Chapter 5

7 5 1
                                    

Kotak itu sendiri terbuat dari kayu yang telah dicat plitur, untuk ukurannya sendiri yaitu, 60×30×10 cm, serta terdapat motif seperti sisik naga pada semua sisi kotak tersebut.

Namun kotak itu terhalang sebuah kunci gembok, maka diperlukan sebuah kunci untuk membukanya. akan tetapi Arza sama sekali tak melihat adanya kunci disekitar kotak tersebut.

"Ren, kotak ini boleh dibuka gak?"

Rendi yang tengah sibuk bermain game di smartphonenya, tak punya pilihan lain untuk menjawab pertanyaan temannya.

"Kan udah gua bilang tadi..., tunggu! kotak apa emangnya?" Disisi lain dia juga penasaran.

"Ini lu liat dulu, gua mau nyoba nyari alat yang bisa ngebuka gembok, mungkin aja ada." Sebelum Arza beranjak dari sana, ia terlebih dulu menunjukkan hasil temuannya itu kepada Rendi.

Rendi pun langsung mengantongi smartphonenya, kemudian berjalan menuju kotak yang disebut temannya."Wih! dibuka aja gak sih Za?"

"Nah itu, gua juga penasaran, makanya gua nanya boleh gak? kalau boleh, gua coba cariin alatnya untuk ngebuka tuh kotak. soalnya kagak ada kunci gemboknya."

"Boleh ini Za, ora usah khawatir." Rendi memukul-mukul kotak tersebut.

"Okelah,"

Cukup lama mencari, akhirnya Arza menemukan sebuah Linggis yang tergeletak diantara bola-bola kempes. Arza pun berfikir dengan linggis tersebut, ia mampu untuk membuka gembok dari kotak tadi.

"Awas Ren!" serunya dengan menggenggam linggis di tangannya.

Lalu Arza pun menginjak kotak tersebut dengan satu kakinya, dengan tujuan, agar saat gemboknya akan dihancurkan, kotaknya tidak ikut bergetar.

"Crack!"

Gembok pun berhasil dilepas hanya dengan satu kali entak menggunakan linggis, ia pun langsung membuka kotak tersebut, disusul Rendi yang penasaran.

Didalam kotak itu terdapat sebuah benda dengan panjang 38 cm, tapi justru mereka berdua dibuat sedikit ketakutan, karna melihat benda tersebut dibalut dengan kain kafan.

Karna mayoritas masyarakat Jawa menganggap, benda yang telah dibaluti kain kafan itu adalah sebuah benda Keramat.

"Tok tok tok.."

Belum sempat untuk mengetahui apa sebenarnya isi benda dibalik kain kafan itu. mereka berdua justru dikejutkan oleh suara keras ketukan pintu, seperti ketukan seseorang yang datang untuk melabrak.

"Apa didalam ada orang? kalau tidak maka saya langsung dobrak pintu ini!" Kemudian terdengar suara orang seperti kakek-kakek.

Disitulah Arza dan Rendi langsung menelan dalam-dalam air liurnya, disaat kalimat dobrak dilontarkan oleh orang tersebut.

"Ren, ayo cepetan kita sembunyi!" seru Arza setelah tanpa ragu mengambil benda keramat dari dalam kotak itu.

"Tunggu, lu ngapain bawa tu benda anjir, itu benda keramat bego," Rendi tampaknya tak senang jika temannya membawa yang dianggap keramat itu.

"Gpp—lagian, siapa tau benda ini berguna." balas Arza, kemudian bergegas mencari tempat untuk bersembunyi.

"Hadeh lu ini terlalu ngeyel."

Rendi tampaknya tak mau memperingati kedua kali temannya itu, dirinya lebih memilih untuk mengambil linggis yang tergeletak di samping kotak yang barusan isinya telah diambil Arza.

Karna memang situasinya saat ini, telah membuat jiwa kepanikan mereka berdua, kini meronta-ronta kepanasan. Tak lama setelah Arza dan Rendi bersembunyi.

PALAGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang