Empat

2.6K 252 36
                                        

Ketika terdengar bel tanda istirahat berbunyi nyaring, Mark dengan segera beranjak dari tempat duduknya tanpa menghiraukan teriakan teman-temannya. Alasan utamanya karena dia ingin pergi ke kelas Haechan untuk mengajaknya makan bersama, dan alasan lainnya karena Mark sedang tak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan yang pastinya akan ditanyakan oleh teman-temannya.

Untuk saat ini, Mark hanya ingin meluangkan waktu lebih banyak dengan Haechan. Sebab, Mark tak bisa menebak bagaimana takdir memutuskan alur kehidupan mereka untuk kedepannya.

Mark mencoba mengingat dimana letak kelas pemuda berkulit tan tersebut, namun ingatannya terasa samar hingga dia memutuskan untuk bertanya pada salah satu siswa yang kebetulan berpapasan dengannya. Ternyata, pertanyaan yang Mark ajukan menuai reaksi yang menurut Mark sedikit berlebihan. Siswa yang tidak Mark ketahui siapa namanya itu menatap Mark dengan tatapan aneh, sebelum akhirnya menjawab.

Mark dengan cepat melenggang pergi setelah mengucapkan terima kasih hingga kembali membuat siswa tersebut terkesiap. Tanpa sadar Mark menghela napas, Mark jadi berpikir apa mungkin sebelumnya dia begitu buruk hingga kata terima kasih tidak pernah terlontar dari belah bibirnya?

Bahkan, Haechan juga melakukan hal serupa ketika aku mengucapkan terima kasih, Mark berdecak dengan tak senang.

Ketika sampai ditempat yang menjadi tujuannya, tanpa sadar Mark memperlambat langkahnya. Entah mengapa, Mark merasa apa yang sekarang dia lakukan terasa baru. Oh! Karena sebelumnya, Haechan yang selalu lebih dulu mendatanginya. Mungkin, ini pertama kalinya bagi Mark dan dia merasa buruk untuk itu.

"Ah! Mark?"

Mark tersentak ketika mendengar suara itu, dia mendongak dan menatap wajah yang sama terkejutnya.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

Pertanyaan itu membuat dahi Mark mengernyit, "memang tidak boleh jika saya berada disini?"

"Tidak, bukan seperti itu," Haechan menggeleng, kemudian melangkah keluar kelas mendekati Mark, "biasanya aku yang mendatangi kelasmu lebih dulu. Oh! Atau, kamu ada perlu disekitar sini?"

Kini, giliran Mark yang menggelengkan kepala, "saya sengaja datang kesini, ingin mengajak kamu ke kantin bersama."

Haechan mengerjap.

Mark menghela napas. Mungkin Haechan merasa aneh atas semua perubahan dirinya yang sangat tidak biasa ini, hanya saja Mark ingin memulai semuanya dengan benar.

"Apa ... kamu tidak senang?" tanya Mark dengan sedikit meringis.

Manik hazel pemuda itu membulat sempurna, tak lama seulas senyum manis terpatri diwajahnya, "bagaimana mungkin aku tidak senang? Tentu saja, aku sangat senang!"

Mark dengan cepat membuang wajahnya ke samping, dengan manik jelaganya yang menatap ke segala arah. Perlahan, telinga dan pipinya bersemu merah hingga dia berpikir wajahnya terasa seperti terbakar.

"Eh, ada apa?"

Mark menggeleng, kemudian menarik lengan Haechan untuk segera pergi dari sana.

Di sepanjang koridor kelas yang mereka lewati, ketika Mark sibuk mengutuk dirinya sendiri karena reaksi tubuhnya yang selalu terlihat berlebihan, disisi lain ada Haechan yang mati-matian berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar dengan cara yang menyenangkan.

Dulu, Mark jarang melakukan kontak fisik dengannya jika tidak Haechan yang memulainya lebih dulu. Bagi Mark, mungkin hal ini terasa biasa saja. Namun, tidak untuk Haechan. Dia merasa sangat senang.

Setelah mereka tiba di kantin, manik jelaga milik Mark segera mengedar kesegala arah, mencari kursi kosong yang akan mereka tempati. Ketika menemukannya, dengan cepat Mark melenggang tak lupa menarik Haechan ikut serta bersamanya.

Regret 2 [ MARKHYUCK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang