⚠️ FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️
________
Bagaimana ketika kamu Menikah dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya,?
"Kamu sudah Abi jodohkan dengan anak sahabat Abi"
Sejak saat itu, saya mengakui bahwa saya kalah, saya sudah tidak bisa men...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul 9 malam Azzam baru menginjakkan kaki di pondok, Laki-laki itu terus menundukkan wajahnya ke bawah, rasa bersalah pada Meera benar benar baru terasa sekarang “Kalau nanti Ummi nanya soal rumah, saya mau jawab apa” Pikirnya
Saat memasuki kamar, kamar terasa sepi tak seperti biasa, ia celingukan mencari keberadaan Meera, karena kepala teramat pusing jadi Azzam memutuskan ke kamar mandi untuk mengganti pakaian yang lebih santai “Palingan ia sedang di dapur”
Ummi Hanum kembali sembari membawa Al-Qur'an nya “Alhamdulillah segitu sudah bagus nak, nanti bisa di perbaiki sama Azzam, yaa”
“Meera, Ummi ingin bertanya, tolong jawab yang jujur” ucapnya membuat Meera tegang “Kamu di perlakukan baik kan sama Azzam? Azzam pernah gak main kasar sama kamu?”
Aku tau, jika di bilang baik, ini tidak. Jika di bilang tidak baik, tapi juga tidak terlalu. Lalu, ini apa? Membayangkan saat Azzam baik dan saat Azzam menggertak nya dengan kata-kata yang membuatku sakit, kepalaku terasa ingin meledak.
Aku bisa melewatinya sendiri
Kata itu terus berputar di otakku, aku bisa, aku pasti bisa.
Saat aku masih bergumam dengan otakku, sebuah tangan lembut menyentuh tanganku
Melihat Meera yang diam saja, Ummi Hanum memegang tangan Meera “oh baik kok Ummi, Alhamdulillah. Kak Azzam gak pernah main kasar sama Meera”
“Syukurlah nak”
Saat umi Hanum ingin menaruh Al-Qur'an nya di meja, tiba-tiba ia teringat sesuatu “Oh iya Meera, Azzam sudah pernah bicara belum soal rumah?”
“Rumah? Rumah siapa ummi?”
“Azzam pernah bilang sama ummi kalau dia sebenarnya sudah punya rumah untuk di tinggali berdua sama kamu”
“Rumah?” batin Meera
*****
Azzam kini telah berada di kamarnya, duduk bersila di dekat ranjang dengan memandang fokus pada Al-Qur'an yang sedari tadi di tangan nya. Dimana sejak tadi dia memfokuskan pada bacaan bacaannya tiba-tiba saja pikiran yang mengganggu kembali menyerangnya “Bagaimana jika nanti Ummi tanya soal rumah itu? Dan bagaimana jika ternyata Meera tau soal ini?”
Azzam membuang napas kasar sembari menutup mushafnya kembali. Ia meletakkan mushafnya pada nakas sebelah ranjang. Entah kenapa tiba-tiba Kepalanya jadi sedikit pening memikirkan ini dan itu dalam waktu yang bersamaan yang membuat nya nyaris gila