"Adeekkk!! baju aku yang kemarin kamu pinjem mana?"
Pagi hari di rumah Lakeswara dihiasi oleh teriakan seorang gadis yang menggelegar di seluruh penjuru rumah yang tak terhitung luasnya. Meski begitu rumah ini hanya dihuni oleh 5 anggota keluarga dengan 3 ART, 3 supir pribadi, dan 1 Satpam saja.
"Ada di lemari kamu."
"Ga ada."
"Naraa!! sini deh cepetan mana?"
Setiap hari ada saja yang diperdebatkan oleh kedua saudari kembar itu. Gadis itu akhirnya datang mengunjungi kamar saudarinya dengan kesal sambil menggentak-hentakkan kaki ke lantai. Dia membuka almari dengan brutal, lalu tangannya menyusuri baju-baju disana.
"Nih apa? dicari dulu yang bener, dek adek." Nada bicara Nara mengejek dengan menyebut Nura sebagai adiknya.
"Aku lebih tua yaa!!," balas Nura tak terima.
"Dih menurut orang jawa mah aku yang lebih tua." Nara membela diri. Memang benar jika diambil dari cara pandang orang jawa mengenai anak kembar. Bayi yang lahir terlebih dahulu disebut anak terakhir dan yang lahir terakhir malah sebaliknya. Namun, mitos tersebut berbeda dengan pandangan medis yang sepakat menyatakan bayi yang lahir lebih dahulu adalah sang kakak.
"Kita bukan orang jawa, lagian menurut dokter aku tuh kakakmu."
"Papi kan orang jawa, kakung aja sering manggil aku kakak ketimbang kamu sendiri." Nara menjulurkan lidahnya setelah mengucapkan itu.
Perang dingin antara kedua putri kembar pasangan Manggala Sadipta dan Erina Lakeswara tak akan pernah ada habisnya bila terus diulik. Perdebatan inilah yang menjadi alasan mengapa Erina dan Manggala tak pernah memanggil salah satu putri kembarnya dengan sebutan adik ataupun kakak.
Binura Aristawidya Lakeswara dan Binara Astramaya Lakeswara adalah saudara kembar identik yang usianya lebih muda 5 tahun dari sang kakak, Mareno Manggala Lakeswara. Binura lahir lebih cepat 10 menit dari Binara, tetapi sang adik tak mau menerima kenyataan bila dia memang anak terakhir.
"Nura, Nara turun!! ayo kita sarapan." Suara Mami Erina terdengar sampai kamar Binura, menghentikan pertengkaran tidak jelas antara kedua gadis itu.
Hari ini adalah akhir pekan. Mareno, Nura, dan Nara mungkin akan menghabiskan waktu mereka di rumah jika tidak ada urusan. Berbeda dengan sang papi dan mami yang terlihat rapi dengan setelan kerja berwarna senada, duduk bersampingan dengan anak sulung di sebelah kiri tengah menunggu kedua putri kembar mereka yang tadi sempat berdebat.
"Papi sama mami mau ke kantor? bukannya hari ini weekend?," tanya Nara yang baru saja duduk di salah satu kursi kosong. Keluarga mereka hanya berlima tetapi sepertinya meja makan disana mampu menampung 12 orang untuk makan bersama.
"Tanya mami kamu tapi nanti, sekarang kita sarapan dahulu."
Ditengah-tengah momen sarapan yang tenang, Nara tak bisa menahan pertanyaanya di kepala. Gadis itu terlalu penasaran dengan urusan orang tuanya.
"Ada apa sih mi? aku kepo baangeeet."
"Ada urusan di kantor, kamu anak kecil ga perlu tahu," balas Mami Erina, lantas sang anak tak lagi berani menjawab.
"Mami, this afternoon i want to go out with my friends." Sekarang ganti Mareno yang berbicara. Anak sekaligus cucu laki-laki satu-satunya keluarga Lakeswara. Putra tertua Manggala dan Erina yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia jurusan sastra indonesia. Kurang lebih sudah satu setengah tahun Mareno menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswa.
"Okay, be careful and don't rush!"
"Kamu minta uang ngga buat keluar?," tanya Papi Manggala pada sang anak laki-lakinya.