"Haechan," Mark berusaha memilah kata agar mudah dipahami oleh Haechan tanpa sedikitpun menimbulkan kecurigaan, "saya hanya tidak nyaman ada dia disini."
Begitu mendengar ucapannya, bisa Mark lihat jika pemuda berkulit tan tampak meringis sembari mencuri pandang pada Yeri. Haechan terlihat memperingatinya lewat tatapan tajamnya, namun Mark memilih pura-pura tak mengerti.
"Jika kamu masih punya sedikit saja rasa malu, setelah mendengar ucapan saya seharusnya kamu pergi," kata Mark semakin menjadi, "saya tidak nyaman berada dekat kamu."
Yeri tersenyum, "tapi, aku hanya ingin bergabung dengan kalian. Apa salahnya? Aku hanya diam, tidak mengganggu sama sekali," balasnya dengan nada sangat tenang.
Ya, untuk sekarang memang tidak mengganggu. Namun, Mark yakin untuk kedepannya gadis itu tak mungkin hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun.
Sepertinya, untuk kedepannya Mark harus menyusun rencana demi masa depan dirinya dan Haechan. Dia benar-benar tak ingin mengulang kembali kejadian demi kejadian menyedihkan yang pernah terjadi di kehidupan sebelumnya.
"Baik," Mark mengangguk pelan, ditatapnya Haechan sebelum akhirnya mengalihkan tatapan pada Yeri, "jika kamu tidak ingin pergi, kami yang akan pergi."
Perlahan senyum diwajah Yeri memudar. Namun, gadis itu masih mempertahankan sikap tenangnya. Untuk sekarang, Yeri masih tak paham mengapa Mark terlihat sekali tidak menyukainya?
Sedari awal Yeri mencoba berinteraksi dengan Mark, lelaki itu kentara sekali mengibarkan bendera permusuhan padanya. Hal itu membuat Yeri kebingungan dan juga bertanya-tanya. Apa sebelumnya dia memang tanpa sengaja pernah menyinggung seorang Mark Lee?
Ketika Mark memegang lengan Haechan, kemudian memintanya untuk beranjak dari tempat duduknya, namun pemuda itu justru terdiam sembari menatap Mark yang sedikit terperangah.
"Haechan?"
Haechan mengerjap, sedangkan Mark menatapnya dengan bingung.
"Ada apa, Mark?" tanya Haechan dengan mencicit pelan, "kamu bukan orang yang seperti ini. Aku tidak menyukai sikapmu sekarang. Papa juga tidak mengajarkanku untuk bersikap seperti itu pada orang lain. Jangan seperti ini, Mark. Itu sangat tidak sopan."
Mark tidak menyalahkan Haechan. Wajar saja jika Haechan masih bisa menerima Yeri dan teman-temannya yang lain, sebab Haechan tak memiliki ingatan pada kehidupan sebelumnya. Hanya saja, untuk berpura-pura bersikap biasa saja Mark tidak bisa. Dia selalu merasa amarahnya meluap ketika mengingat semuanya.
Haechan sedikit meringis ketika genggaman Mark pada lengannya perlahan mulai menguat. Ditatapnya Mark yang pandangannya sesaat terlihat kosong, namun tak lama lelaki itu menghela napas dengan berat.
Haechan terdiam sejenak sembari menatap pada Yeri dan Mark secara bergantian. Tiba-tiba dia menyadari sesuatu.
"Akh!" Haechan dengan cepat memegang perutnya.
Mark yang mendengar rintihan itu segera mendekat pada Haechan yang terlihat menahan sakit, "ada apa?"
"Mark,"
"Kenapa? Perutmu sakit?!" tanya Mark dengan nada yang terdengar sangat khawatir. Melihat wajah Haechan yang terlihat menahan sakit, kilasan demi kilasan dikehidupan sebelumnya membuat Mark didera ketakutan.
Haechan mengangguk, "ya, tiba-tiba saja perutku sakit. Bisakah kamu antar aku ke UKS, Mark?"
"Kita ke rumah sakit saja!"
Haechan menggeleng dengan cepat, "tidak, tidak! Tidak perlu sampai ke rumah sakit, antar aku ke UKS saja."
Mark sedikit tidak yakin, namun ketika Haechan semakin meringis dia mengangguk dengan cepat. Raut khawatir tergambar jelas dalam wajahnya, bahkan tangannya yang masih menggenggam lengan Haechan terasa berkeringat. Diam-diam Haechan meringis merasa bersalah, dia kembali memegangi perutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Regret 2 [ MARKHYUCK ]
Fiksyen PeminatRasa penyesalan, kehilangan, serta keputus asaan membuat Mark menyadari pentingnya arti dari seorang Lee Haechan dalam hidupnya. Ketika Mark akhirnya menyadari bahwa dia begitu mencintai dan sangat takut kehilangan Haechan, nyatanya semua itu sudah...