L D R [Lakeswara Daily Routine]

745 50 10
                                    

Langit masih gelap, sang surya belum menampakkan bentuknya. Warna ungu dengan sedikit sentuhan merah muda dihiasi pernak-pernik bintang masih bersisa. Beberapa insan mungkin masih memejamkan mata. Menunggu sinar pagi menyapa hari mereka. Namun, tidak bagi keluarga Lakeswara yang sudah sibuk oleh kepentingan masing-masing.

Suara lantang Mami Erina mengelilingi penjuru rumah, wanita itu sibuk memanggil sang bibi untuk menanyakan semua keperluan keberangkatannya menuju Singapura. Terdapat sebuah urusan mendesak yang harus Erina selesaikan dengan segera disana.

Sebenarnya pertemuan antara Erina dengan petinggi perusahaan La Va Vida sudah direncanakan sejak bulan lalu. Namun, pihak yang bersangkutan baru memiliki kesempatan siang hari ini sehingga bila Erina tak ingin melewatkan peluang besar mau tidak mau wanita itu harus mengatur keberangkatannya sekarang.

"Mami, when will you come home?," tanya Nura yang tengah berdiri di mulut pintu. Gadis remaja itu juga sudah rapi dengan pakaian santai tapi terlihat kasual dan juga kalung yang bertuliskan panitia bertengger di lehernya.

"Mami stay in Singapore for 2 days, sayang."

"Okay... hati-hati ya mami."

"Iya sayang, kamu udah mau berangkat ke sekolah?," Mami Erina bertanya dan hanya dibalas anggukan oleh sang anak.

Satu bulan terakhir anak gadisnya ini selalu sibuk berada di sekolah. Nura yang biasanya tak tertarik dengan dunia organisasi, tiba-tiba saja ikut serta menjadi panitia dalam kegiatan festival tahunan sekolah. Kata gadis itu dia dipaksa oleh Salma dan Reina, kakak kelas sekaligus teman dekatnya untuk ikut mengajukan diri sebagai panitia. Sebenarnya dia tidak terlalu tertarik akan hal-hal seperti itu. Namun, yang mengejutkan Nura di terima dan alhasil dia harus belajar untuk berinteraksi dengan orang banyak. Cukup melelahkan, tetapi rasa tersebut tak lebih banyak dari bagian yang menyenangkan.

"Halooo, mami udah mau berangkat?" Nara yang tiba-tiba datang menyapa dengan riang.

"Iya sayang, ini mami udah siap tinggal nunggu papi masih di kamar mandi." Nara membulatkan mulutnya sembari memangut-mangutkan kepala tanda mengerti.

"Eh... kok udah siap aja. Festivalnya jam berapa sih?," tanya Nara pada Nura yang berada di samping kanan gadis itu.

"Jam 10 pagi, tapi kamu harus berangkat jam 7 kaya sekolah biasa."

"Jangan sampe telat!," tuntut Nura.

"Iyaaa."

"Mami, Nura mau berangkat ke sekolah sekarang," pamit gadis itu menginterupsi gerak tangan Sang mami. Wanita itu langsung menatap ke arah suara dan bergegas berjalan keluar kamar sebelum berkata.

"Sebentar, sebentar mami panggilin kakak dulu. Kamu dianter kakak yaa..." 

Lantas Nura mengangguk setuju dengan usulan sang mami. Si kembar berjalan beriringan meninggalkan area kamar sang orang tua. Nara mengantar saudarinya sampai ke depan rumah sambil bercakap-cakap sebentar.

"Kamu berangkat pagi banget." Nara membuka suara.

Nura menghela napas berat, sambil mengendikkan pundak gadis itu menjawab. "Dibolehin pulang aja udah bersyukur banget. Di sekolah tuh banyak kakak kelas yang nginep disana. Untung aja ketua panitianya baik hati, yang masih kelas 10 dibolehin pulang."

"Emang syarat jadi anggota panitia tuh apa sih?"

"Ga tau, aku pikir kelas 10 ga boleh ngajuin diri tapi kata Kak Salma boleh boleh aja. Yaudah ikutan nyoba, walaupun dipaksa."

Tidak berselang lama seluruh anggota keluarga keluar dari sarangnya, termasuk bibi Lita yang membawakan koper kecil milik Mami. Papi Manggala yang juga berdandan rapi sebab harus mengantarkan sang istri ke bandara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Queen After TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang