"Kenapa kau kemari?"

Jonggun menyandarkan punggungnya dan mengambil sebuah puntung rokok. "Tidak mungkin hanya ingin sombong padaku karena menghabisi 5 Klan lain, kan?"

Ketika rokok itu menyala, Chaerin langsung mengambil puntung rokok itu dan membuangnya ke tempat sampah. "Kau ini tidak pernah mengerti kesehatan, ya?" Dia mendengus, malas.

"Kenapa memangnya? aku tidak akan memberitahu tujuanku sebenarnya padamu, kok." Chaerin sedikit menaikkan sudut bibirnya.

Niat dalam hati Chaerin sangat dalam, hingga bahkan dapat menyatu dengan kegelapan. Banyak yang ia inginkan dan tokoh yang membuatnya seperti itu ialah Jonggun.

Kehidupannya penuh masalah sejak Jonggun memimpin klan Yamazaki, semua tugasnya diserahkan pada Chaerin tanpa terkecuali. Belum lagi, Jonggun memerintahkan Chaerin agar kuat sepertinya.

Dan, ketika Chaerin menemukan sebuah kotak di kamar Jonggun, dia mengetahui banyak hal. Dan, jiwanya bangkit dengan hasrat, "Mengapa kembarannya tidak pernah melibatkannya pada suatu hal yang menarik?"

"Apa kau--" Ucapan Chaerin terpotong dengan pergerakan Jonggun yang meletakkan tangan besarnya diatas kepala Chaerin.

Jonggun melirik Chaerin, "kakak." (Nii-chan)

Chaerin merotasikan bola matanya malas. "Iya, Kakak. Cuma beda dua hari doang, kok." cibir Chaerin.

"Sejak Kakak memberikanku tugas kertas yang menumpuk itu, mau tak mau aku menjadi gila dan hilang kewarasan selama kau pindah ke Korea, sialan."

"Belum lagi, persyaratan Klan Yamazaki yang memerlukan banyak teka-teki di dalamnya. Kau kira aku seorang professor?"

"Di umur 14 tahun, seorang anak perempuan, memimpin sebuah Klan ternama, gila, ya."

Chaerin berdecih, dia juga tidak mau terikat peraturan Klan. Klan yang dipimpinnya saat ini pun mulai kurang ajar. Para asisten menyuruh Chaerin untuk melangsungkan hubungan dengan Klan kuat lainnya. Mana mau dia.

"Iya, maaf." Tangan besar Jonggun yang semulanya diam di pucuk kepala Chaerin, mulai bergerak ke kanan dan ke kiri. "Kau sekarang berapa tahun?"

"Dih," Chaerin mencubit pinggang Jonggun, membuat dia terlonjak dan terkekeh. "Kita kembaran, lho?" Chaerin mendengus malas dan menyandarkan dirinya di sandaran kursi. "16 tahun."

"Aku hanya memastikan."

"Terserah."

Jonggun mengulas senyuman kecilnya lalu menatap langit pagi, rasa dingin yang menusuk ini semakin menghangatkan hatinya. "Lalu kau disini bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

Jonggun terdiam, "kau kesini tidak membawa rencana apapun?" Dia berkedip, memastikan kalau Chaerin, adiknya, mempunyai rencananya ke Korea.

"Tidak. Tidak sama sekali."

Jonggun mencubit pipi Chaerin dalam gemas. "Lalu apa yang akan kau lakukan disini, Aho."

Chaerin meringis karena cubitan Jonggun sangat kasar. "Duh, sakit!" Dia mengusap pipinya setelah berhasil melepaskan tangan Jonggun. "Aku mau liburan, lah. Mau cari situasi yang menarik, jelas sekali kalau aku ingin Berlibur."

"Aku takut dengan kata Berliburmu."

Chaerin tercengang lalu terbahak, "lah, memangnya kenapa?"

"Hei," Jonggun menyentuh surai hitam Chaerin lembut, "jangan berlibur seperti dua tahun silam, Chaerin. Itu berbahaya."

Chaerin mengulas seringaiannya, merasa bahwa ucapan Jonggun sangat kontras dengan kebiasaannya, membuat Chaerin merasa lucu. "Kenapa? Bukankah itu menyenangkan?"

Jonggun menghela nafasnya pasrah, dia sangat sadar bahwa berbicara dengan Chaerin tentang kebiasaannya seperti berbicara dengan cermin. Begitupun ketika kejadian dua tahun silam, untungnya, Chaerin tidak mati dan hanya mendapat luka tusukan di bahunya.

"Terserah kau saja."

"Tapi," Jonggun mengangkat tangannya dan menunjukkan jemari kelingkingnya yang kekar. Chaerin melirik tangannya Jonggun dan tertawa bahkan sebelum Jonggun melanjutkan ucapannya. "Jangan yang membahayakan ya?" Dia melanjutkannya sambil berbicara lirih, merasa malu setelah menyadarinya.

Chaerin hanya tersenyum dan membalas kelingking Jonggun.

"Larangan adalah perintah, Saudaraku."





















𓃬𓃬𓃬

𝐉𝐎𝐍𝐆𝐆𝐔𝐍 𝐒𝐈𝐁𝐒. [ 𝗟𝗢𝗢𝗞𝗜𝗦𝗠 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang