Mark berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan santai, dengan manik jelaga yang memindai ke segala arah. Sudah berapa lama waktu terasa berlalu ketika dia kembali menginjakkan lagi kaki di sekolahnya ini?
Mark masih tak menyangka jika dia kembali pada waktu dimana dia masih bersekolah.
Karena terlalu larut dalam pikirannya, Mark tersentak ketika seorang gadis tampak tak sengaja menabrak tubuhnya. Mark mengulurkan tangannya, bermaksud membantu gadis itu untuk berdiri. Namun, begitu rambut gadis itu tersibak, wajah familiar segera tertangkap netra jelaganya.
Untuk sesaat, lengannya terasa membeku. Tanpa sadar, jemarinya mengepal hingga dia kembali menarik lengannya tersebut. Mark menatap gadis yang kini mencoba untuk berdiri setelah sesaat lalu terjatuh dengan pandangan rumit.
Bahkan, ketika gadis itu sudah berdiri dan kini menatap ke arahnya dengan tersenyum meringis, sebisa mungkin Mark mencoba mengendalikan dirinya.
"Maaf, Mark," suaranya terasa ringan, "aku sedang terburu-buru. Jadi, aku tidak sengaja menabrakmu," jelasnya sembari menundukan kepalanya.
"Apa kamu terluka?" gadis itu bertanya dengan pelan, "aku benar-benar minta maaf. Seharusnya aku lebih memperhatikan jalan. Aku sedang terburu-buru karena mendapat panggilan untuk pergi ke ruangan kepala sekolah."
Kejadian dan percakapan ini, bagaimana mungkin Mark bisa melupakannya?
Ini adalah awal mula dia mengenal Yeri, dan perlahan menjadi dekat dengan gadis itu. Pada saat di kehidupannya yang dulu, Mark tak begitu mengenal Yeri dan hanya sebatas mengetahui jika gadis itu adalah primadona sekolah mereka. Hanya saja, sepertinya gadis itu telah lebih dulu mengenal dirinya.
Sekarang, Mark mengulang kembali semuanya. Entah kejadian ini disengaja atau tidak, namun Mark benar-benar merasa sangat muak.
"Mark- "
"Jika memang sedang terburu-buru, kenapa kamu masih berdiri disini dan menghalangi jalan saya?" Mark memotong ucapan Yeri dengan nada yang terdengar sarkas.
Dilain sisi, sepertinya ucapan Mark sangat berdampak pada Yeri. Terlihat sekali jika rasa terkejut tak bisa disembunyikan dalam raut wajah gadis itu. Benar, mungkin saja Yeri tak pernah menyangka jika Mark akan mengucapkan kata-kata seperti itu. Apalagi, dengan Yeri yang menyandang status primadona sekolah hingga membuat gadis itu merasa jika laki-laki akan selalu terpesona pada wajah lugu dan cantiknya.
Jika dulu, mungkin Mark juga akan menjadi bagian dari laki-laki yang terpikat oleh pesona Yeri. Namun, sekarang setelah mengetahui busuknya hati gadis itu, alih-alih terpikat Mark justru merasa jijik.
"A- apa?"
"Kamu membuang-buang waktu saya," decak Mark kemudian memilih melewati Yeri yang terlihat sangat syok karena diperlakukan seperti itu. Bahkan, beberapa orang yang menyaksikan itu dibuat tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Disaat banyak lelaki yang mencoba mendekat dan mengajak gadis itu berbicara dan berakhir mendapat penolakan, Mark Lee yang hanya seorang anak sopir berani berbicara seperti itu pada primadona sekolah mereka?
Dan, Mark yang mendengar beberapa orang berbisik tentang dirinya yang tak tahu diri tampak tak peduli akan hal itu. Satu-satunya yang dia pikirkan sekarang adalah mencari dimana letak kelasnya berada. Oleh karena itu, Mark melenggang pergi tanpa menoleh ke belakang.
Meninggalkan Yeri dan orang-orang itu dalam ketidakpercayaan.
¤¤¤
"Memangnya kenapa jika aku berbicara seperti itu? Dia sendiri yang mengatakan jika sedang terburu-buru. Aku hanya memintanya untuk menyingkir," gerutuan kecil Mark lontarkan karena sepertinya berita tentang kejadian beberapa saat lalu sudah sampai ke telinga murid-murid lain. Terbukti dari beberapa laki-laki yang menatapnya dengan pandangan mencemooh, "mereka tidak tahu saja jika gadis yang mereka kagumi adalah orang yang sangat busuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret 2 [ MARKHYUCK ]
FanfictionRasa penyesalan, kehilangan, serta keputus asaan membuat Mark menyadari pentingnya arti dari seorang Lee Haechan dalam hidupnya. Ketika Mark akhirnya menyadari bahwa dia begitu mencintai dan sangat takut kehilangan Haechan, nyatanya semua itu sudah...